Kuatnya hubungan antara suami Anda dengan ibu dan keluarganya mungkin telah membuat Anda tersentuh saat Anda masih berkencan. Namun saat ini Anda menyadari bahwa Anda telah menikahi anak mama – dan hal ini dapat menghancurkan hubungan Anda. Antara suami ‘anak mama’ Anda, yang selalu berpaling kepada ibunya untuk segala hal dan menunjukkan ketidak-dewasaan, dan ibu mertua Anda, yang selalu menjadi wanita nomor satu dalam kehidupan anak laki-lakinya, akan membuat Anda bersiap-siap untuk menjambaki rambut Anda. Namun sebelum Anda menendang suami ‘anak mama’ dan ibu mertua Anda ke jalanan, Anda dapat mencoba memahami hubungan yang ada di antara mereka dan menunjukkan kepada suami Anda bahwa Anda saat ini seharusnya dijadikan prioritas nomor satu.
Langkah pertama sangatlah menentukan jika Anda benar-benar menguasai hati sang ‘anak mama’. Berikut adalah beberapa tanda bahwa suami Anda memang benar-benar ‘anak mama’:
Keinginan ibunya adalah perintah baginya. Jika ibunya ingin agar ia mengerjakan sesuatu, mengantarnya ke dokter, makan bersamanya, dsb, ia akan selalu mengiyakan tak peduli apa yang menjadi keinginan Anda.
Ia ingin memiliki kontak dengan ibunya setiap hari atau hampir setiap hari baik lewat telepon maupun bertemu langsung.
Ia selalu memilih ibunya daripada istri dan anak-anaknya, jika ia memang memiliki mereka.
Ia tidak pernah pindah jauh dari ibunya, atau ia masih tinggal dengan ibunya (dan saat ini Andapun tinggal bersama dengan ibunya).
Ia mengalami kesulitan untuk mengambil keputusan tanpa campur tangan ibunya, dan mungkin mengharapkan Anda untuk terus memperlakukannya seperti seorang bayi.
Ia mungkin memiliki keterikatan finansial dengan ibunya, yang terus ia talikan di dasinya.
Sekali Anda menyadari bahwa Anda memang menikah dengan ‘anak mama’, Anda harus menentukan perilaku mana yang dapat ditoleransi dan yang tidak bagi Anda pribadi. Misalnya saja, tidak masalah bagi Anda jika suami berbicara dengan ibu mertua sekali atau dua kali dalam sehari, sepanjang hal itu tidak mengurangi waktu Anda berdua untuk bersama. Anda mungkin tidak akan suka jika ia berpaling kepada ibunya untuk sebuah masalah yang seharusnya didiskusikan dengan Anda. Anda mungkin tidak masalah dengan keluarga ipar yang tinggal di kota lain dekat dengan kediaman Anda, namun Anda mungkin tidak akan suka jika suami Anda memaksa tinggal di rumah yang sama dengan mereka.
Sebuah kesalahan besar yang seringkali dilakukan para istri adalah mengumbar perasaan marah mereka kepada suami dan ibu mertua tanpa berpikir terlebih dahulu. Herb Goldberg, seorang psikolog terlatih di Los Angeles dan penulis buku hubungan suami istri, mengatakan wanita perlu menjaga perdamaian dan tidak membuat masalah dalam hubungan antara suami dan ibunya, bahkan jika itu melanggar batas. Sebaliknya, wanita perlu mengembangkan identitas personal yang kuat, menetapkan batasan dengan suaminya dan bukan dengan ibu mertuanya, serta berdiri teguh.
Hubungan Anda dengan suami seharusnya tidak menjadi pusat kehidupan Anda. Diri Anda tetap harus menjadi prioritas utama. Berlakulah sedikit egois. Bekerja, melakukan hobi, dan memiliki ketertarikan serta hubungan dengan teman-teman dan keluarga di luar keluarga suami Anda. Suami Anda harus mengakui bahwa Anda adalah seorang yang mandiri, dan dapat meninggalkannya jika ia terus mengabaikan Anda dan mengabaikan kebutuhan Anda, ujar Goldberg.
Hindari untuk mengomeli suami Anda dan memintanya untuk menghabiskan lebih banyak waktu bersama Anda atau memilih Anda melebihi ibunya. Anda hanya akan melukai suami Anda dengan merendahkan ibunya dan perannya sebagai seorang suami. Perasan sakit ini dapat berubah menjadi kebencian, yang merupakan racun untuk pernikahan.
“Anda harus memberikan bimbingan dan menetapkan batasan dengan cara yang penuh kasih,” ujar Diana Kirschner, seorang psikolog klinis di New York dan penulis buku hubungan. Dia menambahkan bahkan bila Anda telah melakukannya dengan cara yang penuh kasih, menetapkan batasan tetap bisa menimbulkan badai. Tetapi Anda harus tetap teguh tanpa menjadi marah. Jika suami meminta Anda menghadiri makan malam keluarga dengan para ipar untuk kelima kalinya dalam tiga minggu terakhir, Kirschner mengatakan, Anda harus mengatakan sesuatu seperti, “Kamu bisa pergi, tapi saya tidak akan pergi. Saya sudah menghadiri berbagai acara keluarga akhir-akhir ini, dan saat ini saya perlu waktu untuk diri saya sendiri.” Kemudian, Anda harus bertahan pada pendirian Anda dan tidak menghadiri acara tersebut, bahkan jika ibu mertua membuat Anda merasa bersalah atau suami Anda berbeda pendapat dengan Anda.
Seringkali, ada ketegangan dan kecemburuan antara ibu dari ‘anak mama’ dan mereka yang menikahi putra mereka. Berbesar hati kepada ibu mertua mungkin sulit untuk dilakukan, namun akan selalu menguntungkan Anda. Semua ahli sepakat bahwa tetap bersikap ramah dan hormat kepada ibu mertua adalah satu-satunya solusi. “Jangan mencoba untuk mengoreksi sang ibu,” ujar Kirschner. “Anda tidak akan pernah menang.” Namun hal ini tidak berarti Anda harus bersama dengan ibu mertua setiap saat atau berbicara kepadanya sebanyak yang suami Anda lakukan, dan bukan berarti Anda dapat diperlakukan dengan buruk olehnya. Anda dapat menjaga sedikit jarak. Biarkan suami – dan anak-anak, jika Anda telah memilikinya – memiliki hubungan dengannya, namun Anda dapat melihatnya, dan seluruh keluarga asal suami, kurang dari itu. Semuanya tergantung Anda, dan Anda harus memutuskan berdasarklan tingkat kenyamanan Anda.
Pada akhirnya, suami Anda yang akan menjadi faktor penentu apakah hubungannya dengan ibunya akan menghancurkan pernikahan Anda. Ia mungkin belum menyadari hal itu, namun menjadikan Anda sebagai prioritas utama, bertumbuh, dan terpisah dari keluarga asalnya juga baik untuknya. “Anda tidak bisa bahagia dengan menjadi keduanya, menjadi seorang suami sekaligus anak mama karena Anda akan selalu ditarik ke dua arah,” ujar Kirchner. Jika sang suami menerima batasan Anda dan mulai mengutamakan Anda, maka Anda dapat melanjutkannya dengan membangun keluarga Anda sendiri. Jika suami tidak dapat menerima batasan Anda, Anda harus bersedia untuk pergi menjauh karena menurut para ahli, seringkali itulah saatnya anak mama mulai mendapatkan tindakan mereka secara bersama-sama dan meluruskannya.
Namun, Anda tidak dapat melakukan hal itu untuknya. Dia sendirilah yang harus menjadi seorang yang memutuskan ketergantungannya. Kirschner menambahkan, “Ia harus membangun batasan antara keluarga barunya dengan keluarga asalnya atau ia akan memecah belah dan menyengsarakan kehidupan pernikahannya selamanya.” Atau paling tidak sampai istrinya mengucapkan selamat tinggal dan meninggalkannya sendiri dengan ibunya.
Source : newlyweds.about.com/jawaban.com
Comments
No responses to “menikah Dengan “Anak Mama”, Apa yang Harus Dilakukan ?”
Posting Komentar