Translate

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Sebab Dia adalah Tuhan kekuatanku, bersama-Nya ku takkan goyah

Berapa Jam Yang Diperlukan Untuk Membaca Alkitab ?

Alkitab berisi kurang lebih 3 juta huruf, 31.000 ayat dan 1.189 pasal.

Untuk membaca seluruh Perjanjian Lama, dibutuhkan kira-kira 38 jam, sedang untuk Perjanjian Baru 11 jam.

Jadi untuk membaca seluruh Alkitab diperlukan sebanyak 49 jam.

Bila kita membaca Alkitab dengan keras dengan kecepatan berbicara biasa, kita membutuhkan waktu 70 jam, 40 menit.

Dengan membaca 4 pasal tiap-tiap hari, anda dapat menyelesaikan Alkitab dalam setahun (375 hari).

Sumber : www.geocities.com/kalam_kudus/artikel.html#Daftar

Mengajar & Berbuat Baik

Hari-hari ini banyak orang sedang mengkampanyekan dirinya supaya terpilih menjadi pemimpin rakyat. Semuanya mengobral banyak janji dan program-program. Sebagian merupakan hasil dari pemikiran yang matang, dan sebagian lagi asal menarik dan laku untuk dijual.

Sebenarnya kalau kita mengikuti cara yang Tuhan Yesus lakukan akan jauh lebih baik. Yesus mengajar dan berbuat baik dengan menyentuh hidup banyak orang. Hal itu terus menerus dilakukan Yesus tanpa henti, dan akhirnya malah orang yang memaksaNya untuk menjadi raja, walau ditolakNya.

Gereja-gereja jika meneladani hidup Yesus akan menjadi sebuah rangkaian harmoni yang ajaib. Tidak ada yang sekedar berdebat untuk idenya agar diterima dan menjadi yang paling baik diantara semuanya, juga tidak ada "black campaign" yang menjelek-jelekkan sesamanya supaya kelihatan baik dan menjadi pusat perhatian agar tidak ditinggalkan orang.

Bukankah jika kita ingin menjadi pemimpin, maka kita harus menjadi pelayan bagi semuanya ? Mari, ajarkan dan sampaikan kabar baik dan jangan jemu-jemu untuk berbuat baik.

Sumber : Pdt. Petrus Agung Purnomo

God Says

YOU SAY

GOD SAYS

BIBLE VERSES

You say: "It's impossible"

God says: All things are possible

(Luke 18:27)

You say: "I'm too tired"

God says: I will give you rest

(Matthew 11:28-30)

You say: "Nobody really loves me"

God says: I love you

(John 3:1 6 & John 3:34 )

You say: "I can't go on"

God says: My grace is sufficient

(II Corinthians 12:9 & Psalm 91:15)

You say: "I can't figure things out"

God says: I will direct your steps

(Proverbs 3:5- 6)

You say: "I can't do it"

God says: You can do all things

(Philippians 4:13)

You say: "I'm not able"

God says: I am able

(II Corinthians 9:8)

You say: "It's not worth it"

God says: It will be worth it

(Roman 8:28 )

You say: "I can't forgive myself"

God says: I Forgive you

(I John 1:9 & Romans 8:1)

You say: "I can't manage"

God says: I will supply all your needs

(Philippians 4:19)

You say: "I'm afraid"

God says: I have not given you a spirit of fear

(II Timothy 1:7)

You say: "I'm always worried and frustrated"

God says: Cast all your cares on ME

(I Peter 5:7)

You say: "I'm not smart enough"

God says: I give you wisdom

(I Corinthians 1:30)

You say: "I feel all alone"

God says: I will never leave you or forsake you

(Hebrews 13:5)


Sumber : forward email

Arti & Asal Usul Nabi Habakuk

Kitab 2 Raja-Raja 4 : 8-37 mencatat perjalanan nabi Elisa yang bertemu dengan perempuan Sunem. Pada waktu itu perempuan Sunem itu menyambut dan memperlakukan nabi Elisa dengan sangat baik, dimana ia memberikan makanan dan bahkan membuatkan kamar peristirahatan khusus untuk nabi Elisa yang kerap kali melewati Sunem.

Dari kebaikan perempuan Sunem itu, nabi Elisa bernubuat bahwa perempuan Sunem itu akan melahirkan anak, yang mana bagi perempuan itu sangat tidak masuk akal dikarenakan sudah sekian lama berkeluarga namun belum juga mempunyai anak

Berkatalah Elisa: "Pada waktu seperti ini juga, tahun depan, engkau ini akan menggendong seorang anak laki-laki." Tetapi jawab perempuan itu: "Janganlah tuanku, ya abdi Allah, janganlah berdusta kepada hambamu ini!" (Terjemahan Bahasa Indonesia 2 Raja-Raja 4 : 16)

Elisha said, At this season when the time comes round, you shall embrace a son. She said, No, my lord, you man of God, do not lie to your handmaid. (Terjemahan Amplified Bible 2 Kings 4 : 16)

Persis tahun depan dengan waktu yang sama, perempuan itu melahirkan seorang anak laki-laki. Dalam perjalanan hidup anak laki-laki tersebut, dicatat bahwa anak laki-laki tersebut terkena sabit para penyabit gandum ketika sedang keluar mencari ayahnya di ladang gandum sehingga beberapa saat kemudian anak itu mati di pangkuan ibunya. Mengetahui anaknya mati, perempuan Sunem itu bergegas pergi untuk mencari nabi Elisa. Mendengar apa yang diceritakan perempuan Sunem tersebut, nabi Elisa kemudian menuju ke rumah perempuan tersebut dan telah mendapati anak tersebut telah mati.

Lalu ia membaringkan dirinya di atas anak itu dengan mulutnya di atas mulut anak itu, dan matanya di atas mata anak itu, serta telapak tangannya di atas telapak tangan anak itu; dan karena ia meniarap di atas anak itu, maka menjadi panaslah badan anak itu. (Terjemahan Bahasa Indonesia 2 Raja-Raja 4 : 34)

He went up and lay on the child, put his mouth on his mouth, his eyes on his eyes, and his hands on his hands. And as he stretched himself on him and embraced him, the child's flesh became warm.(2 Kings 4 : 34)

Sesudah itu ia berdiri kembali dan berjalan dalam rumah itu sekali ke sana dan sekali ke sini, kemudian meniarap pulalah ia di atas anak itu. Maka bersinlah anak itu sampai tujuh kali, lalu membuka matanya. (Terjemahan Bahasa Indonesia 4 : 35)

Then he returned and walked in the house to and fro and went up again and stretched himself upon him. And the child sneezed seven times, and then opened his eyes. (2 Kings 4 : 35)

Dan sekian lama berlalu, anak itu hidup dan tumbuh besar. Dalam Alkitab mencatat sebuah kitab yang ditulis oleh nabi Habakuk, yang terkenal dengan nama kitab Habakuk.

Dalam bahasa aslinya, nama Habakuk mempunyai arti “double embrace” atau “dipeluk erat dua kali”

Para ahli menyakini bahwa Habakuk adalah anak perempuan Sunem tersebut. Pelukan erat pertama kali adalah saat anak itu pertama kali dilahirkan, dan pelukan kedua adalah saat anak itu dibangkitkan kembali oleh nabi Elisa.

Sumber : dari berbagai informasi


Kejar Dia

Pernahkah Anda mendengar kisah dongeng tentang seorang putri dengan kostum baja?

Yah, Anda tahu ceritanya, dia menyeberangi lautan, membunuh naga, dan menyelamatkan pria yang dia cintai...

Tunggu... Anda tidak pernah mendengar dongeng seperti itu?

Saya juga tidak...

Mengapa? Karena kisah dongeng selalu terjadi sebaliknya. Pria yang berjuang untuk wanita. Dia mengambil resiko, dia berperang melawan musuh yang jahat. Dia yang mengejar dan berusaha mendapatkan hati wanita.

Sekarang saya menyadari bahwa semua kisah dongeng itu hampir sama, mungkin sedikit menonjolkan perbedaan gender. Tapi semua kisah itu mengandung suatu kebenaran. Dongeng-dongeng yang kita dengar saat kita masih kecil merupakan cerminan dari harapan terdalam setiap pria dan wanita. Artikel ini memang bukan tentang dongeng. Saya hanya menjadikan mereka sebagai contoh untuk menyoroti apa yang saya lihat sebagai masalah yang sedang berkembang di dalam gereja: para pria Kristen tidak dapat (atau tidak mau) untuk secara aktif berusaha menemukan dan menjalin hubungan dengan pasangan yang potensial. Daripada duduk di atas pelana kuda dan mulai berjuang, kebanyakan pria tampak menunggu di menara, menunggu putri-putri berjuang untuk mereka.

Jika itu Anda, saya mempunyai saran yang sangat masuk akal, ini sudah waktunya bagi pria untuk berdiri dan mengambil pimpinan dalam area percintaan. Dan jangan bersembunyi di balik alasan "menjaga kekudusan". Jika Anda bertemu wanita yang tepat, berusahalah mengenal lebih dekat dan menjalin hubungan dengannya.

Biarkan saya menjelaskan.

Baru-baru ini saya berbicara dengan seorang wanita lajang Kristen yang sangat menarik. Dia bertanya, "Apa yang dipikirkan oleh pada pria Kristen? Mereka tidak pernah berusaha mendekati atau menjalin hubungan!" Dia menerima banyak perhatian dari para pria di luar gereja. Tapi pria-pria di dalam gereja terlihat rapuh dan takut untuk berusaha menjadi lebih dari sekedar teman biasa baginya.

Beberapa minggu lalu saya menerima email dari seorang pria muda yang meminta saran. Pertanyaannya memperkuat keluhan yang sering saya dengar dari gender sebaliknya. Dia menanyakan hal-hal seperti: Haruskah dia berkencan dengan seorang gadis dari gereja? Jika iya, bagaimana dia bisa yakin bahwa dia ke gereja untuk Tuhan dan bukan untuk gadis-gadis? Dan bagaimana jika usaha pendekatan itu tidak berhasil? Apakah dia akan dapat melaluinya? Pemikiran-pemikiran yang terlalu berlebihan...

Itu memang hanya 2 contoh, tapi cukup mewakili trend yang lebih besar. Dalam buku terbarunya "Where Have All The Good Men Gone?" A.J. Kiesling melaporkan penemuannya dari hasil survei 120 wanita lajang Kristen. Apa yang paling mereka keluhkan tentang para pria? Kiesling berkata, "Berkali-kali saya mendengar jawaban, ‘Saya ingin para pria melangkah dan berani mengambil resiko untuk mengajak saya keluar.'"

Ini adalah tanggapan yang Kiesling dapatkan dari para wanita lajang tentang pria Kristen:

"Tuhan tidak menciptakan Anda untuk menjadi pasif. Mengejar dan berjuang mungkin terkesan kuno, tapi kami masih ingin dikejar."

"Sepertinya para pria tidak mau mengambil resiko untuk mengajak seorang wanita keluar, sejak mereka tidak perlu lagi melakukannya. Karena ada banyak wanita yang akan mengejar mereka, tapi itu bukan saya. Saya ingin pria-lah yang mengejar saya."

"Berhentilah berkata, ‘Saya sedang menunggu Tuhan untuk membawakan kepada saya pasangan hidup saya' Bersikap jujurlah, Anda ketakutan, dan Anda takut disakiti karena ditolak!"

Jadi mengapa para pria Kristen tidak mulai mengambil langkah? Ada apa di balik trend ini? Saya pikir mungkin ada beberapa faktor:

Pertama, budaya yang sedang meningkat saat ini mengatakan pada para pria bahwa wanita mempunyai tanggung jawab yang sama dalam hal menginisiasikan sebuah hubungan. Hari-hari ini para wanita didorong untuk menjadi lebih agresif. Tapi walaupun pandangan budaya seperti itu digembar-gemborkan dalam pendidikan yang lebih tinggi dan melalui media, biasanya tidak berlaku sepenuhnya di dunia nyata, dimana wanita masih menghargai pria yang mempunyai keberanian untuk membuat langkah pertama. Memang ada beberapa cara bagi wanita untuk mendorong pria agar mengambil inisiatif pertama, tapi itu lain topik.

Faktor kedua bahkan lebih mengena pada kebanyakan pria Kristen. Penekanan yang berlebihan pada sisi rohani juga dapat mencegah terbentuknya atau dimulainya suatu hubungan. Saya telah bertemu dengan banyak pria Kristen yang menyamakan kepasifan dalam area ini dengan superioritas rohani. Dalam kasus-kasus semacam ini, pemikiran mereka mungkin seperti ini: "Jika saya menunggu dan berdoa dengan sabar, Tuhan akan menjatuhkan seorang wanita tepat ke pangkuan saya."

Para pria yang mempunyai pemikiran seperti itu mungkin bisa menngambil nasehat dari kakek saya yang berusia 88 tahun. Dia mungkin tidak terlihat sebagai sumber yang tepat untuk mendapatkan nasehat tentang hubungan romantis, tapi dia telah memberi saya nasehat selama masa lajang saya, yang saya pikir perlu juga untuk diperhatikan para pria itu. Kakek saya dulunya adalah seorang pastor. Kebanyakan waktunya dia habiskan untuk berdoa dengan Alkitab yang terbuka di pangkuannya. Saat dia membicarakan topik tentang wanita dengan saya, saya tidak yakin tentang apa yang akan dia katakan. Apakah dia akan menyuruh saya berhati-hati? Menjaga kekudusan?

Tapi dia menunjukkan ayat yang saya tahu, Amsal 18:22: "Siapa mendapat isteri, mendapat sesuatu yang baik, dan ia dikenan Tuhan." ("He who finds a wife finds what is good and receives favor from the Lord")

Saya tahu bahwa menemukan seorang istri adalah hal yang baik. Apakah ini hanya sindirannya saja karena saya masih lajang?

Tidak, dia menunjukkan bahwa ayat itu menyatakan secara tidak langsung bahwa saya mempunyai tanggung jawab untuk membuatnya terjadi.

Dia menunjukkan satu kata itu, "find" tunjuknya. "Itu kata kerja..."

Saya belajar darinya.

Ketika saya bertemu dengan calon istri saya, saya tahu adalah tanggung jawab saya untuk mengambil inisiatif dalam hubungan itu, meskipun saya merasa sangat takut untuk mengambil langkah pertama. Saya masih ingat pertama kali saya datang ke rumahnya dengan membawa bunga di tangan yang gemetar. Saya percaya pria bertanggung jawab untuk berinisiatif dalam hubungan. Tapi pernyataan itu juga mempunyai sisi lain. Meskipun adalah tugas pria untuk mengejar dan berinisiatif, tapi tetap tidak meniadakan peranan Tuhan. Tuhan tetap adalah Pemrakarsa terbaik. Kita tidak seharusnya terburu-buru masuk ke dalam suatu hubungan dengan tidak mengindahkan pimpinan dari Roh Kudus. Kita maju hanya setelah doa dan pertimbangan yang hati-hati.

Sangat penting bagi kita untuk menjadi lebih peka dalam membaca sinyal dari wanita. Para wanita ingin kita bersikap proaktif, tapi jika perasaan tidak saling berbalas, sikap agresif tidaklah tepat, itu justru menyeramkan. Jika semua tindakan-tindakan pendekatan yang Anda lakukan direspon dengan dingin, jangan terus berjuang maju. Terus maju akan membuat dia semakin membangun benteng, bukan meluluhkannya. Mundurlah dan bersikaplah sebagai seorang saudara pria. Sekali Anda menunjukkan niat Anda dengan jelas kepadanya, bola ada di tangannya. Dia akan memberitahu Anda jika perasaannya berubah.

Tapi jika Anda salah satu dari banyak pria yang hanya duduk di balik pagar, terlalu takut atau terlalu berpikiran "rohani" untuk mengejar seorang wanita, mungkin ini waktunya untuk bangkit dan melakukan sesuatu. Saya tahu mengambil resiko itu terasa menakutkan. Tapi seringkali proses atau perjalanan yang paling menyenangkan itu dimulai dengan langkah-langkah yang tidak mudah dan kebimbangan. Tuhan menciptakan Anda untuk menjadi pengejar.

Jadi lain kali jika Tuhan mempertemukan Anda dengan seorang wanita Kristen yang menarik, jangan hanya duduk dan memainkan jari Anda. Karena cinta bisa saja melewati dan meninggalkan Anda!

Sumber : www.jawaban.com

Kesaksian Jim Caviezel, Pemeran Yesus Dalam The Passion Of Jesus Christ

Jim Caviezel adalah seorang aktor biasa dengan peran-peran kecil dalam film-film yang juga tidak besar. Peran terbaik yang pernah dimilikinya adalah sebuah film perang yang berjudul “The Thin Red Line” yang mana dia hanya memerankan salah satu tokoh dari begitu banyaknya aktor besar yang berperan dalam film kolosal itu. Dalam Thin Red Line, Jim berperan sebagai prajurit yang berkorban demi menolong teman-temannya yang terluka dan terkepung musuh, ia berlari memancing musuh kearah yang lain walaupun ia tahu ia akan mati, dan akhirnya musuhpun mengepung dan membunuhnya. Kharisma kebaikan, keramahan, dan rela berkorbannya ini menarik perhatian Mel Gibson, yang sedang mencari aktor yang tepat untuk memerankan konsep film yang sudah lama disimpannya, menunggu orang yang tepat untuk memerankannya.


Dan inilah kesaksian Jim Caviezel. pemeran Yesus dalam film "The Passion Of Jesus Christ" ...

"Saya terkejut suatu hari dikirimkan naskah sebagai peran utama dalam sebuah film besar. Belum pernah saya bermain dalam film besar apalagi sebagai peran utama. Tapi yang membuat saya lebih terkejut lagi adalah ketika tahu peran yang harus saya mainkan. Ayolah…, Dia ini Tuhan, siapa yang bisa mengetahui apa yang ada dalam pikiran Tuhan dan memerankannya? Mereka pasti bercanda. Besok paginya saya mendapat sebuah telepon, "Hallo ini, Mel". Kata suara dari telpon tersebut. "Mel siapa?", Tanya saya bingung. Saya tidak menyangka kalau itu Mel Gibson, salah satu aktor dan sutradara Hollywood yang terbesar. Mel kemudian meminta kami bertemu, dan saya menyanggupinya. Saat kami bertemu, Mel kemudian menjelaskan panjang lebar tentang film yang akan dibuatnya. Film tentang Tuhan Yesus yang berbeda dari film-film lain yang pernah dibuat tentang Dia. Mel juga menyatakan bahwa akan sangat sulit dalam memerankan film ini, salah satunya saya harus belajar bahasa dan dialek alamik, bahasa yang digunakan pada masa itu.
Dan Mel kemudian menatap tajam saya, dan mengatakan sebuah resiko terbesar yang mungkin akan saya hadapi. Katanya bila saya memerankan film ini, mungkin akan menjadi akhir dari karir saya sebagai aktor di Hollywood. Sebagai manusia biasa saya menjadi gentar dengan resiko tersebut. Memang biasanya aktor pemeran Yesus di Hollywood, tidak akan dipakai lagi dalam film-film lain. Ditambah kemungkinan film ini akan dibenci oleh sekelompok orang Yahudi yang berpengaruh besar dalam bisnis pertunjukan di Hollywood sehingga habislah seluruh karir saya dalam dunia perfilman.

Dalam kesenyapan menanti keputusan saya apakah jadi bermain dalam film itu, saya katakan padanya. "Mel apakah engkau memilihku karena inisial namaku juga sama dengan Jesus Christ (Jim Caviezel), dan umurku sekarang 33 tahun, sama dengan umur Yesus Kristus saat Ia disalibkan?" Mel menggeleng setengah terperengah, terkejut, menurutnya ini menjadi agak menakutkan. Dia tidak tahu akan hal itu, ataupun terluput dari perhatiannya. Dia memilih saya murni karena peran saya di "Thin Red Line". Baiklah Mel, aku rasa itu bukan sebuah kebetulan, ini tanda panggilanku, semua orang harus memikul salibnya. Bila ia tidak mau memikulnya maka ia akan hancur tertindih salib itu. Aku tanggung resikonya, mari kita buat film ini! Maka saya pun ikut terjun dalam proyek film tersebut. Dalam persiapan karakter selama berbulan-bulan saya terus bertanya-tanya, dapatkah saya melakukannya? Keraguan meliputi saya sepanjang waktu. Apa yang seorang Anak Tuhan pikirkan, rasakan, dan lakukan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut membingungkan saya, karena begitu banyak referensi mengenai Dia dari sudut pandang berbeda-beda. Akhirnya hanya satu yang bisa saya lakukan, seperti yang Yesus banyak lakukan yaitu lebih banyak berdoa. Memohon tuntunanNya melakukan semua ini. Karena siapalah saya ini memerankan Dia yang begitu besar. Masa lalu saya bukan seorang yang dekat dalam hubungan denganNya. Saya memang lahir dari keluarga Katolik yang taat, kebiasaan-kebiasaan baik dalam keluarga memang terus mengikuti dan menjadi dasar yang baik dalam diri saya. Saya hanyalah seorang pemuda yang bermain bola basket dalam liga SMA dan kampus, yang bermimpi menjadi seorang pemain NBA yang besar. Namun cedera engkel menghentikan karir saya sebagai atlet bola basket. Saya sempat kecewa pada Tuhan, karena cedera itu, seperti hancur seluruh hidup saya. Saya kemudian mencoba peruntungan dalam audisi-audisi, sebuah peran sangat kecil membawa saya pada sebuah harapan bahwa seni peran mungkin menjadi jalan hidup saya. Kemudian saya mendalami seni peran dengan masuk dalam akademi seni peran, sambil sehari-hari saya terus mengejar audisi. Dan kini saya telah berada dipuncak peran saya. Benar Tuhan, Engkau yang telah merencanakan semuanya, dan membawaku sampai disini. Engkau yang mengalihkanku dari karir di bola basket, menuntunku menjadi aktor, dan membuatku sampai pada titik ini. Karena Engkau yang telah memilihku, maka apapun yang akan terjadi, terjadilah sesuai kehendakMu.

Saya tidak membayangkan tantangan film ini jauh lebih sulit dari pada bayangan saya. Di make-up selama 8 jam setiap hari tanpa boleh bergerak dan tetap berdiri, saya adalah orang satu-satunya di lokasi syuting yang hampir tidak pernah duduk.. Sungguh tersiksa menyaksikan kru yang lain duduk-duduk santai sambil minum kopi. Kostum kasar yang sangat tidak nyaman, menyebabkan gatal-gatal sepanjang hari syuting membuat saya sangat tertekan. Salib yang digunakan, diusahakan seasli mungkin seperti yang dipikul oleh Yesus saat itu. Saat mereka meletakkan salib itu di pundak saya, saya kaget dan berteriak kesakitan, mereka mengira itu akting yang sangat baik, padahal saya sungguh-sungguh terkejut. Salib itu terlalu berat, tidak mungkin orang biasa memikulnya, namun saya mencobanya dengan sekuat tenaga. Yang terjadi kemudian setelah dicoba berjalan, bahu saya copot, dan tubuh saya tertimpa salib yang sangat berat itu. Dan sayapun melolong kesakitan, minta pertolongan. Para kru mengira itu akting yang luar biasa, mereka tidak tahu kalau saya dalam kecelakaan sebenarnya. Saat saya memulai memaki, menyumpah dan hampir pingsan karena tidak tahan dengan sakitnya, maka merekapun terkejut, sadar apa yang sesungguhnya terjadi dan segera memberikan saya perawatan medis. Sungguh saya merasa seperti setan karena memaki dan menyumpah seperti itu, namun saya hanya manusia biasa yang tidak biasa menahannya. Saat dalam pemulihan dan penyembuhan, Mel datang pada saya. Ia bertanya apakah saya ingin melanjutkan film ini, ia berkata ia sangat mengerti kalau saya menolak untuk melanjutkan film itu. Saya bekata pada Mel, saya tidak tahu kalau salib yang dipikul Tuhan Yesus seberat dan semenyakitkan seperti itu. Tapi kalau Tuhan Yesus mau memikul salib itu bagi saya, maka saya akan sangat malu kalau tidak memikulnya walau sebagian kecil saja. Mari kita teruskan film ini. Maka mereka mengganti salib itu dengan ukuran yang lebih kecil dan dengan bahan yang lebih ringan, agar bahu saya tidak terlepas lagi, dan mengulang seluruh adegan pemikulan salib itu. Jadi yang penonton lihat didalam film itu merupakan salib yang lebih kecil dari aslinya. Bagian syuting selanjutnya adalah bagian yang mungkin paling mengerikan, baik bagi penonton dan juga bagi saya, yaitu syuting penyambukan Yesus. Saya gemetar menghadapi adegan itu, Karena cambuk yang digunakan itu sungguhan. Sementara punggung saya hanya dilindungi papan setebal 3 cm. Suatu waktu para pemeran prajurit Roma itu mencambuk dan mengenai bagian sisi tubuh saya yang tidak terlindungi papan. Saya tersengat, berteriak kesakitan, bergulingan ditanah sambil memaki orang yang mencambuk saya. Semua kru kaget dan segera mengerubungi saya untuk memberi pertolongan. Tapi bagian paling sulit, bahkan hampir gagal dibuat yaitu pada bagian penyaliban. Lokasi syuting di Italia sangat dingin, sedingin musim salju, para kru dan figuran harus manggunakan mantel yang sangat tebal untuk menahan dingin. Sementara saya harus telanjang dan tergantung diatas kayu salib, diatas bukit yang tertinggi disitu. Angin dari bukit itu bertiup seperti ribuan pisau menghujam tubuh saya. Saya terkena hypothermia (penyakit kedinginan yang biasa mematikan), seluruh tubuh saya lumpuh tak bisa bergerak, mulut saya gemetar bergoncang tak terkendalikan. Mereka harus menghentikan syuting, karena nyawa saya jadi taruhannya. Semua tekanan, tantangan, kecelakaan dan penyakit membawa saya sungguh depresi. Adegan-adegan tersebut telah membawa saya kepada batas kemanusiaan saya. Dari adegan-keadegan lain semua kru hanya menonton dan menunggu saya sampai pada batas kemanusiaan saya, saat saya tidak mampu lagi baru mereka menghentikan adegan itu. Ini semua membawa saya pada batas-batas fisik dan jiwa saya sebagai manusia. Saya sungguh hampir gila dan tidak tahan dengan semua itu, sehingga seringkali saya harus lari jauh dari tempat syuting untuk berdoa. Hanya untuk berdoa, berseru pada Tuhan kalau saya tidak mampu lagi, memohon Dia agar memberi kekuatan bagi saya untuk melanjutkan semuanya ini. Saya tidak bisa, masih tidak bisa membayangkan bagaimana Yesus sendiri melalui semua itu, bagaimana menderitanya Dia. Dia bukan sekedar mati, tetapi mengalami penderitaan luar biasa yang panjang dan sangat menyakitkan, bagi fisik maupun jiwaNya. Dan peristiwa terakhir yang merupakan mujizat dalam pembuatan film itu adalah saat saya ada diatas kayu salib. Saat itu tempat syuting mendung gelap karena badai akan datang, kilat sambung menyambung diatas kami. Tapi Mel tidak menghentikan pengambilan gambar, karena memang cuaca saat itu sedang ideal sama seperti yang seharusnya terjadi seperti yang diceritakan. Saya ketakutan tergantung diatas kayu salib itu, disamping kami ada dibukit yang tinggi, saya adalah objek yang paling tinggi, untuk dapat dihantam oleh halilintar. Baru saja saya berpikir ingin segera turun karena takut pada petir, sebuah sakit yang luar biasa menghantam saya beserta cahaya silau dan suara menggelegar sangat kencang. Dan sayapun tidak sadarkan diri. Yang saya tahu kemudian banyak orang yang memanggil-manggil meneriakkan nama saya, saat saya membuka mata semua kru telah berkumpul disekeliling saya, sambil berteriak-teriak "dia sadar! dia sadar!".
"
Apa yang telah terjadi?" Tanya saya. Mereka bercerita bahwa sebuah halilintar telah menghantam saya diatas salib itu, sehingga mereka segera menurunkan saya dari situ. Tubuh saya menghitam karena hangus, dan rambut saya berasap, berubah menjadi model Don King. Sungguh sebuah mujizat kalau saya selamat dari peristiwa itu. Melihat dan merenungkan semua itu seringkali saya bertanya, "Tuhan, apakah Engkau menginginkan film ini dibuat? Mengapa semua kesulitan ini terjadi, apakah Engkau menginginkan film ini untuk dihentikan"? Namun saya terus berjalan, kita harus melakukan apa yang harus kita lakukan. Selama itu benar, kita harus terus melangkah. Semuanya itu adalah ujian terhadap iman kita, agar kita tetap dekat padaNya, supaya iman kita tetap kuat dalam ujian. Orang-orang bertanya bagaimana perasaan saya saat ditempat syuting itu memerankan Yesus. Oh… itu sangat luar biasa… mengagumkan… tidak dapat saya ungkapkan dengan kata-kata. Selama syuting film itu ada sebuah hadirat Tuhan yang kuat melingkupi kami semua, seakan-akan Tuhan sendiri berada disitu, menjadi sutradara atau merasuki saya memerankan diriNya sendiri.

Itu adalah pengalaman yang tak terkatakan. Semua yang ikut terlibat dalam film itu mengalami lawatan Tuhan dan perubahan dalam hidupnya, tidak ada yang terkecuali. Pemeran salah satu prajurit Roma yang mencambuki saya itu adalah seorang muslim, setelah adegan tersebut, ia menangis dan menerima Yesus sebagai Tuhannya. Adegan itu begitu menyentuhnya. Itu sungguh luar biasa. Padahal awalnya mereka datang hanya karena untuk panggilan profesi dan pekerjaan saja, demi uang.. Namun pengalaman dalam film itu mengubahkan kami semua, pengalaman yang tidak akan terlupakan. Dan Tuhan sungguh baik, walaupun memang film itu menjadi kontroversi. Tapi ternyata ramalan bahwa karir saya berhenti tidak terbukti. Berkat Tuhan tetap mengalir dalam pekerjaan saya sebagai aktor. Walaupun saya harus memilah-milah dan membatasi tawaran peran sejak saya memerankan film ini. Saya harap mereka yang menonton The Passion Of Jesus Christ, tidak melihat saya sebagai aktornya. Saya hanyalah manusia biasa yang bekerja sebagai aktor, jangan kemudian melihat saya dalam sebuah film lain kemudian mengaitkannya dengan peran saya dalam The Passion dan menjadi kecewa. Tetap pandang hanya pada Yesus saja, dan jangan lihat yang lain. Film itu telah menyentuh dan mengubah hidup saya, saya berharap juga hal yang sama terjadi pada hidup anda. Amin.

Sumber : dari forward email

Melekat

Yesus berkata bahwa Dia adalah pokok dan kita carang-carangNya. Coba renungkan, apa yang carang-carang itu harus upayakan supaya menghasilkan buah ? Praktis tidak ada bukan. Dia tidak berbuat apapun. Yang dilakukan hanyalah melekat pada pokok atau batang. Carang itu cukup hanya melekat dan segala sesuatunya dialirkan dalam dirinya.

Maka demikian juga dengan kita. Bagian kita adalah tetap melekat pada Yesus dan biarkan Tuhan mengaliri kita dengan anugerahNya. Itulah yang namanya hidup dalam penyerahan total. Kita sudah mencoba banyak hal. Kita telah berubah dengan segala upaya. Tapi pernahkah mencoba untuk menyerah ? Cobalah...melekatlah...dan kecaplah aliran berkatNya.

Amin.

Sumber : Pdt. Petrus Agung Purnomo

Pilihan Yang Tepat

Internet, HP dengan kamera adalah teknologi terbaru yang sedang berkembang pesat saat ini. Teknologi tentunya memudahkan kita dalam mencari data-data atau melakukan suatu pekerjaan.

Banyak manfaat yang diperoleh dengan adanya kecanggihan teknologi tersebut. Disamping itu godaan yang ada juga akan semakin besar. Kalau kita tidak bisa mengendalikan diri, tentunya kita akan mencoba melihat apa yang seharusnya tidak kita lihat.

Seringkali kita berkata bahwa kita adalah anak Tuhan yang banyak mengartikan bahwa kita tidak akan goyah terhadap godaan yang ada. Namun ada pepatah yang berkata bahwa kalau kita tidak ingin jatuh ke dalam jurang, maka jangan dekat-dekat dengan jurang itu. Kenyataan yang ada, kita malah seringkali memberanikan diri untuk mendekati jurang itu dan beriman bahwa kita kuat dan tidak akan jatuh.

Saat godaan itu muncul di depan mata kita, seakan-akan waktu berhenti dan mata kita terbuka dan tak bergerak sama sekali untuk melihat dengan seksama. Untuk sesaat kita "menikmati" pemandangan yang ada, dan setelah itu kita baru sadar kalau kita sudah terjatuh dalam dosa.

Yusuf adalah contoh yang baik. Saat godaan dari istri Potifar itu muncul di depan matanya, Yusuf berlari meninggalkan godaan tersebut. Apa jadinya kalau Yusuf saat itu melihat-lihat dan terpaku melihat kemolekan tubuh istri Potifar ? Tentunya kedudukan sebagai orang ke-2 di Mesir tidak akan pernah didapat.

Seringkali kita hampir "menyamai" apa yang dilakukan Yusuf saat godaan itu muncul. Namun yang membedakannya adalah kalau Yusuf berlari sungguhan dengan sekuat tenaga sampai bajunya robek meninggalkan godaan di depan matanya tersebut, sedangkan kita juga berlari namun "berlari di tempat" sambil menunggu baju dilepaskan di depan godaan yang ada.

Saat kita berada dalam lembah penentuan, pilihlah dengan tepat. Komitmen dan kesetiaan kita diuji oleh Tuhan. Pada waktunya nanti kita akan mengerti bahwa uph kesetiaan adalah mahkota kehidupan. Jadi, jangan ragu lagi, kuatkan dan teguhkan hatimu setiap saat.

"Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu."

Bonsai & Sequoia

Banyak orang Jepang gemar memelihara bonsai. Meski tinggi bonsai rata-rata hanya dalam hitungan sentimeter, pohon ini sudah berbentuk indah dan sempurna. Berkebalikan dengan itu, di California ditemukan pohon hutan raksasa bernama Sequoia. Tinggi pohon ini luar biasa, bisa mencapai 90 meter, dan lingkar batangnya bisa mencapai 26 meter.

Saat masih berupa biji, bonsai dan sequoia berukuran sama serta memiliki berat yang sama, yakni kurang dari satu miligram. Namun dalam masa pertumbuhan, keduanya mengalami perbedaan yang signifikan. Orang sengaja menghambat pertumbuhan biji bonsai, dengan harapan kelak mereka mendapatkan pohon mini yang indah. Sebaliknya, biji sequoia dibiarkan mendapat gizi dari mineral, tumbuh di dekat sumber air, dan mendapat sinar matahari yang sangat cukup. Dengan begitu, ia menjadi pohon raksasa. Bayangkan saja, hanya dari satu pohon ini, kita dapat memperoleh kayu yang cukup untuk membangun 35 rumah dengan masing-masing lima kamar !

Timotius telah diajar mengenal firman Tuhan sejak kecil, dari ibu dan neneknya, juga dari didikan Paulus. Inilah kesempatan dimana jiwanya "diairi" dan "disinari matahari". Selanjutnya didikan itu menjadikannya pelayan Tuhan yang memiliki "iman yang tulus ikhlas" yang tetap kuat meski harus menderita sengsara dalam pelayanannya. Seperti Timotius, kita pun dapat menyerap semua hal positif di sekitar kita seperti pengetahuan, semangat, pengalaman, teladan, dan terutama ajaran firman Tuhan supaya iman kita tumbuh seperti sequoia. Jangan biarkan hal negatif mengerdilkan iman kita seperti bonsai.

"Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya ; apa saja yang diperbuatnya berhasil" (Mazmur 1 : 3)

Sumber : Renungan Harian Mei 2008

Carilah Dia Lebih Lagi

Kaesibukan demi kesibukan menyita waktu kita, mungkin itu untuk pekerjaan ataupun untuk hal lainnya. Kadang setelah sampai di rumah yang terasa adalah badan yang lelah dan ingin-ingin cepat istirahat memulihkan kondisi tubuh kita sehabis melakukan aktivitas-aktivitas seharian.

Tentunya dengan istirahat itu akan memulihkan kondisi jasmani kita. Itulah yang disebut dengan istirahat "jasmani" yang wajib dilakukan agar tubuh kita tetap sehat. Nah, kadang dalam beristirahat secara fisik tersebut , kita juga sering istirahat "rohani"

Setelah seharian beraktivitas, kita langsung tertidur pulas dan bangun keesokan paginya. Atau mungkin kita masih sempat berdoa dengan ala kadarnya untuk memenuhi rutinitas kita. Kalau hal itu sampai terjadi, maka tentunya semakkin lama kita akan mengalami "tidur rohani" yang panjang.

Apabila hal itu dibiarkan berlarut-larut, maka semakin lama kita akan kehilangan gairah dengan Tuhan. Seringkali ketika kita mengalami masalah malah kita berkata mau pergi ke tempat sepi dan merenung. Kita mempunyai alasan bahwa dengan cara seperti itu kita bisa memecahkan masalah. Kita lupa berdoa, bercerita dengan Tuhan, bahkan mungkin bagi pelayan Tuhan bisa saja menghentikan pelayanannya dan berkata perlu "beres-beres" dulu.

Bukankah kita mempunyai Tuhan yang bisa ditemui setiap waktu ? Menangkan pertandinganmu, dan carilah Tuhan senantiasa sepanjang Dia meu ditemui. Sungguh kerugian besar kalau kita kehilangan waktu untuk mencari Tuhan lebih dalam lagi. Kesempatan mungkin tidak datang untuk kedua kalinya. Untuk itu ketika kesempatan itu datang di tengan kesibukan atau kelelahan kita, mintalah kesiapan dari Tuhan untuk memanfaatkan kesempatan itu dengan maksimal.

Saya percaya bahwa terobosan itu akan terjadi apabila kita siap untuk memanfaatkan momen Tuhan. Jadi, bersiaplah dan jangan lelah dalam mencari Tuhan karena semuanya itu akan disediakan Tuhan bagi mereka yang mengasihi Dia.

"Tetapi carilah kerajaan-Nya, maka semuanya itu akan ditambahkan juga kepadamu" (Lukas 12 : 31)

Belajar Bersyukur

Pekerjaan...pekerjaan...sibuk...gaji kecil...atasan suka marah-marah...karir... Hal itulah yang sering kita keluhkan dimanapun kita bekerja. Kadang kita memaksakan kehendak kita kepada Tuhan dan menantang Tuhan untuk memberikan kita sebuah pekerjaan yang lebih baik lagi dari pekerjaan yang kita punyai sekarang.

Mungkin banyak diantara kita bekerja sebagai staff di sebuah perusahaan, baik itu bisa sebagai karyawan administrasi, sales counter, sales representative, dan banyak lagi. Kita merasa bahwa kita kurang beruntung dibanding orang-orang lain yang mempunyai posisi tinggi dan bekerja dengan nyaman dengan segala fasilitas kantor.

Pernahkah kita melihat ke luar ? Melihat keluar kaca pembatas kantor masing-masing ? Kita akan mendapati bahwa kita sangat beruntung sekali memiliki pekerjaan yang ada sekarang ini. Kita mungkin tidak pernah menyadari bahwa kita itu sangat diberkati sebelum kita melihat keadaan yang terjadi di luar.

Sebuah cerita nyata dimana saya menyaksikan perjuangan seorang anak muda yang bertugas sebagai petugas cleaning service. Orangnya sangat sederhana dan bersahaja, namun kedisiplinan dan perjuangannya sangat mengagumkan sekali. Suatu hari anak muda ini memanjat gedung kantor saya dengan ketinggian kurang lebih 3 meter untuk membersihkan kaca-kaca yanng kotor. Dan tiba-tiba terdengar suara gubrakkkkk.....ternyata anak muda itu terjatuh ke lantai dari tangga tersebut. Saya dan teman-teman kaget sekali melihat kejadian tersebut. Puji Tuhan, tak beberapa lama kemudian anak muda itu dibangunkan rekan-rekannya, dan tidak ada cidera yang parah yang mungkin membahayakan nyawanya.

Berhari-hari anak muda itu bekerja kembali dengan giat karena dia tahu bahwa dia mempunyai tugas serta tanggung jawab yang harus dikerjakan. Pada suatu hari anak muda itu mendapat tugas yang sama untuk membersihkan kaca di ketinggian kurang lebih 3 meter juga. Dengan semangat anak muda tersebut memanjat dan membersihkan kaca-kaca tersebut, dan alangkah terkejutnya kami semuanya karena terdengar suara gubrakkk.....Anak muda itu terjatuh lagi, dan kali ini dia tidak bisa bangun dengan cepat, dan tubuhnya kejang-kejang.

Sungguh kami sangat khawatir akan anak muda tersebut, dan selang beberapa menit kemudia tubuh anak muda itu stabil, dan kemudian dibawa ke rumah sakit akibat kejadian tersebut. Dua kali anak muda itu terjatuh, dan saya coba bertanya kepada rekan-rekannya mengapa hal itu bisa terulang lagi ? Apakah dia kurang berhati-hati ? Ceroboh ? Sungguh jawaban yang keluar dari rekan-rekannya membuatku menangis terharu akan hidup anak muda tersebut. Anak muda itu harus menghidupi keluarganya dengan segala kelemahan yang dimilikinya...Dia tidak pernah mengeluh sekalipun dia hanya seorang petugas cleaning service. Dia kerjakan semuanya dengan senyum dan semangat seakan-akan dia berkata bahwa pekerjaan yang didapatnya adalah pekerjaan yang terbaik di seluruh dunia. Kemudian air mataku menetes perlahan-lahan ketika rekan-rekannya berkata bahwa penyebab anak muda itu jatuh karena anak muda itu mempunyai penyakit ayan ringan yang bisa kambuh seketika. Tuhan itu luar biasa baik, dan saya bersyukur karena anak muda itu tidak mengalami luka serius, dan boleh langsung pulang dari rumah sakit.

Apakah kita sering mengeluh dan berkata Tuhan itu tidak adil ?
Saya bertanya-tanya pada diri saya sendiri .... Apakah saya sudah bersyukur kepada Tuhan atas segala telah saya miliki hari ini ?

Sudah sepantasnya saya belajar dari anak muda tersebut yang menjalani hidup dengan perjuangan dan berusaha memberikan terbaik tanpa pernah menuntut yang bukan merupakan bagiannya.

Saya percaya Tuhanku baik, dan Dia menyediakan segala sesuatu indah pada waktu-Nya. Dia mengerti segala persoalan yang sedang kita hadapi, namun satu hal yang Dia minta tentunya agar setiap kita percaya sampai mukjizat itu menjadi nyata.

"Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan" (Yeremia 29 : 11)

Mari kiat belajar bersyukur dan nikmati kasih karunia Tuhan dengan memberikan yang terbaik untuk kemuliaan nama-Nya.

Sedikit Lagi

Ada dua mata air yang sangat berdekatan di padang gurun, yaitu Mara dan Elim. Mata air Mara itu pahit airnya, sedangkan yang di Elim sangat manis rasanya, jernih dan limpah. Untuk tiba di Elim harus melewati Mara terlebih dahulu. Jarak antara Mara dengan Elim hanya beberapa mil saja, atau sangat dekat.

Bagaimana dengan perjalanan kita di tahun ini ? Beberapa sudah bersaksi bahwa mereka tiba di Elim, beberapa berteriak karena Mara yang mereka jumpai. Mereka berteriak : Koq pahit ???

Sabar...sabar...jangan berhenti sambil menggerutu, jalanlah sedikit lagi, dan kita akan segera tiba di Elim. Karena itu kita harus belajar bertahan, mengucap syukur, jangan bersungut-sungut karena gerutuan dan sungutan tersebut akan menyedot sebagian besar tenaga kita dan akhirnya akan mengurasnya sampai habis.

Ayo...bergerak terus, jalani terus yang harus dijalani, lewat yang harus dilewati. Di depan Elim menanti kita.

Tinggal sedikit lagi...ya tinggal sedikit lagi.

Sumber : Pdt. Petrus Agung Purnomo

Belajarlah Berhitung

Di dalam hidup kekristenan ada ukuran-ukuran tertentu. Salah satunya adalah ukuran iman.

Aapapun yang kita buat pasti harus melibatkan perhitungan yang cermat, khususnya kita harus menghitung seberapa kekuatan iman kita. Apakah iman kita cukup kuat untuk membawa pada tujuan atau impian kita ? Juga apakah iman kita mempunyai daya tahan yang cukup untuk menunggu dengan sabar sampai semuanya tergenapi ?

Emosi kadang bisa membuat kita menjadi tidak jernih lagi dalam menghitung semuanya. Keinginan yang terlalu kuat akan sesuatu juga bisa menghasilkan perhitungan yang salah. Perhitungan di batin tentang seberapa kekuatan iman kita, membutuhkan ketenangan dan penguasaan diri.

Karena itu, belajarlah beberapa hal ini :
1. Kuasai diri dan jadilah tenang
2. Kendalikan emosi dan keinginan yang terlalu menggebu

Belajarlah menghitung ukuran imanmu mulai sekarang. Tuhan memberkati

Sumber : Pdt. Petrus Agung Purnomo

Jangan Mengatakan

Jangan mengatakan BAPA, kalau sehari-hari kita tidak berlaku sebagai anak.

Jangan mengatakan KAMI, kalau masih hidup sendiri dalam keegoisan kita. Jangan mengatakan YANG ADA DI SURGA, kalau masih memikirkan hal-hal duniawi.

Jangan mengatakan DIMULIAKANLAH NAMAMU, kalau tidak menghormatiNya.

Jangan mengatakan TERJADILAH KEHENDAKMU, kalau kita tidak mau menerima kenyataan berat dan pahit.

Jangan mengatakan BERILAH REJEKI PADA HARI INI, kalau tidak prihatin akan mereka yang lapar.

Jangan mengatakan JANGAN BIARKAN KAMI JATUH DALAM PENCOBAAN, kalau masih bermaksude berbuat dosa.

Jangan mengatakan BEBASKAN KAMI DARI YANG JAHAT, kalau tidak berani mengambil posisi melawan kejahatan.

Jangan mengatakan AMIN kalau kita tidak menganggap serius setiap kata dalam doamu.

Sumber : dpt