Translate

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Sebab Dia adalah Tuhan kekuatanku, bersama-Nya ku takkan goyah

Belajar Dari Keledai Yang Terperosok

keledai Suatu hari keledai milik seorang petani jatuh ke dalam sumur. Hewan itu menangis dengan memilukan selama berjam-jam, semetara si petani memikirkan apa yang harus dilakukannya. Akhirnya, Ia memutuskan bahwa hewan itu sudah tua dan sumur juga perlu ditimbun (ditutup - karena berbahaya); jadi tidak berguna untuk menolong si keledai. Ia mengajak tetangga-tetangganya untuk datang membantunya. Mereka membawa sekop dan mulai menyekop tanah ke dalam sumur.

Pada mulanya, ketika si keledai menyadari apa yang sedang terjadi, ia menangis penuh kengerian. Tetapi kemudian, semua orang takjub, karena si keledai menjadi diam. Setelah beberapa sekop tanah lagi dituangkan ke dalam sumur, si petani melihat ke dalam sumur dan tercengang karena apa yang dilihatnya.

Walaupun punggungnya terus ditimpa oleh bersekop-sekop tanah dan kotoran, si keledai melakukan sesuatu yang menakjubkan. Ia mengguncang-guncangkan badannya agar tanah yang menimpa punggungnya turun ke bawah, lalu ia menaiki tanah itu. Sementara tetangga-tetangga si petani terus menuangkan tanah kotor ke atas punggung hewan itu, si keledai terus juga menguncangkan badannya dan melangkah naik. Segera saja, semua orang terpesona ketika si keledai meloncati tepi sumur dan melarikan diri !

Kehidupan terus saja menuangkan tanah dan kotoran kepadamu, segala macam tanah dan kotoran. Cara untuk keluar dari 'sumur' (kesedihan, masalah, dsb.) adalah dengan menguncangkan segala tanah dan kotoran dari diri kita (pikiran, dan hati kita) dan melangkah naik dari 'sumur' dengan menggunakan hal-hal tersebut sebagai pijakan.

Setiap masalah-masalah yang datang pada kita merupakan satu batu pijakan untuk melangkah. Kita dapat keluar dari 'sumur' yang terdalam dengan terus berjuang, jangan pernah menyerah !

Guncangkanlah hal negatif yang menimpa dan melangkahlah naik!!

Sumber : www.erabaru.or.id

"Sebab tujuh kali orang benar jatuh, namun ia bangun kembali, tetapi orang fasik akan roboh dalam bencana" (Amsal 24 : 16)

Belajar Mengendalikan Diri

mencabutrumputdalamhati Permintaan sang ayah sangatlah sederhana, akan tetapi telah membuat putra-putrinya mendapat manfaat seumur hidupnya.

Zente memiliki 3 orang anak, yang sulung bernama Gail, anak kedua bernama Gaolfu dan putri yang terkecil Gaini. Setiap hari dia menyuruh ketiga anaknya tersebut pergi ke kebun sayur untuk mencabut rumput.

Walaupun ketiga anak tersebut merasa sangat enggan, tapi semua anak-anak itu tahu tabiat ayahnya, oleh sebab itu setiap hari sepulang dari sekolah, mereka pergi juga ke kebun sayur untuk mencabut rumput sesuai dengan permintaan ayah mereka.

Pada awalnya, mereka saling menggerutu. Lambat laun anak-anak itu bukan hanya bisa mencabut rumput dan tidak lagi menggerutu, tetapi mereka telah belajar bagaimana untuk mengekang diri sendiri.

Sayur mayur yang ada di kebun tumbuh lebih subur karena rumputnya dicabuti. Dan anak-anak juga telah mencintai pekerjaan mencabut rumput.

Hingga pada suatu hari, Gail mengumumkan bahwa dia tidak bisa mencabut rumput di kebun sayur lagi, karena dia harus pergi belajar di universitas negeri. Sebelum pergi, Gail berkata, "Sayang sekali saya harus meninggalkan kebun sayur yang sangat indah ini." Maka selanjutnya tinggal Gaolfu dan Gaini saja di kebun sayur itu.

Tidak lama setelah itu, giliran Gaolfu mengumumkan bahwa dia tidak bisa mencabut rumput di kebun sayur, karena dia juga akan pergi belajar di universitas kota lain.

Akhirnya tibalah giliran Gaini. Ketika Gaini akan pergi, dia merasa berat untuk meninggalkan kebun sayur tersebut. Dia bertanya pada ayahnya, "Selanjutnya siapa yang akan mencabut rumput di kebun sayur?"

Ayahnya menjawab, "Jangan kuatir, Ayah memiliki obat pembersih rumput."

Dengan perasaan tidak mengerti, Gaini berkata kepada ayahnya, "Jika memang Ayah memiliki obat pembersih rumput, mengapa Ayah masih menyuruh kami bertiga menghabiskan waktu untuk mencabuti rumput?"

Zente tertawa dengan berlega hati: "Sekarang kalian tiga bersaudara sudah masuk ke universitas, jangan melupakan jasa dari mencabut rumput. Ketika mencabut rumput, kalian telah belajar bagaimana mengendalikan diri, bagaimana berbesar hati. Harus diketahui, rumput yang tumbuh dalam hati tidak bisa dicabut dengan obat pembersih rumput, rumput-rumput dalam hati itu harus mengandalkan tangan kita sendiri baru bisa dicabut!"

Sumber : www.erabaru.or.id

"Kebodohan melekat pada hati orang muda, tetapi tongkat didikan akan mengusir itu dari padanya" (Amsal 22 : 15)

Kisah Fleming dan Churcill

fleming-churcill Ada seorang yang bernama Fleming, dia adalah seorang petani Sunderland (Inggris) yang sangat miskin. Pada suatu hari, di saat dia sedang bekerja mencari nafkah seperti biasanya, sayup- sayup terdengar teriakan "tolong...tolong" di sekitar rawa. Dia segera membuang peralatan kerjanya kemudian berlari menuju ke sumber teriakan, dan melihat seorang anak lelaki yang setengah tubuhnya telah terperosok ke dalam kubangan lumpur di rawa tersebut. Anak lelaki tersebut sangat panik dan gugup, meronta-ronta sambil berteriak, mencoba untuk melepaskan diri dari kemalangan tersebut. Dengan sekuat tenaga, Fleming mencoba menyelamatkan anak ini dari ujung kematian yang menegangkan.

churcill Pada hari berikutnya, sebuah kereta kuda yang mewah berhenti di depan rumah Fleming, kemudian seseorang yang berpakaian parlente seperti kaum bangsawan turun dari kereta tersebut. Dia lalu memperkenalkan dirinya dengan mengatakan bahwa dirinya adalah ayah dari anak lelaki yang diselamatkan olehnya. "Tujuanku datang ke sini adalah untuk membalas budi baikmu. Aku ingin memberimu uang," kata si priayi itu. Fleming kemudian mengatakan bahwa menolong orang adalah suatu hal yang sudah selayaknya dilakukan, dan ia tidak bisa menerima uangnya hanya dikarenakan telah menyelamatkan anaknya. Fleming menolak pemberian uang dari bangsawan tersebut. Dan tepat di saat itu, anak Fleming muncul dari pintu kecil pondok tersebut, lalu bangsawan itu bertanya, "Apakah ini anakmu?" "Ya", jawab Fleming merasa bangga sebagai seorang ayah.

Lalu bangsawan itu berkata, begini saja, biarkanlah anakmu ikut denganku, aku akan membiayainya untuk mendapatkan sebuah pendidikan yang layak. Jika anakmu begitu bersemangat berjuang seperti ayahnya, maka pada suatu hari nanti dia akan tumbuh menjadi seseorang yang akan membuat kau merasa sangat bangga. Dan begitulah masalahnya telah disepakati, bersamaan dengan berlalunya waktu, anak Fleming telah menamatkan pendidikannya dari lembaga ilmu kedokteran St. Maria di London, Inggris. Melalui ketekunan dirinya, dia kemudian menjadi Sir Alexander Fleming yang terkenal di dunia kedokteran, dan penisilin adalah merupakan penemuannya.

Setelah sekian tahun kemudian, anak bangsawan itu menderita penyakit radang paru-paru, di mana penyakit tersebut waktu itu merupakan suatu penyakit yang belum ada obatnya, penisilin yang ditemukan oleh anak Fleming-lah yang telah menyembuhkan penyakitnya. Apakah Anda mengetahui nama dari bangsawan itu? Dia adalah Rudolf A. Churcill yang terhormat itu, lantas siapa nama anaknya itu? Dia adalah mantan PM Inggris yang terhormat, Winston Churcill.

Sumber : www.erabaru.or.id



"Orang yang baik hati akan diberkati, karena ia membagi rezekinya dengan si miskin" (Amsal 22 : 9)

Si Miskin dan Si Kaya

rumah-kaya Dahulu kala, Tuhan sendiri mempunyai kebiasaan bergaul langsung dengan manusia biasa di bumi ini. Pada suatu hari, ketika dia sedang melakukan perjalanan, hari sudah gelap, tetapi Tuhan masih belum menemukan sebuah penginapan, hari yang gelap membuat dia merasa lelah. Dia melihat ada dua buah rumah berhadapan berdiri disisi jalan, yanga satu besar dan mewah, yang lain kecil seperti gubuk, yang besar milik seorang yang kaya, yang kecil milik seorang yang miskin. Tuhan berpikir jika saya menginap di rumah orang kaya, sudah mungkin tidak menambah beban. Ketika orang kaya mendengar ada orang yang mengetuk pintu rumahnya, dia membuka jendela bertanya kepada orang asing tersebut kenapa mengetuk pintu rumahnya, Tuhan menjawab : “Saya ingin menginap satu malam dirumahmu.”

Si kaya melihat Tuhan dari kepala sampai kaki, dia melihat Tuhan memakai pakaian yang sederhana, tidak mirip dengan orang yang mempunyai uang, dia menggelengkan kepalanya berkata : ” Tidak bisa, saya tidak mengizinkan kamu menginap disini, rumah saya menumpuk banyak obat-obatan dan bibit unggul, jika setiap orang mengetuk pintu saya dan menerimanya, tidak akan berapa lama, saya bisa menjadi seorang pengemis, kamu cari tempat lain saja.” Setelah berkata demikian, dia menutup jendela dan meninggalkan Tuhan berdiri diluar.

Akhirnya Tuhan membalikkan badan meninggalkan rumah si kaya, lalu berjalan kedepan menuju ke rumah gubuk dan mengetuk pintu, pintu kecil segera terbuka, orang miskin langsung mempersilahkan Tuahan masuk dan berkata : ”Hari sudah gelap, silahkan menginap bersama kami disini, malam ini kamu tidak perlu meneruskan perjalanan.” Tuhan sangat terharu, dia masuk ke dalam rumah, istri orang miskin menjabat tangannya, menyambut kedatangannya dan berkata : ”Jangan sungkan, anggap seperti dirumah sendiri saja.” Meskipun mereka tidak memiliki banyak makanan, tetapi mereka dengan tulus hati mengeluarkan semua milik mereka untuk melayani Tuhan, istri si miskin merebus kentang diatas tungku api, sambil memeras susu kambing, dengan begitu mereka bisa meminum susu. Setelah meja makan dialas taplak meja, Tuhan dan suami istri ini duduk dimeja makan, meskipun hidangan tidak mewah, Tuhan sangat menikmatinya, sebab mereka semua berada dalam suasana gembira makan bersama.

Sesudah makan malam, tiba saatnya untuk tidur, istri si miskin memanggil suaminya dan berkata : ”Dengarkan saya, suamiku tercinta, malam ini kita tidur diatas tumpukan jerami saja, supaya tamu kita bisa tidur nyenyak ditempat tidur kita, dia sudah seharian melakukan perjalanan pasti sangat lelah.” Suaminya menjawab : ”Saya setuju, saya akan mengatakan kepadanya.” Dia lalu datang mengajak tamunya tidur diatas tempat tidurnya, Tuhan tidak setuju tidur diatas tempat tidur kedua orang tua ini, walaupun Tuhan menolak,  mereka tetap bersikeras, akhirnya Tuhan menerima usul mereka, tidur diatas tempat tidur, dan mereka berdua tidur diatas tumpukan jerami.

Keesokan harinya, mereka pagi-pagi sudah menyiapkan sarapan yang apa adanya untuk tamunya. Ketika sinar matahari menyusup masuk melalui jendela yang kecil ini, Tuhan terbangun, setelah sarapan bersama mereka, Tuhan hendak melanjutkan perjalannya. Dia berdiri didepan pintu rumah lalu membalikkan badan berkata kepada mereka : ”Kalian berdua adalah orang yang baik hati, silahkan meminta 3 permintaan, saya akan mengabulkan permintaan kalian. Orang miskin ini berkata : ”Saya berharap kami suami istri dapat hidup rukun dan sehat selamanya, setiap hari ada makanan untuk dimakan, sedangkan permintaan ketiga saya tidak tahu saya harus meminta apa lagi?” Lalu Tuhan berkata : ”Apakah engkau tidak berharap mempunyai sebuah rumah yang baru?” ”Oh ya, benar” si miskin berkata : ”Saya sangat suka, jika saya bisa mempunyai sebuah rumah yang baru.” Tuhan mengabulkan permintaan mereka, menggantikan gubuk mereka dengan sebuah rumah yang baru, lalu sekali lagi mengucapkan selamat kepada mereka dan melanjutkan perjalanannya.

Menjelang siang hari, si orang kaya baru bangun, dari jendela dia mengeluarkan kepalanya melihat ke luar, rumah gubuk di depan rumahnya telah berubah menjadi sebuah rumah yang mewah, jendelanya sangat terang, dia sangat terkejut, dengan cepat berteriak kepada istrinya: ”Apa yang terjadi?, semalam masih sebuah gubuk, kenapa dalam semalam bisa berubah menjadi rumah yang mewah? Cepat pergi lihat apa yang terjadi.” Istrinya lalu pergi keseberang jalan bertanya kepada orang miskin, lalu simiskin bercerita kepadanya bahwa semalam ada seorang yang minta menginap, dipagi hari ketika hendak melanjutkan perjalanan orang tersebut menyuruh mereka menyebutkan 3 permintaan yaitu seumur hidup bahagia dan sehat, setiap hari dapat makan dengan kenyang dan mengganti gubuk mereka menjadi rumah yang baru.

stri orang kaya setelah mendengar cerita tersebut, cepat-cepat memberitahu suaminya. Orang kaya mengeluh : “Saya sungguh benci kepada diri sendiri ! Kenapa saya tidak tahu ! Orang asing tersebut terlebih dahulu datang kerumah kita, ingin menginap dirumah kita, saya yang mengusir dia.” “Sekarang cepat pergi !” istrinya berteriak kepadanya : ”Cepat menunggang kuda dan mengejarnya, engkau pasti dapat mengejarnya, engkau harus membuat dia mengabulkan 3 permintaanmu.” Si kaya merasa ide istrinya sangat bagus, dengan segera dia menunggang kuda  mengejarnya, segera dia dapat mengejar Tuhan, meminta maaf kepada Tuhan, meminta Tuhan tidak marah karena tidak mengijinkan Tuhan menginap di rumahnya semalam, dia berkata semalam dia sedang mencari kunci depan rumahnya, rupanya Tuhan sudah berlalu dari rumahnya, jika Tuhan kembali pasti diijinkan tinggal dirumahnya.

“Baiklah,” Tuhan berkata :”Jika saya datang lagi saya pasti akan menginap.” Si kaya lalu bertanya kepada Tuhan apakah dia bisa mengabulkan 3 permintaannya seperti tetangganya. ”Dapat” Tuhan berkata : ”Tetapi ini semua tidak akan baik terhadap dirimu, lebih baik engkau tidak meminta.” Tetapi si kaya berpikir, jika bisa mengabulkan permintaan saya, saya bisa hidup lebih makmur lagi. Tuhan tidak bisa berbuat apa-apa lalu berkata kepadanya : ” Pulanglah ke rumahmu, sebentar lagi 3 permintaanmu akan terkabul.”

Permintaan si kaya sudah terkabul,  di dalam perjalanan pulang ke rumahnya, sambil menunggang kuda dia berpikir apa yang hendak diminta, lagi asyik memikirkan permintaannya, tali kekang kudanya terlepas, kuda mulai tidak berjalan dengan baik, sambil lompat-lompat mengacaukan pikirannya, dia betul-betul tidak bisa konsentrasi berpikir, dia menepuk-nepuk leher kuda dan berkata “Bisa santai sedikit, kudaku.” Tetapi kudanya malah melompat-lompat lebih tidak terkendali lagi, dia mulai kehilangan kesabarannya, menjerit kuat-kuat “Saya harap kamu jatuh dan lehermu putus.” Suaranya baru berhenti, kudanya tiba-tiba terjatuh, sama sekali tidak bergerak dan mati. Dengan demikian permintaan pertamanya sudah terkabul. Karena sifat pelitnya dia sayang membuang pelana kudanya, dia mengambil pelana kudanya dan meletakkan diatas bahunya, sekarang dia harus berjalan kaki pulang. “Saya masih mempunyai 2 permintaan.” Dia menghibur dirinya sendiri.

Dia berjalan perlahan-lahan di padang pasir, matahari di tengah hari sangat terik bagaikan berada di dalam tungku api, semakin lama dia semakin emosi, pelana diatas bahunya membuat bahunya sakit, dia masih belum terpikir apa permintaan selanjutnya. “Jika saja saya dapat memiliki harta diseluruh dunia ini. “ Dia mengoceh sendiri : ”Tentu saja saya tidak bisa dengan sekaligus memikirkan semuanya, harus dipikirkan baik-baik, cara apa yang dapat sekaligus memiliki semuanya, tidak boleh ada yang tertinggal.” Dia menghela nafas : ”Oh ya, saya mendengar dari seorang petani di Bovaria, meminta tiga permintaan sangat gampang, permintaan pertama adalah meminta bir yang banyak, permintaan yang kedua adalah meminum sepuasnya sesuai dengan selera, dan yang ketiga adalah meminta tambah 1 durm lagi.”

Ada beberapa kali dia merasa sudah selesai memikirkan permintaannya, beberapa saat lagi dia merasa permintaannya terlalu sedikit, sekarang didalam otaknya berpikir, betapa senang istrinya duduk di rumah, udara sejuk, sedang menyantap makanan yang lezat, dengan berpikir demikian dia semakin emosi tanpa sadar dia mengatakan : ”Saya harap dia bisa duduk diatas pelana ini, tidak bisa turun lagi, jadi saya tidak perlu memikulnya dalam perjalanan.” Perkataannya belum selesai, pelana dibahunya sudah menghilang, dia langsung mengerti permintaan keduanya sudah terkabul. Tiba-tiba dia merasa panas yang tak tertahan lagi, dia mulai lari berharap dapat cepat sampai kerumahnya, sehingga dirumah dapat berpikir dengan tenang hal-hal yang penting untuk permintaan ketiganya.

Ketika sampai dirumah,  membuka pintu kamarnya, dia melihat istrinya sedang duduk diatas pelana kuda, sedang menangis dan menjerit, tidak dapat turun dari atas pelana.  Dia membujuk istrinya berkata : ”Sabar sebentar, sebentar lagi saya akan meminta seluruh kekayaan didunia ini akan saya berikan padamu, engkau duduk dulu disana jangan bergerak.” Tetapi, istrinya memarahi dia : ”Engkau sangat tolol, jika saya tidak dapat turun dari pelana ini untuk apa seluruh kekayaan di dunia ini, engkau yang membuat permintaan sehingga saya duduk diatas pelana ini, maka kamu harus membuat permintaan supaya saya bisa turun dari pelana ini.” Mendengar perkataan istrinya mau tidak mau dia harus membuat permintaan ketiga supaya istrinya bisa turun dari pelana, permintaan ini langsung terkabul.

Akhirnya, si kaya selain pusing, capek dan malu, dia juga kehilangan kudanya, tidak mendapat apapun, tetapi kebalikan dari si kaya, simiskin malah mendapatkan kegembiraan , kehidupan yang tenang dan kebahagiaan seumur hidup.

Sumber : www.erabaru.or.id

"Orang yang murah hati berbuat baik kepada diri sendiri, tetapi orang yang kejam menyiksa badannya sendiri" (Amsal 11 : 17)

Janganlah Menjadi Hamba Uang

mau-harta Shuizhou tempat ini kali dan sungainya banyak, karenanya semua orang pandai berenang. Bocah-bocah yang berusia 5-6 tahun bisa bermain-main dan menangkap ikan di sungai ini, dan lebih hebat lagi kecakapan berenang orang dewasa.

Suatu hari, beberapa orang dari Shuizhou bersama seperahu melintasi sungai. Sepanjang perjalanan semua orang berbicara dengan gembira dan jenaka. Satu di antaranya mengatakan bahwa dirinya sudah beberapa tahun pergi berdagang, dan sekarang pulang melihat-lihat keluarga. Ia membawa sebuah buntalan di sisinya, dan selalu berada di sisinya setiap saat. Perahu tiba di pusat sungai, dan hal yang merepotkan terjadi. Karena sebelumnya turun hujan badai selama beberapa hari berturut-turut, sehingga air pasang melonjak hebat, dan saat ini angin kembali bertiup di permukaan sungai, sehingga membangkitkan gelombang raksasa. Dan tiba-tiba, sebuah gelombang menerjang ke perahu, sehinga memboboli sebuah lubang besar di ujung perahu, dengan gencar air sungai menggenangi perahu, dan perahu kecil akan segera tenggelam. Melihat kondisi yang buruk, orang-orang yang berada di atas perahu berturut-turut terjun ke sungai, berenang menyelamatkan diri, dan dengan sekuat tenaga berenang ke tepian.

Dan orang yang sebelumnya selalu membawa buntalan itu napasnya tersengal-sengal, kedua tangan turun naik berusaha berenang, namun meskipun lelahnya bukan main, berenangnya tetap saja sangat lamban. Teman seperahunya merasa sangat aneh, lantas bertanya padanya: “Hei, selama ini kamu sangat mahir berenang, kenapa kali ini malah ketinggalan di belakang?” Dengan napas tersengal-sengal orang itu menjawab: “Sebelum terjun ke sungai, saya membelitkan buntalan berisi seribu kepingan besar uang, karena itulah saat berenang sangat melelahkan.”

Dan tidak beberapa lama kemudian, orang itu semakin tidak bisa bergerak (berenang) lagi, melihat tanda-tanda bahaya akan segera tenggelam, teman seperahunya menjadi cemas padanya, dan mengingatkan: “Lepaskanlah uang itu dan buang saja!” Saking lelahnya orang itu tidak bisa berkata, hanya berusaha sekuat tenaga menggeleng-gelengkan kepalanya. Dan terakhir benar-benar tidak bisa berenang lagi, melihat akan segera tenggelam melihatnya demikian orang-orang lain menjadi sangat cemas, lalu berteriak kencang padanya: “Kenapa kamu begitu tolol, nyawa sudah hampir tak tertolong lagi, apa gunanya lagi uang itu? Sekarang buang uang itu masih belum terlambat, cepat buang uang itu, cepatlah, buang uang itu!” Orang itu tetap saja dengan sekuat tenaga menggeleng-gelengkan kepalanya, tetap tidak rela membuang uangnya. Dan terakhir, akhirnya ia   benar-benar kelelahan, dan ia tenggelam ke dasar sungai bersama-sama dengan uangnya.


Sumber : www.erabaru.or.id

"Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman :"Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau" (Ibrani 13 : 5)