Translate

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Sebab Dia adalah Tuhan kekuatanku, bersama-Nya ku takkan goyah

Yehezkiel Ingin Sepatu

"Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu" (Ulangan 6 : 5)

Beberapa hari lalu waktu saya melayani di MK Anak Raja yang banyak diikuti oleh keluarga-keluarga yang sangat sederhana memberikanku banyak pengalaman untuk boleh belajar dari mereka tentang kebaikan Tuhan.

Pada waktu acara kesaksian, seorang anak remaja laki-laki berumur kurang lebih 14 tahun mengangkat tanggannya tinggi-tinggi karena ingin bersaksi. Anak laki-laki itu bernama Yehezkiel. Seorang anak yang luar biasa dari sebuah keluarga sederhana yang takut akan Tuhan. Cerita dimulai ketika tahun baru ajaran sekolah dimulai dimana Yehezkiel harus masuk ke sekolahnya. Semua perlengkapan sekolah seperti sepatu, buku, tas, dan banyak lagi tentunya harus sudah ada dan siap. Yang terjadi adalah sepatu yang dimiliki anak laki-laki itu ternyata sudah rusak dan berlubang sehingga sudah sangat tidak nyaman dipakai. Sang anak itu pun hanya terdiam dan memandangi sepatu rusaknya itu dan dalam hatinya anak itu seakan-akan menghadapkan masalah tersebut kepada Tuhan. Anak laki-laki itu dalam kehidupan rohaninya terlibat dalam pelayanan dimana anak laki-laki itu melayani warga-warga miskin dengan bergabung di salon gratis yang didirikan oleh gereja kami. Setiap harinya anak itu meluangkan waktunya untuk pergi ke salon gratis tersebut dengan menjadi pekerja untuk mencuci rambut para tamu salon.

Pada suatu dalam perjalanan pulang dari salon tempat anak itu melayani, dia melewati sebuah toko dimana dia melihat sepasang sepatu yang sangat bagus dan cocok dengannya. Dia hanya melihat dari etalase kaca tanpa berani masuk ke dalam toko itu. Sepatu idamannya itu berharaga 50 rb, yang mana tentunya dia tidak mempunyai uang untuk membelinya. Anak itu tidak menyerah dalam keputusasaannya dan malah menguatkan imannya. Anak itu mengimani dan memvisualisasikan sepatu itu seakan-akan telah dia miliki. Anak itu kemudian memperkatakan firman Tuhan tentang berkat dan anak itu menguatkan dirinya bahwa dia akan memiliki sepatu itu. Anak itu menghadapkan apa yang menjadi harapannya kepada Tuhan. Kemudian anak itu pulang tanpa mengeluh walaupun tidak mendapatkan apapun saat itu.

Beberapa hari berlalu, dan sang anak itu masih menyimpan apa yang menjadi mimpinya, namun dengan cara memaksakan diri atau dengan kekuatannya sendiri. Anak itu tetap setia berjalan kaki dengan sepatu robeknya itu ke salon tempat dia melayani. Sore hari ketika anak itu pulang terlihat keluarganya sedang menanti kepulangannya. Anak itu menjadi bingung karena tidka biasanya keluarganya itu menyambutnya dengan senyuman yang berbeda dengan biasanya. Sang ibu kemudian masuk ke kamarnya dan mengambil sebuah bungkusan dan memberikan kepada anak tercintanya itu. Sang anak menerima dengan senyuman dan kemudia membuka bungkusan itu, dna betapa terkejutnya dia bahwa ternyata bungkusan itu berisi sepasang sepatu baru untuk kakinya yang selama ini dia inginkan. Rasa haru yang bercampu kebahagiaan mewarnai seluruh keluarga itu dimana Tuhan memberikan pertolongan dan berkat tepat pada waktunya bagi keluarga sederhana tersebut yang memiliki keterbatasan ekonomi. Tepat pada hari pertama tahun ajaran baru di sekolahnya, anak itu bisa memakai sepatu barunya dengan nyaman.

Anak itu bercerita bahwa dia tidak berdoa kepada Tuhan seperti seorang pengemis yang hanya bisa meminta-minta sepanjang harinya. Dia percaya bahwa Tuhan mendengar apa yang menjadi pergumulannya tanpa dia meminta-minta. Yang dia lakukan hanyalah terus melangkah bersama sepatu rusaknya itu, melayani tanpa kenal lelah, memberikan yang terbaik kepada Tuhan tanpa mengeluh ataupun menuntut Tuhan untuk memberikan fasilitas. Kasih anak itu kepada Tuhan lebih besar daripada keinginannya untuk memiliki sepatu.

Hal itulah yang membuat mukjizat Tuhan menjadi nyata dimana kasih kita kepada Tuhan melebihi apapun dalam hidup kita. Tuhan suka dan disenangkan dengan orang-oranga yang mengasihi Dia dengan hidupnya. Tuhan pun tidka akan pernah tinggal diam melihat setiap anak-anak Tuhan menderita. Dia bukan Tuhan yang kejam, Dia adalah Bapa yang penuh kasih. Curilah hati-Nya, senangkan hati-Nya setiap saat karena itulah yang diinginkan Bapa di surga terhadap anak-anak kebanggaan-Nya.

Comments

No responses to “Yehezkiel Ingin Sepatu”

Posting Komentar