Translate

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Sebab Dia adalah Tuhan kekuatanku, bersama-Nya ku takkan goyah

Kebersamaan Sebagai Penyubur Cinta

Bila Anda jenis tipe pekerja yang berangkat kerja jam 07.30 pagi atau kurang dan sampai di rumah jam 19.30 malam atau lebih, bagaimana Anda bisa mempunyai waktu dengan bayi Anda. Kecil kemungkinan bagi Anda untuk bisa menjalankan peran sebagai orangtua dengan baik.

Satu ramuan dasar bagi tersajinya cinta yaitu kebersamaan. Kalau Anda jarang berada bersama anak-anak Anda, sesering apapun Anda mengatakan kepada mereka bahwa Anda mencintai mereka, maka kata-kata Anda itu akan diterima sebagai kebohongan.

Juga tak mungkin bagi Anda untuk bisa memperoleh waktu yang berkualitas bersama anak-anak dengan cara mengatur mereka, menyuruh mereka melakukan segala sesuatu sesuai jadwal. Hal ini sama seperti seorang perempuan yang suaminya tiba-tiba meletakkan koran atau mematikan televisi pada jam setengah sepuluh malam kemudian mengajaknya bercumbu di tempat tidur padahal sepanjang sore tak mengacuhkan dirinya, maka Anda akan tahu apa yang dirasakan anak-anak ketika orangtua dengan seenaknya menerapkan ‘waktu yang berkualitas’!

Jadi bagaimana caranya? Satu langkah yang mudah namun bisa memiliki waktu yang istimewa bersama anak-anak yaitu makan bersama keluarga setiap hari – bisa makan malam atau bahkan sarapan, JANGAN menyalakan televisi atau radio.

Secara umum, anak menakar seberapa besar nilai dirinya berdasarkan seberapa senang Anda saat ia ada bersama Anda. Bayi atau anak yang baru belajar berjalan seharusnya merasakan hal yang demikian itu. Jangan memahaminya sebagai keadaan bahwa ia adalah ‘bos’ tapi bahwa segala kebutuhannya mendapat perhatian besar dan terpenuhi. Semakin bertambah usianya semakin berkurang kebutuhannya itu, namun tetap berperan sampai ia menginjak usia belasan tahun.

Untuk memperbesar kapasitas cinta dan suasana positif dalam keluarga Anda adalah dengan ‘hidup’ pada saat ini. Apa maksudnya? Anda ingat ketika Anda masih kecil, Anda tidak memikirkan apapun kecuali apa yang ingin Anda lakukan hari itu, saat itu? Sama seperti anak Anda, hidup adalah saat ini. Saat nanti masih sangat jauh sehingga tak terpikirkan oleh mereka. Anak-anak hidup untuk hari ini! Orang dewasa bisa bersikap demikian asalkan mereka bersikap kalem, tidak terburu-buru, menikmati saat-saat itu tanpa kuatir tentang kerjaan lain yang harus dilakukan.

Jika pikiran Anda lari kemana-mana, saat Anda sedang bersama keluarga Anda, hal yang harus Anda lakukan adalah membawanya ‘pulang’. Otak kita ‘berlarian’ terus karena :

  1. Tak mau lepas dari masa lalu. Membangkitkan masa lalu tanpa mengubahnya sedikitpun merupakan kegiatan yang membuang waktu semata.
  2. Melesat terlalu cepat ke masa depan. Kebanyakan orang hanya mencemaskan kejadian buruk yang bakal terjadi. Hal ini akan membuat Anda seakan-akan lumpuh karena Anda tidak bisa melakukan apa-apa terhadapnya, hal ini juga merupakan hal yang sia-sia.
  3. Membayangkan berada di tempat lain (atau berpikir : seharusnya Anda berada di tempat lain). Banyak orang yang membayangkan dirinya berada di satu tempat yang dia pikir seharusnya dia berada di sana. Namun, orang yang berpikiran sehat memanfaatkan energinya untuk melakukan perubahan, merencanakan liburan, atau memberi bentuk pada masa depannya agar lebih mewujudkan impiannya.

Kebahagiaan juga berada pada saat ini, tidak tergantung tempat tertentu, tidak ada di masa lalu yang sudah lewat, belum ada di masa depan sekeras apapun Anda berpikir. Kebahagiaan ada di masa sekarang. Karena itu, Anda harus membuka diri terhadap kebahagiaan dan menghargainya. Kebahagiaan bagai kupu-kupu, menunggu Anda berhenti bergerak supaya dia bisa hinggap pada bahu Anda.

Sumber : Buku Mendidik Anak dengan Cinta/lh3/jawaban.com

Kendalikan Emosi Ketika Anak Merengek

Sebagai seorang ibu, mungkin Anda pernah merasa kesulitan ketika harus menghadapi anak yang merengek atau bertengkar dengan kakak-adiknya. Dalam situasi seperti ini biasanya, emosi kita mudah terpancing namun membentak anak dengan kata-kata kasar bukanlah cara yang baik untuk perkembangannya.

Menurut Kak Seto Mulyadi, Ketua Komisi Perlindungan Anak, mengatakan bahwa seorang  ibu harus belajar melatih diri mengontrol emosi. Caranya bisa beragam, kuncinya hadapi anak dengan tenang, sabar, dan kasih sayang. Anda bisa menyalurkan emosi Anda untu melakukan berbagai aktivitas yang positif, seperti mengerjakan pekerjaan lain seperti mencuci perabotan, menyikat kamar mandi, atau apa pun yang mengalihkan emosi.

Menyanyi lebih baik daripada berteriak, saat kesal dengan perilaku anak. Bagaimanapun anak menangkap apa yang Anda lakukan. Jika Anda mengeluarkan kata kasar, anak Anda sedang belajar kata-kata tersebut. Sebaliknya, jika emosi Anda disalurkan dengan sesuatu yang positif, anak Anda akan merekam hal positif pula. Anda bisa tetap mengucap syukur karena bisa menikmati rengekan dan tangisan anak Anda. Anak Anda juga akan bersyukur karena memiliki orangtua yang bersikap baik meski perilaku mereka memancing emosi.

Sumber : kompas.com/dan/jawaban.com

Rahasia Agar Anak Anda Disiplin

Disiplin adalah sesuatu yang lucu. Anda baru menyadari perlunya disiplin justru pada saat tak ada disiplin. Begitu banyak orangtua yang pernah mengalami kadang kala anak-anak mereka sulit sekali menurut atau mau mengerti. Tetapi, ada juga orangtua yang nyata-nyata berhasil membuat segala sesuatu berlangsung mulus. Apa rahasianya?

Para orangtua yang berhasil ini memanggil anak-anaknya yang masih kecil, “Ayo, ke sini”, dan anaknya itu langsung menurut, berjalan menghampiri orangtuanya. Anak mereka yang berusia sepuluh tahun menyiapkan dan menghidangkan teh untuk keluarga. Anak remaja mereka menelepon untuk memberitahu mereka akan pulang lebih awal. Hebatnya lagi, mereka bukanlah anak pemalu atau penakut. Mereka anak-anak yang bahagia, optimis, dan tenang.

Bagaimana cara mendidiknya?

Menuruti kemauan anak tidak akan membuat hidup lebih mudah. Orangtua yang tidak tegas dalam menetapkan batas-batas akan mendapati anak-anaknya bertingkah laku semakin tak terkendali. Hal ini bisa membuat Anda serta anak Anda bertengkar dan tak seorang pun senang dengan suasana seperti ini.

Namun, disiplin sebenarnya lebih daripada sekadar itu. Kita menerapkan disiplin pada anak-anak bukan sekadar kepentingan kita, namun tujuan utamanya yaitu melatih anak-anak agar mereka kelak mampu bersikap baik serta bisa mulus dalam menghadapi hidup ini.

Jika Anda sebagai orangtua tidak tegas, maka anak-anak tak akan mampu mengembangkan daya control di dalam dirinya, sehingga mereka tak sanggup mengendalikan diri sendiri dan tetap bersikap seperti anak umur dua tahun.

Akibat dari didikan orangtua

Orangtua yang membiarkan anak-anaknya berlaku semaunya akan membuat mereka tak berdaya dalam menghadapi kenyataan hidupnya kelak. Biasanya, mereka akan tumbuh menjadi orang dewasa yang tidak bahagia, lebih sering menganggur, tak berumah tangga, kesepian, mudah tersinggung dan marah, bahkan akan merasakan penjara.

Seorang anak yang dididik untuk mengontrol diri sendiri oleh orangtuanya dengan baik, berarti ia sudah belajar bagaimana menempatkan diri dalam menghadapi kenyataan hidup, sehingga ia tidak mudah terlibat masalah dan menjadi manusia yang bebas dan dewasa.

Agar anak mau bekerjasama

Gunakan teknik “berdiri diam untuk berpikir”. Kedua teknik ini diterapkan mulai saat anak belajar berjalan (toddler), disesuaikan seiring pertumbuhan anak serta bisa terus diterapkan sampai anak menginjak dewasa.

Saat anak Anda tidak mau menuruti permintaan Anda untuk menjauh dari kabel ataupun dari kompor misalnya, walau sudah Anda bilang berkali-kali, Anda dapat menggendong anak Anda dari belakang dan letakkan di suatu pojok ruangan, dimana pojok itu tidak terdapat benda apapun.

Mungkin anak Anda akan melakukan berbagai ulah, mungkin membuatnya kaget dan tersinggung, namun lama kelamaan dia akan menyerah. Bilang padanya, “Kalau kau sudah bisa tenang kembali, baru kau boleh pindah dari tempat ini.” Lalu tanyakan, “Nah, kau mau menuruti kata-kataku untuk menjauh dari kabel tersebut?” Ketika sang anak berusia dua setengah tahun, ia akan segera menuruti orangtuanya yang memerintahkannya masuk ke tempat pojok untuk berpikir itu. Ketika usianya lima tahun, ia sudah belajar memikirkan dan menimbang segala tindakannya, menghargai perasaan orang-orang lain di sekitarnya tanpa kehilangan jati dirinya sebagai bocah umur lima tahun yang gembira, lincah dan apa adanya.

Bila Anda merasa kehilangan kendali diri, urungkan dulu keinginan untuk mengurusi anak Anda, cukup suruh anak Anda masuk ke kamarnya dan menyuruhnya diam di sana sampai Anda tenang kembali. Anak Anda tentu akan menuruti perintah Anda (walau dengan mengomel, misalnya) karena ia tahu ia tak punya pilihan lain dan tahu bahwa urusan itu tak akan berlangsung lama serta bukan sesuatu yang besar. Ia akan tahu bahwa memang begitulah cara menyelesaikan masalah. Dalam hal ini yang penting adalah mengarahkan anak agar ia mampu menemukan solusi yang bisa diterima oleh semuanya.

Sumber : Buku Mendidik Anak dengan Cinta/lh3/jawaban.com

Jangan Batasi Imajinasi Anak Anda

Anak Anda harus diberi kesempatan untuk berimajinasi lewat bermain atau aktivitas lain karena hal tersebut akan memunculkan potensi-potensi kreatif dalam diri anak Anda. Kemampuan anak Anda untuk berimajinasi akan membuatnya lebih ceria dan bersikap positif dalam menikmati hidupnya sehingga anak Anda dapat mengisi waktunya sendiri tanpa banyak bantuan dari orang lain. Ia tidak mudah bosan, karena selalu ada ide-ide yang memotivasinya untuk berkreasi. Selain itu dengan kemampuan imajinasi yang baik, anak juga akan memiliki rasa humor yang membantunya dalam merelease ketegangan-ketegangan yang dialaminya.

Jadi Anda harus membantu anak Anda untuk meningkatkan imajinasinya dengan cara sebagai berikut :

  1. Beri kesempatan untuk bermain atau melakukan aktivitas lain. Misalnya melalui mainan edukatif (bongkar pasang), arena bermain anak, kegiatan wisata alam, mengunjungi galeri lukisan, menonton film fiksi ilmu pengetahuan, dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan tersebut, disamping dapat menggembirakan hati anak, juga dapat memberi kesempatan pada anak untuk mengekspresikan perasaan-perasaannya, melatih kemampuan bersosialisasi dengan teman bermainnya dan melatih kemampuan berbahasanya.
  2. Jangan bersikap tidak perduli bahkan melecehkan "kehebatan" imajinasi anak Anda. Karena sikap melecehkan atau mentertawakan hanya akan mematikan minat anak untuk berkreasi lewat imajinasinya.
  3. Berikan alat-alat bermain yang diperlukan untuk merangsang daya imajinasi. Misalnya bagi anak yang senang menggambar, berikan peralatan menggambar berupa crayon dan kertas karton besar. Biarkan anak menggunakan bahan-bahan tersebut untuk membuat sendiri gambar yang disukainya sesuai dengan keinginannya.
  4. Jangan bersikap terlalu melindungi atau terlalu mengatur. Berikan kesempatan pada anak Anda untuk berlatih mengembangkan dirinya lepas dari batasan-batasan yang kaku.
  5. Beri kesempatan pada anak Anda untuk mendapatkan pengetahuan dan memperluas wawasannya, melalui buku-buku. Bila anak Anda belum bisa membaca, Anda perlu sering membacakan buku cerita atau mendongeng kepada anak Anda.
  6. Jadilah orangtua yang suka mendengar anak, dan suka merangsang anak untuk bercerita. Misalnya setelah bepergian dengan anak, mintalah anak untuk menceritakan kembali apa yang ia lihat, ia alami dan rasakan.

Anak yang memiliki kemampuan imajinasi yang baik akan dapat mengembangkan berbagai kemampuan positif yang lain. Misalnya ia dapat mengembangkan kemampuan bereksperimen, sehingga timbul keinginan untuk mencipta dan membuat program sendiri atau ketrampilan dalam mengenal, memahami tingkah laku orang lain, ketrampilan berbahasa dan mengarang cerita.

Sumber : perempuan.com/dan/jawaban.com

Biarkan Anak Anda Menjadi Anak-Anak

“Pada suatu hari, saat jam istirahat, sejumlah murid saya yang berusia 12 tahun menghilang di balik tumpukan bangku-bangku yang sudah tak terpakai lagi. Dari balik tumpukan bangku bekas itu saya bisa mendengar suara tawa tertahan dan suara-suara lain, yang membuat saya menduga mereka sedang melakukan ‘hal yang tidak-tidak’. Maka saya pun menengok ke balik tumpukan itu untuk mengetahui apa yang sedang terjadi. Tapi saya jadi malu sendiri sebab mereka yang sedang mereka lakukan ternyata main rumah-rumahan sambil menikmati bersama bekal makan siang dan minum yang mereka bawa! Mereka malah mengajak saya bergabung dengan mereka. Tapi saya hanya bisa tersenyum dan dengan perasaan malu saya meninggalkan mereka dan masuk lagi ke dunia saya yang hiruk-pikuk. Saya lupa mereka itu masih anak-anak yang punya kebutuhan untuk selalu bermain.”

Itulah contoh salah satu cara berpikir orangtua terhadap anak-anaknya. Perlakuan kita dapat merenggut masa kanak-kanak mereka. Begitu juga pengaruh dari luar, cara terjadinya bisa bermacam-macam, seperti :

  • Media yang menggebu-gebu. Rasa ngeri, takut, sedih, dan sakit menjadi ‘makanan’ yang setiap hari disuguhkan oleh media dalam bentuk berita maupun hiburan. Media memang bertujuan menayangkan hal-hal yang menggegerkan supaya perhatian kita selalu tertuju ke arahnya. Di sini sama halnya dengan menjejali anak-anak dengan hal negative, yang tidak relevan, dan yang sama sekali belum mampu mereka cerna.
  • Cara hidup yang diatur terlalu ketat. Banyak keluarga yang mengharuskan anak-anak mereka melakukan beragam kegiatan – mulai dari olahraga, musik, kesenian dan macam-macam pelajaran tambahan sehingga anak mereka mempunyai sedikit sisa waktu untuk menjadi anak secara wajar. Pemecahan masalah itu bisa dilakukan dengan menerapkan satu aturan sederhana – satu anak, satu kegiatan.
  • Kecemasan yang berlebihan. Anak-anak dari kecil sudah diajar untuk bersaing. Dalam sekolah, mereka disarati dengan berbagai kegiatan yang sifatnya memicu prestasi murid. Anak-anak usia tujuh tahun berlomba mencapai nilai tertinggi. Mereka sudah bisa merasakan kecemasan atas prestasi mereka, sangat berharap bisa menjadi anggota tim. Hal ini membuat anak-anak tidak lagi bersikap seperti anak-anak.
  • Orangtua yang terlalu sibuk. Orangtua sibuk bekerja akan punya sedikit sekali waktu dan energi untuk melakukan kontak. Pulang ke rumah sudah lelah, mudah tegang, mau semuanya serba cepat, dan yang pasti akan membuat orangtua tak sanggup menjadi kawan karib bagi anak-anak.
  • Dunia yang tak aman. Pada tahun 1950-an, anak-anak bisa leluasa menjelajahi wilayah pemukiman tempat tinggalnya tanpa menimbulkan kecemasan orangtuanya, bahkan seandainya anak-anak itu nyaris tak terlihat sejak pagi sampai petang pun. Pada masa kini, hal tersebut tak mungkin terjadi. Kita perlu mengawasi serta melindungi mereka secara ketat dari keramaian lalu lintas, orang asing, serta tindak kriminal.

Sumber : Buku Mendidik Anak dengan Cinta/lh3/jawaban.com

Membuat Anak Beralih Dari Botol Susu Ke Gelas

Memisahkan anak Anda dari botol susunya bukanlah hal yang mudah karena bagi anak Anda meminum susu di dalam botolnya adalah suatu pengalaman nikmat tiada tara. Botol susu sudah menjadi sahabat setianya sehingga anak Anda akan rewel jika tidak ada benda tersebut. Namun ada waktunya untuk mereka lepas dari botol dan beralih menggunakan gelas. Dalam hal ini memerlukan bantuan Anda karena anak tidak begitu saja mau melepaskan botol minumnya. Berikut langkah yang bisa Anda lakukan :

  1. Singkirkan botolnya. Anda harus memutuskan kapan waktunya anak Anda berhenti menggunakan botol susu. Jika menurut Anda sudah tiba waktunya, segera singkirkan botol dari rumah Anda. Tetapi pastikan anak Anda melihat Anda melakukannya dan katakan bahwa Anda akan memberikan botol tersebut kepada anak lain yang lebih membutuhkan. Ajak anak membawanya ke kotak pos, ucapkan perpisahan, dan minta ia tetap tabah. Jika Anda hanya menyimpan di rak, hal ini akan membuat anak Anda terus merengek memintanya.
  2. Ganti botolnya dengan gelas. Bila si kecil belum bersedia melepaskan botol susunya, Anda bisa menawarkan alternatif untuk memikatnya. Misalnya, dengan memberikan sippy cup (gelas yang diberi penyedot).
  3. Jangan menyerah. Proses transisi ini sering tidak berjalan dengan mudah. Pasti akan ada saat dimana anak Anda terus menerus merengek dan menangis atau bahkan dia menolak untuk minum susu. Menghadapi situasi ini Anda harus tetap meneruskan keputusan untuk menyingkirkan botolnya untuk alasan yang tepat. Jika sikap Anda melunak, Anda justru menghambat kemajuan anak Anda.

Sumber : kompas.com/dan/jawaban.com

Metode Cinta Tegas Mendisiplinkan Anak

Sejak ratusan tahun silam sampai sekarang ini kita mengenal tiga cara untuk menerapkan disiplin. Mula-mula, memukul dan menyakiti dipakai sebagai cara untuk membuat anak menurut dan bersikap baik. Ketika tidak lagi diterima, digantikan dengan upaya membangkitkan rasa bersalah untuk mempermalukan anak sehingga dia merasa malu dan tidak mau berbuat hal seperti itu lagi. Cara lain yaitu dengan pengucilan atau isolasi. Berdasarkan kenyataan tentang pengaruh kurungan penjara terhadap orang dewasa, pengucilan pun tidak membuahkan pelajaran yang baik.

Ada cara lain yang melampaui cara-cara di atas. Cinta dengan sikap tegas mengedepankan disiplin yang merupakan upaya untuk melibatkan diri serta mendidik. Disiplin bukan upaya untuk menjatuhkan hukuman. Anda tak akan pernah satu kali pun merasa perlu memukul atau menyakiti anak Anda.

Cinta tegas ini berarti menghadapi anak secara langsung dan membiarkannya mengatasi situasi yang tidak menyenangkan, tanpa mengakibatkan rasa sakit. Tujuan satu-satunya yaitu membantu anak menemukan cara yang lebih baik untuk menghadapi sekaligus mengatasi masalahnya.

Berikut merupakan cara untuk menerapkan cinta ini :

  • Persiapan. Tanyalah pada diri sendiri, “Apa yang salah? Aku menginginkan mereka  melakukan apa untuk memperbaiki kesalahan itu?” Dengan kata lain, Anda perlu punya sasaran yang jelas sebelum mulai.
  • Belajar berdiri diam untuk berpikir. Pelajaran seperti ini patut diberikan kepada anak yang melanggar sikap baik yang seharusnya ditunjukkannya karena pada dasarnya pelajaran ini merupakan kecakapan juga. Saat menerapkan metode ini pada anak kecil yang baru belajar berjalan, Anda cukup membawanya ke suatu tempat yang sesuai menurut Anda, kemudian sambil memegang kedua bahunya Anda bisa mengatakan,”Aku akan membolehkanmu pindah dari sini kalau kau bisa tenang.” Anda bisa membebaskannya begitu ia menunjukkan sikap mengendur atau mengucapkan permintaan maaf. Gunakan cara yang mudah dipahami anak seusia ini, misalnya jika dia melemparkan mainannya ke tembok, minta dia untuk menaruh mainan itu ke dalam kotaknya, bawalah kotak itu ke dekatnya.
  • Percakapan. Terhadap anak yang berusia dua atau tiga tahun lebih, yang paling penting dalam mendidiknya adalah percakapan antara dirinya dengan Anda. Jangan lupa, ia harus bisa meyakinkan bahwa sikapnya akan berubah. “Berdiri di situ dan pikirkan apa yang telah kaulakukan sehingga kau terkena masalah ini. Kalau kau sudah mengerti mana sikapmu yang keliru, katakan, baru setelah itu aku mau membicarakannya denganmu.” Kalimat seperti ini merupakan contoh kalimat yang dapat Anda katakan agar anak Anda dapat menghadapi masalahnya sendiri dan mengatasinya.
  • Ajukan pertanyaan. Setelah itu, ajukan pertanyaan seperti, “Apa yang telah kau lakukan?” Mengakui perbuatan adalah penting. “Apa yang kau rasakan atau butuhkan sehingga kau berbuat itu?” dan “Apa yang seharusnya kauperbuat supaya kau bisa memperoleh yang kau butuhkan?” Pertanyaan-pertanyaan seperti ini membuatnya mampu berpikir untuk memecahkan masalahnya. Jikalau pun belum bisa, Anda dapat memberikan penjelasan dan menunjukkan jalan keluarnya lebih dahulu. “Setelah kejadian ini, apa yang akan kau lakukan?” Ini untuk memperoleh rasa tanggung jawab si anak. Lalu perkataan “Coba buktikan!” adalah bukti dari perkataan yang sudah dia katakan.
  • Arahkan proses ini ke suasana yang menyenangkan. Mungkin di awal Anda akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mengajari anak Anda. Namun akhirnya, Anda bisa mengetahui bahwa metode ini berhasil karena pada akhir prosesnya Anda akan merasa lebih enak dan anak Anda pun demikian. Semua pihak akan merasa bebannya diringankan.

Nah, siapkan diri Anda menjadi orangtua yang mampu mendidik anaknya dengan baik dan benar. Dan lakukan yang terbaik.

Sumber: Buku Mendidik Anak dengan Cinta/lh3/jawaban.com

Menjadi Orang Tua Yang Baik

Orang tua sangat berperan dalam membangun kepribadian seorang anak. Namun ini bukanlah hal yang mudah, diperlukan kesiapan, kesabaran, ketelatenan, kepekaan dan kecerdikan. Karena tidak ada rumus tertentu untuk menjadi orang tua yang baik maka Anda perlu mencari cara yang paling tepat untuk anak Anda sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak Anda.

Peran sebagai orangtua dimulai ketika anak hadir di tengah kehidupan pasangan suami istri. Menurut seorang pakar parenting Marc H. Bornstein (1998),  ada beberapa inti dari peran orangtua yang diidentifikasikan secara langsung mempengaruhi kehidupan anak-anak, sebagai berikut :

  1. Nurturant caregiving. Sebagai orangtua, Anda bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan biologis, fisik dan kesehatan anak.
  2. Material caregiving. Andalah yang mengatur dan memenuhi kebutuhan anak, seperti rumah dan lingkungan sekitarnya termasuk alat permainan, buku-buku, keselamatan dan kebebasan fisik.
  3. Social caregiving. Anda harus memenuhi kebutuhan emosional dan interpersonal anak, seperti diantaranya mencium, membelai, berbicara, bermain, mendengarkan anak, menyampaikan pujian dan memberikan kedekatan emosional pada anak.
  4. Didactic caregiving. Anda harus mendorong anak Anda untuk mengerti dan terlibat dengan lingkungannya.

Di tengah kesibukan kerja Anda luangkanlah waktu dengan anak. Sungguh tidak adil bagi anak Anda kalau Anda lebih mencintai pekerjaan Anda dibanding dengan dirinya. Pertumbuhan kepribadian anak Anda sangat bergantung dengan bagaimana cara Anda membesarkan mereka.

Sumber : perempuan.com/dan/jawaban.com

Menyuburkan 'Pohon' Keluarga

Menumbuhkan keluarga bagaikan menumbuhkan pohon. Yang menjadi akarnya tak lain adalah masa kanak-kanak Anda dan bagaimana Anda memelihara kehidupan Anda. Batangnya adalah perkawinan Anda dan komitmen Anda kepada anak-anak Anda. Cabang-cabangnya adalah segala tindakan Anda berdasarkan berbagai pilihan yang Anda ambil setiap harinya. Anak-anak Anda adalah bunga dan buahnya.

Untuk dapat menumbuhkan pohon yang subur, ada beberapa kiat yang bisa Anda ikuti yaitu :

  • Hidup alami, makan makanan yang bersih, dan bekerja demi membangun dunia serta lingkungan hidup menjadi tempat yang lebih baik sekaligus lebih aman.
  • Perteguh hubungan persaudaraan yang baik dengan kakek-nenek, tetangga, keponakan, dan teman-teman istimewa.
  • Sebisa mungkin melindungi anak-anak dari media-media murahan.
  • Berdansa sambil mendengarkan musik dan bernyanyi bersama anggota keluarga.
  • Bersikap tegas jika perilaku anak-anak menyimpang dari rasa saling menghormati hak-hak serta perasaan masing-masing.
  • Melakukan langkah-langkah untuk mengontrol supaya pekerjaan di kantor tidak mempengaruhi kehidupan Anda dan kehidupan keluarga Anda.
  • Mempunyai kebiasaan memeluk anak-anak dan bercengkerama serta bermain bersama mereka, artinya Anda harus meluangkan waktu untuk mereka.
  • Anda juga perlu meluangkan waktu untuk diri Anda sendiri.
  • Memelihara kehidupan perkawinan dan selalu meluangkan waktu khusus untuk mengenal pasangan hidup secara lebih baik lagi.
  • Walaupun masa kecil Anda tidak menggembirakan, Anda jadi tahu seperti apa tidak enaknya, karena itu Anda tahu betapa pentingnya ‘menyirami dan memupuk akar-akarnya’.
  • Ciptakan keleluasaan yang lebih besar. Mainan plastic memang murah dan bersih namun lumpur dan kertas bekas yang masih kosong, tanah liat dan air adalah bahan mainan yang paling baik. Mainan seperti itu memberi kebebasan pada anak-anak untuk menuangkan segala imajinasi mereka.
  • Ciptakan rasa bosan yang sehat. Anda harus tega untuk tidak menggubris “Aku bosan” yang diucapkan anak-anak, sampai mereka tergerak untuk menciptakan permainan mereka sendiri.
  • Para ahli psikologi berpendapat bahwa bagi anak-anak bermain adalah cara memahami dunia ini, membebaskan diri mereka dari rasa cemas, takut, dan membangun hubungan dengan orang di sekitarnya. Bermain adalah sumber dari segala kreativitas dan penemuan hal-hal baru.
  • Jangan biarkan televisi terus menyala di rumah Anda, tontonlah yang baik dan menarik saja. Cukup beri anak-anak satu jam saja sehari untuk menonton acara televisi yang baik.
  • Cobalah menilai kehidupan Anda dengan menjawab pertanyaan berikut : Apakah Anda benar-benar menyukai tempat tinggal Anda, cara hidup Anda, dan pekerjaan Anda? Adakah pilihan lain yang bisa menjadikan hidup Anda lebih ceria, lebih mengalir tapi tetap menantang?

Lakukan semuanya itu untuk kepentingan anak-anak. Yang anak-anak Anda butuhkan adalah diri Anda sendiri dan bagaimana cinta Anda untuk mereka.

Sumber : Buku Mendidik Anak dengan Cinta/lh3/jawaban.com

Menghadapi Anak Yang Bossy

Apakah Anda pernah mendapati anak Anda berperilaku suka memerintah? Semua anak pada dasarnya akan seperti itu. Namun jika perilaku tersebut tidak diatasi maka anak Anda mungkin akan mengalami kesulitan saat dia mencari teman baik di sekolah maupun di rumah. Dan hal ini bisa memicu anak melakukan kekerasan agar bisa mendapat perhatian atau bisa diterima. Berikut ini ada beberapa cara untuk mengatasi anak yang suka memerintah terhadap orangtua, teman atau orang yang lebih tua , sebagai berikut :

  1. Jangan memberikan reaksi apapun baik tertawa ataupun memarahinya. Tetaplah tenang dan katakan pada anak Anda untuk mengulangi permintaannya dengan cara yang lebih sopan.
  2. Jangan melakukan apapun untuknya jika anak Anda meminta sesuatu. Dengan demikian anak Anda akan mengerti bahwa dirinya bukanlah bos yang bisa memerintah orang sesuka hatinya, terutama kepada orangtua.
  3. Awasi kegiatan sosial anak Anda dengan bergabung bersama teman-teman dan orangtua lainnya.
  4. Jika anak Anda mau berbagi mainan dengan temannya secara sopan, berilah pujian atas perilaku baiknya tersebut.
  5. Jika anak Anda menunjukkan sikap suka memerintah di depan teman-temannya, maka beritahu dia dengan cara membisikkannya bukan memarahinya.
  6. Jika anak Anda tetap pada sikapnya setelah diperingati, jauhkan dia dari teman-temannya dan katakan bahwa Anda akan membawanya pulang jika anak Anda tidak berperilaku baik.
  7. Mengajak anak Anda bermain permainan yang tidak kompetitif di rumah dan  masuk pada salah satu tim olahraga.
  8. Jika anak Anda ditinggalkan oleh teman-temannya, jangan terlalu bersimpati. Sebaliknya cobalah untuk membantunya mengatasi kelakuan tersebut.
  9. Buatlah anak Anda terbuka terhadap Anda, sehingga Anda bisa mengetahui apa yang menjadi pemicu perilakunya yang suka memerintah tersebut.

Sumber : perempuan.com/dan/jawaban.com

Cara Jitu Dalam Bekerjasama Dengan Anak-Anak

Banyak orangtua masa lalu tak punya kecakapan dalam mengasuh anak-anak mereka, sehingga mereka sering menerapkan pola pengasuhan dengan disiplin yang tidak enak dan keras. Hal ini terus berulang dari generasi ke generasi.

Begitu disiplin dipahami secara tepat, maka tak perlu ada rasa sakit, malu, atau takut. Sejak jaman dulu sebenarnya ada orangtua yang secara intuitif tahu sekaligus telah menerapkan prinsip disiplin yang benar, namun nyaris tak pernah diungkapkan secara baik sehingga nyaris tak pernah diketahui serta dipelajari.

Ada tiga cara jitu untuk menghasilkan kerjasama antara Anda dengan anak-anak Anda yang perlu diterapkan dalam kehidupan keluarga Anda agar ada hasil yang baik yang bisa dicapai agar pengasuhan Anda juga pada tempatnya. Ketiga kerjasama itu adalah :

Pencegahan

Makanlah sampai kenyang sebelum bepergian. Berhentilah mengendara secara teratur untuk menyantap makanan ringan. Hindari makanan yang berwarna-warni atau yang mengandung kadar gula tinggi, sekali-sekali boleh. Umumnya anak-anak jadi bersikap terlalu aktif sehingga sulit diatur setelah mereka mengkonsumsi gula dalam jumlah banyak.

Tentukan waktu untuk setiap hal yang ingin Anda lakukan dan yang ingin keluarga lakukan. Bila Anda mengasuh anak-anak yang baru belajar berjalan, amatlah penting untuk menyederhanakan hidup Anda karena melakukan hal-hal sederhana saja bisa membutuhkan waktu lama. Jadi bersikaplah santai dan nikmati saja semua itu.

Saat bersiap berangkat sekolah, katakan kepada anak-anak untuk berpakaian lebih dahulu baru sarapan, sehingga mereka tidak sarapan tanpa berpakaian ataupun terburu-buru berpakaian (Supaya mereka mau menyantap sarapan, malam harinya sebelum tidur, beri mereka minuman teh yang tidak kental sehingga mereka bangun dengan perut kelaparan.)

Lakukan pekerjaan rumah sehari-hari dengan riang gembira, apalagi diiringi musik yang ringan serta riang. Jadilah orang biasa yang bergembira, tak perlu memaksakan kesempurnaan. Anda hanya punya waktu penuh bersama anak-anak Anda sampai umur lima tahun, setelah itu Anda hanya punya waktu separuhnya sampai mereka berumur 10 tahun atau lebih.

Anak kecil yang sulit diatur biasanya hanya membutuhkan ruang gerak yang lebih leluasa. Tempat bermain yang luas serta berpasir, tempat bermain air, ruang untuk berlarian serta memanjat, semua itu sangat membantu anak dan membuat perubahan perilaku mereka. Anak yang kelelahan karena puas mengeluarkan energinya adalah anak yang penurut.

Pengalihan

“Kau akan Ibu belikan keripik kentang di toko itu asalkan kau mau menurut dan masuk ke mobil sekarang.” Adalah salah satu cara untuk mengalihkan anak dan agar dia mau menurut. Yang justru sering menjadi masalah adalah rasa bosan. Sering kali anak-anak disebut ‘nakal’ hanya karena mereka tidak tahu bagaimana harus bersikap benar untuk melakukan sesuatu. Bersiaplah untuk ‘mengajari’ dan bukan ‘menyerang’ ketika anak-anak melakukan sesuatu secara tidak benar.

Misalnya saja, seorang anak mengambil banyak makanan sekaligus, hal yang baik untuk dikatakan adalah “Tunggu dulu, kamu belum tanya apakah masih ada yang mau makanan itu. Begini saja, kamu ambil sepotong dulu dan makan itu dulu. Nanti, kalau kamu mau lagi, tanya dulu kepada yang lain apakah mereka masih mau.”

Konfrontasi

Bila semua cara di atas sudah Anda coba tapi anak Anda tetap tak mau menurut, itu berarti anak Anda ingin melakukan konfrontasi. Kadang kala anak-anak senang berkonflik karena ada kebutuhan dalam diri mereka untuk merasakan batas-batas aman sekaligus tegas. Kadang kala juga disebabkan oleh ketidakmampuan mereka untuk mengatasi masalah seperti mau berbagi, bersikap sabar menunggu, ataupun tidak main pukul.

Apapun masalahnya, ajarkan mereka untuk berdiri diam dan berpikir. Beri pengertian kepada mereka. Maka, akan ada kerjasama yang luar biasa yang akan berlangsung antara hubungan Anda dengan anak-anak Anda.

Sumber : jawaban.com

3 Karung Beras

Ini adalah makanan yang tidak bisa dibeli dengan uang. Kisah ini adalah kisah nyata sebuah keluarga yang sangat miskin, yang memiliki seorang anak laki-laki. Ayahnya sudah meninggal dunia, tinggalah ibu dan anak laki-lakinya untuk saling menopang.

Ibunya bersusah payah seorang membesarkan anaknya, saat itu kampung tersebut belum memiliki listrik. Saat membaca buku, sang anak tersebut diterangi sinar lampu minyak, sedangkan ibunya dengan penuh kasih menjahitkan baju untuk sang anak.

Saat memasuki musim gugur, sang anak memasuki sekolah menengah atas.Tetapi justru saat itulah ibunya menderita penyakit rematik yang parah sehingga tidak bisa lagi bekerja disawah.

Saat itu setiap bulannya murid-murid diharuskan membawa tiga puluh kg beras untuk dibawa kekantin sekolah. Sang anak mengerti bahwa ibunya tidak mungkin bisa memberikan tiga puluh kg beras tersebut.

Dan kemudian berkata kepada ibunya: ” Ma, saya mau berhenti sekolah dan membantu mama bekerja disawah”. Ibunya mengelus kepala anaknya dan berkata : “Kamu memiliki niat seperti itu mama sudah senang sekali tetapi kamu harus tetap sekolah. Jangan khawatir, kalau mama sudah melahirkan kamu, pasti bisa merawat dan menjaga kamu. Cepatlah pergi daftarkan kesekolah nanti berasnya mama yang akan bawa kesana”.

Karena sang anak tetap bersikeras tidak mau mendaftarkan kesekolah, mamanya menampar sang anak tersebut. Dan ini adalah pertama kalinya sang anak ini dipukul oleh mamanya.

Sang anak akhirnya pergi juga kesekolah. Sang ibunya terus berpikir dan merenung dalam hati sambil melihat bayangan anaknya yang pergi menjauh.

Tak berapa lama, dengan terpincang-pincang dan nafas tergesa-gesa Ibunya datang kekantin sekolah dan menurunkan sekantong beras dari bahunya. Pengawas yang bertanggung jawab menimbang beras dan membuka kantongnya dan mengambil segenggam beras lalu menimbangnya dan berkata : ” Kalian para wali murid selalu suka mengambil keuntungan kecil, kalian lihat, disini isinya campuran beras dan gabah. Jadi kalian kira kantin saya ini tempat penampungan beras campuran”. Sang ibu ini pun malu dan berkali-kali meminta maaf kepada ibu pengawas tersebut.

Awal bulan berikutnya ibu memikul sekantong beras dan masuk kedalam kantin. Ibu pengawas seperti biasanya mengambil sekantong beras dari kantong tersebut dan melihat. Masih dengan alis yang mengerut dan berkata: “Masih dengan beras yang sama”. Pengawas itupun berpikir, apakah kemarin itu dia belum berpesan dengan Ibu ini dan kemudian berkata : “Tak perduli beras apapun yang Ibu berikan kami akan terima tapi jenisnya harus dipisah jangan dicampur bersama, kalau tidak maka beras yang dimasak tidak bisa matang sempurna.

Selanjutnya kalau begini lagi, maka saya tidak bisa menerimanya”. Sang ibu sedikit takut dan berkata : “Ibu pengawas, beras dirumah kami semuanya seperti ini jadi bagaimana? Pengawas itu pun tidak mau tahu dan berkata : “Ibu punya berapa hektar tanah sehingga bisa menanam bermacam-macam jenis beras”. Menerima pertanyaan seperti itu sang ibu tersebut akhirnya tidak berani berkata apa-apa lagi.

Awal bulan ketiga, sang ibu datang kembali kesekolah. Sang pengawas kembali marah besar dengan kata-kata kasar dan berkata: “Kamu sebagai mama kenapa begitu keras kepala, kenapa masih tetap membawa beras yang sama. Bawa pulang saja berasmu itu !”.

Dengan berlinang air mata sang ibu pun berlutut di depan pengawas tersebut dan berkata: “Maafkan saya Bu, sebenarnya beras ini saya dapat dari mengemis”. Setelah mendengar kata sang ibu, pengawas itu kaget dan tidak bisa berkata apa-apa lagi. Sang ibu tersebut akhirnya duduk diatas lantai, menggulung celananya dan memperlihatkan kakinya yang sudah mengeras dan membengkak.

Sang ibu tersebut menghapus air mata dan berkata: “Saya menderita rematik stadium terakhir, bahkan untuk berjalan pun susah, apalagi untuk bercocok tanam. Anakku sangat mengerti kondisiku dan mau berhenti sekolah untuk membantuku bekerja disawah. Tapi saya melarang dan menyuruhnya bersekolah lagi.”

Selama ini dia tidak memberi tahu sanak saudaranya yang ada dikampung sebelah. Lebih-lebih takut melukai harga diri anaknya.

Setiap hari pagi-pagi buta dengan kantong kosong dan bantuan tongkat pergi ke kampung sebelah untuk mengemis. Sampai hari sudah gelap pelan-pelan kembali ke kampung sendiri. Sampai pada awal bulan semua beras yang terkumpul diserahkan ke sekolah.

Pada saat sang ibu bercerita, secara tidak sadar air mata pengawas itupun mulai mengalir, kemudian mengangkat ibu tersebut dari lantai dan berkata: “Bu sekarang saya akan melapor kepada kepala sekolah, supaya bisa diberikan sumbangan untuk keluarga ibu.” Sang ibu buru- buru menolak dan berkata: “Jangan, kalau anakku tahu ibunya pergi mengemis untuk sekolah anaknya, maka itu akan menghancurkan harga dirinya. Dan itu akan mengganggu sekolahnya. Saya sangat terharu dengan kebaikan hati ibu pengawas, tetapi tolong ibu bisa menjaga rahasia ini.”

Akhirnya masalah ini diketahui juga oleh kepala sekolah. Secara diam- diam kepala sekolah membebaskan biaya sekolah dan biaya hidup anak tersebut selama tiga tahun. Setelah tiga tahun kemudian, sang anak tersebut lulus masuk ke perguruan tinggi qing hua dengan nilai 627 point.

Di hari perpisahan sekolah, kepala sekolah sengaja mengundang ibu dari anak ini duduk diatas tempat duduk utama. Ibu ini merasa aneh, begitu banyak murid yang mendapat nilai tinggi, tetapi mengapa hanya ibu ini yang diundang. Yang lebih aneh lagi disana masih terdapat tiga kantong beras.

Pengawas sekolah tersebut akhirnya maju kedepan dan menceritakan kisah sang ibu ini yang mengemis beras demi anaknya bersekolah.

Kepala sekolah pun menunjukkan tiga kantong beras itu dengan penuh haru dan berkata : “Inilah sang ibu dalam cerita tadi.”

Dan mempersilakan sang ibu tersebut yang sangat luar biasa untuk naik ke atas mimbar.

Anak dari sang ibu tersebut dengan ragu-ragu melihat kebelakang dan melihat gurunya menuntun mamanya berjalan ke atas mimbar. Sang ibu dan sang anak pun
saling bertatapan. Pandangan mama yang hangat dan lembut kepada anaknya Akhirnya sang anak pun memeluk dan merangkul erat mamanya dan berkata: “Oh Mamaku………………

Pengorbanan Sang Adik

Aku dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat terpencil. Hari demi hari, orang tuaku membajak tanah kering kuning, dan punggung mereka menghadap ke langit. Aku mempunyai seorang adik, tiga tahun lebih muda dariku.

Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan yang mana semua gadis disekelilingku kelihatannya membawanya, Aku mencuri lima puluh sen dari laci ayahku. Ayah segera menyadarinya. Beliau membuat adikku dan aku berlutut di depan tembok, dengan sebuah tongkat bambu di tangannya. ”Siapa yang mencuri uang itu?” Beliau bertanya. Aku terpaku, terlalu takut untuk berbicara. Ayah tidak mendengar siapa pun mengaku, jadi Beliau mengatakan, “Baiklah, kalau begitu, kalian berdua layak dipukul!” Dia mengangkat tongkat bambu itu tingi-tinggi. Tiba-tiba, adikku mencengkeram tangannya dan berkata, “Ayah, aku yang melakukannya!”

Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku bertubi-tubi. Ayah begitu marahnya sehingga ia terus menerus mencambukinya sampai Beliau kehabisan nafas sesudahnya, Beliau duduk di atas ranjang batu bata kami dan memarahi, “Kamu sudah belajar mencuri dari rumah sekarang, hal memalukan apa lagi yang akan kamu lakukan di masa mendatang? … Kamu layak dipukul sampai mati! Kamu pencuri tidak tahu malu!”

Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan kami. Tubuhnya penuh dengan luka, tetapi ia tidak menitikkan air mata setetes pun. Di pertengahan malam itu, saya tiba-tiba mulai menangis meraung-raung. Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya dan berkata, “Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semuanya sudah terjadi.”

Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki cukup keberanian untuk maju mengaku. Bertahun-tahun telah lewat, tapi insiden tersebut masih kelihatan seperti baru kemarin. Aku tidak pernah akan lupa tampang adikku ketika ia melindungiku. Waktu itu, adikku berusia 8 tahun. Aku berusia 11 tahun, 3 tahun lebih tua darinya.

Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ia lulus untuk masuk ke SMA di pusat kabupaten. Pada saat yang sama, saya diterima untuk masuk ke sebuah universitas provinsi. Malam itu, ayah berjongkok di halaman, menghisap rokok tembakaunya, bungkus demi bungkus. Saya mendengarnya memberengut, “Kedua anak kita memberikan hasil yang begitu baik…hasil yang begitu baik…” Ibu mengusap air matanya yang mengalir dan menghela nafas, “Apa gunanya? Bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligus?”

Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan ayah dan berkata, “Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi, telah cukup membaca banyak buku.” Ayah mengayunkan tangannya dan memukul adikku pada wajahnya. “Mengapa kau mempunyai jiwa yang begitu lemahnya? Bahkan jika berarti saya mesti mengemis di jalanan saya akan menyekolahkan kamu berdua sampai selesai!” Dan begitu kemudian ia mengetuk setiap rumah di dusun itu untuk meminjam uang. Aku menjulurkan tanganku selembut yang aku bisa ke muka adikku yang membengkak, dan berkata, “Seorang anak laki-laki harus meneruskan sekolahnya; kalau tidak ia tidak akan pernah meninggalkan jurang kemiskinan ini.” Aku, sebaliknya, telah memutuskan untuk tidak lagi meneruskan ke universitas.

Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh datang, adikku meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit kacang yang sudah mengering. Dia menyelinap ke samping ranjangku dan meninggalkan secarik kertas di atas bantalku: “Kak, masuk ke universitas tidaklah mudah. Saya akan pergi mencari kerja dan mengirimu uang.”

Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku, dan menangis dengan air mata bercucuran sampai suaraku hilang. Tahun itu, adikku berusia 17 tahun. Aku 20 tahun. Dengan uang yang ayahku pinjam dari seluruh dusun, dan uang yang adikku hasilkan dari mengangkut semen pada punggungnya di lokasi konstruksi, aku akhirnya sampai ke tahun ketiga (di universitas). Suatu hari, aku sedang belajar di kamarku, ketika teman sekamarku masuk dan memberitahukan, “Ada seorang penduduk dusun menunggumu di luar sana!”

Mengapa ada seorang penduduk dusun mencariku? Aku berjalan keluar, dan melihat adikku dari jauh, seluruh badannya kotor tertutup debu semen dan pasir. Aku menanyakannya, “Mengapa kamu tidak bilang pada teman sekamarku kamu adalah adikku?” Dia menjawab,tersenyum, “Lihat bagaimana penampilanku. Apa yang akan mereka pikir jika mereka tahu saya adalah adikmu? Apa mereka tidak akan menertawakanmu?”

Aku merasa terenyuh, dan air mata memenuhi mataku. Aku menyapu debu-debu dari adikku semuanya, dan tersekat-sekat dalam kata-kataku, “Aku tidak perduli omongan siapa pun! Kamu adalah adikku apa pun juga! Kamu adalah adikku bagaimana pun penampilanmu…”

Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu. Ia memakaikannya kepadaku, dan terus menjelaskan, “Saya melihat semua gadis kota memakainya. Jadi saya pikir kamu juga harus memiliki satu.” Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi. Aku menarik adikku ke dalam pelukanku dan menangis dan menangis. Tahun itu, ia berusia 20. Aku 23 tahun.

Kali pertama aku membawa pacarku ke rumah, kaca jendela yang pecah telah diganti, dan kelihatan bersih di mana-mana. Setelah pacarku pulang, aku menari seperti gadis kecil di depan ibuku. “Bu, ibu tidak perlu menghabiskan begitu banyak waktu untuk membersihkan rumah kita!” Tetapi katanya, sambil tersenyum, “Itu adalah adikmu yang pulang awal untuk membersihkan rumah ini. Tidakkah kamu melihat luka pada tangannya? Ia terluka ketika memasang kaca jendela baru itu..”

Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku. Melihat mukanya yang kurus, seratus jarum terasa menusukku. Aku mengoleskan sedikit saleb pada lukanya dan membalut lukanya. “Apakah itu sakit?” Aku menanyakannya. “Tidak, tidak sakit. Kamu tahu, ketika saya bekerja di lokasi konstruksi, batu-batu berjatuhan pada kakiku setiap waktu. Bahkan itu tidak menghentikanku bekerja dan…” Ditengah kalimat itu ia berhenti. Aku membalikkan tubuhku memunggunginya, dan air mata mengalir deras turun ke wajahku. Tahun itu, adikku 23. Aku berusia 26 tahun.

Ketika aku menikah, aku tinggal di kota. Banyak kali suamiku dan aku mengundang orang tuaku untuk datang dan tinggal bersama kami, tetapi mereka tidak pernah mau. Mereka mengatakan, sekali meninggalkan dusun, mereka tidak akan tahu harus mengerjakan apa. Adikku tidak setuju juga, mengatakan, “Kak, jagalah mertuamu aja. Saya akan menjaga ibu dan ayah di sini.”

Suamiku menjadi direktur pabriknya. Kami menginginkan adikku mendapatkan pekerjaan sebagai manajer pada departemen pemeliharaan. Tetapi adikku menolak tawaran tersebut. Ia bersikeras memulai bekerja sebagai pekerja reparasi.

Suatu hari, adikku diatas sebuah tangga untuk memperbaiki sebuah kabel, ketika ia mendapat sengatan listrik, dan masuk rumah sakit. Suamiku dan aku pergi menjenguknya. Melihat gips putih pada kakinya, saya menggerutu, “Mengapa kamu menolak menjadi manajer? Manajer tidak akan pernah harus melakukan sesuatu yang berbahaya seperti ini. Lihat kamu sekarang, luka yang begitu serius. Mengapa kamu tidak mau mendengar kami sebelumnya?”

Dengan tampang yang serius pada wajahnya, ia membela keputusannya. “Pikirkan kakak ipar–ia baru saja jadi direktur, dan saya hampir tidak berpendidikan. Jika saya menjadi manajer seperti itu, berita seperti apa yang akan dikirimkan?”

Mata suamiku dipenuhi air mata, dan kemudian keluar kata-kataku yang sepatah-sepatah: “Tapi kamu kurang pendidikan juga karena aku!” “Mengapa membicarakan masa lalu?” Adikku menggenggam tanganku. Tahun itu, ia berusia 26 dan aku 29 tahun.

Adikku kemudian berusia 30 ketika ia menikahi seorang gadis petani dari dusun itu. Dalam acara pernikahannya, pembawa acara perayaan itu bertanya kepadanya, “Siapa yang paling kamu hormati dan kasihi?” Tanpa bahkan berpikir ia menjawab, “Kakakku.”

Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kisah yang bahkan tidak dapat kuingat. “Ketika saya pergi sekolah SD, ia berada pada dusun yang berbeda. Setiap hari kakakku dan saya berjalan selama dua jam untuk pergi ke sekolah dan pulang ke rumah. Suatu hari, Saya kehilangan satu dari sarung tanganku. Kakakku memberikan satu dari kepunyaannya. Ia hanya memakai satu saja dan berjalan sejauh itu. Ketika kami tiba di rumah, tangannya begitu gemetaran karena cuaca yang begitu dingin sampai ia tidak dapat memegang sumpitnya. Sejak hari itu, saya bersumpah, selama saya masih hidup, saya akan menjaga kakakku dan baik kepadanya.”

Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu memalingkan perhatiannya kepadaku. Kata-kata begitu susah kuucapkan keluar bibirku, “Dalam hidupku, orang yang paling aku berterima kasih adalah adikku.” Dan dalam kesempatan yang paling berbahagia ini, di depan kerumunan perayaan ini, air mata bercucuran turun dari wajahku seperti sungai.

Tidak ada Yang Mustahil - Jessica Cox

Sampai tulisan ini dimuat pada bulan ini, usianya belum mencapai 30 tahun.

Namun lihatlah prestasinya : bisa mengemudikan mobil dengan lancar, berenang dengan cepat, dna menggetik 25 kata per menit. Ia juga pemegang dua ban hitam Tae Kwon Do (dari dua federasi) dan juga pintar menari. Ia bisa sekolah, lulus kuliah, dan memiliki lisensi untuk menerbangkan pesawat !

Ia mandiri, cantik, berprestasi, dan menjadi orang yang sangat dihormati dan berguna bagi lingkungan sekitarnya.

Jadi, apa yang tidak dimiliki oleh perempuan muda ini ?????

Dua lengannya !!!!

Tidak ada Yang Mustahil - Chris Burke

Chris lahir pada 26 Agustus 1965 dan ia adalah penderita down syndrome atau yang biasa disebut dengan tuna grahita (idiot). Penderita biasanya memiliki ciri-ciri (wajah) yang khas, dan IQ yang sangat rendah.

Tap tahukah kita bahwa ia dikenal sebagai salah satu aktor serba bisa yang cukup karismatik. Salah satu serial TV yang pernah dibintanginya ialah "Life Goes On". Acara TV ini mendapatkan rating yang tinggi selama 4 tahun ! Chris juga sering diundang dalam berbagai acara Talk Show di berbagai stasiun TV dan bahkan ia memberi semangat kepada orang lain yang normal.

Tidak ada Yang Mustahil - Lance Armstrong

Ia memulai karir profesional dalam balap sepeda pada tahun 1990-an. Ia selalu tertinggal jauh di belakang sang juara. Saat Tour De France ia terpaut waktu sekitar 27 menit dari juara pertama. Kurang berkesan memang. Bahkan ia kemudian menderita kanker testis dan telah menjalar ke paru-paru dan otaknya. Kemungkinan hidupnya sangat tipis dan tak mungkin lagi dapat bertahan.

Tetapi ia tidak menyerah, ia tetap bertekad untuk menjadi juara Tour De France. Tentu saja ia ditertawakan banyak orang mengenai niatnya itu. Tetapi ia bertekad dalam hati bahwa kemustahilan ini akan dia terobos.

Tahun 1999 sementara dalam proses pengobatannya, ia menjuarai Tour De France untuk pertama kalinya. Bukan hanya itu, ia bahkan kemudian menjuarainya sebanyak tujuh kali berturut-turut !

Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan kalau kita mau percaya ?