Siang itu cuaca sangat cerah tapi udara terasa panas menyengat, nyaris semua makhluk di hutan tersebut berteduh dan mengeluh tentang iklim yang akhir-akhir ini semakin panas menyesakan badan.
Di atas sebuah pohon yang nyaris tak bedaun lagi, bertengger sepasang burung merpati. Si betina tampak melamun meski sebenarnya dia sedang berpikir tentang makna kehidupan yang terjadi di dunia ini.
Si jantan bertanya padanya : " Bu apa yang kau lamunkan?"
"Aku tidak melamun pak, hanya saja saya merasa hidup tidak adil buat kita"
"Apa yang membuatmu merasa tidak adil?"
"Bayangkan kita hendak hidup kemana lagi?, nyaris semua hutan telah ditebang, menyebabkan iklim menjadi begitu panas, sehingga kalaupun masih tersisa pohon buat kita berteduh dan bersarang, tapi kenyataannya semua nyaris tak berdaun lagi, sehingga tak ada lagi ulat yang mampu hidup, dan itu artinya bahan pangan kita juga semakin berkurang, belum lagi tanaman yang mati sehingga tak sempat berbuah dan berbiji, kita akan makan apa pak?, kasihan anak-anak kita yang bakal menetas nanti. Kalau kita pindah ke kota hanya akan ditangkap manusia, dan itu sama artinya kita cari mati".
"Benar juga katamu bu, tapi apa yang sanggup kita lakukan ?"
"Seandainya saja manusia tidak serakah dan mementingkan diri sendiri mungkin ceritanya akan lain".
"Jadi kamu menyalahkan manusia ?"
"Tentu saja !, Seandainya mereka berpikir mempunyai anak tidak terlalu banyak, atau berpikir untuk hidup sederhana, kita tidak akan dirugikan oleh manusia karena ketamakannya".
"Tapi bukankah manusia juga mempunyai hak untuk menghidupi anak atau keluarganya ?, dan punya hak untuk membahagiakan keluarga yang mereka cintai ? sama halnya kita juga selalu berusaha untuk membahagiakan diri dan anak-anak kita nanti ?".
"Dibandingkan dengan manusia, tentu saja kita berbeda dalam usaha mempertahankan hak untuk hidup dan bahagia. Coba bayangkan, kita makan sebatas kemampuan perut kita menampung makanan, kita tidak pernah berpikir untuk menimbun makanan apalagi sampai membuang-buang seperti yang manusia lakukan.
Kita juga punya rumah cuma satu seperti yang kita tempati ini, tak pernah berusaha menimbun rumah. Sedangkan manusia tidak pernah puas hanya memiliki satu rumah. Bayangkan kalau setiap orang berpikiran memiliki anak banyak dan setiap anak berusaha menimbun rumah, ada berapa juta hektar sawah dan hutan yang akhirnya akan menjadi lahan rumah mereka ?, dengan begitu tak ada lagi hutan buat kita bersarang dan mencari makan, bukankah manusia telah membuat mati semua hewan yang hidupnya memang di hutan ?".
"Kamu benar bu, saya bahkan berpikir kita seharusnya bersyukur karena kita tercipta hanya untuk memberi manfaat buat manusia, sedangkan manusia betapa tidak tahu diri, semua dicipta untuk manusia tapi mereka bahkan tidak pernah berpikir bahwa ketamakan mereka sesungguhnya adalah mencelakakan diri mereka sendiri. Jika semua binatang dan tumbuhan tidak ada lagi tempat untuk berkembang biak, bukankah manusia berarti telah membunuh diri mereka sendiri karena tidak ada lagi yang dapat mereka makan untuk kelangsungan hidup mereka. Apakah mereka bisa hidup dari menggerogoti rumah yang mereka timbun? Atau mengunyah kekayaan yang mereka agung-agungkan selama ini?. Kita lihat bahkan sesama manusiapun akhirnya saling membunuh karena ketidakmampuan mereka meyediakan pangan buat mereka sendiri"
"Entahlah pak, saya hanya berharap manusia dapat sadar bahwa untuk dapat hidup bahagia selayaknya mereka juga memikirkan kebahagiaan makhluk lain, untuk mempertahankan hak-hak hidup mereka seharusnya juga memikirkan hak-hak hidup makhluk lain, dengan demikian terciptanya manusia seharusnya juga mempunyai manfaat buat kehidupan makhluk lain, bukan untuk selalu mengambil manfaat atas kerugian makhluk lain. Kalau dipikir-pikir apa manfaatnya manusia buat kita ya pak?''.
Ditanya begitu oleh istrinya, si jantan cuma diam sesaat, dan akhirnya menggeleng-gelengkan kepalanya. Melihat gelengan kepala suaminya si betina tersenyum penuh arti dan akhirnya dia terbang menuju ke sarangnya untuk mengerami telurnya yang tinggal beberapa hari lagi menetas. Dalam hatinya si burung betina tetap berharap semoga anak-anaknya kelak tetap dapat memberi manfaat buat manusia, sekalipun pengorbanannya tak pernah diingat oleh manusia sepanjang hidupnya.
Sumber : www.erabaru.or.id
"Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan. Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum." (Amsal 11 : 24 - 25)
Comments
No responses to “Ketamakan Yang Tak Disadari Oleh Manusia”
Posting Komentar