Translate

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Sebab Dia adalah Tuhan kekuatanku, bersama-Nya ku takkan goyah

Ibu Bermata Satu

Ibuku hanya memiliki satu mata. Aku membencinya sungguh memalukan. Ia
menjadi juru masak di sekolah, untuk membiayai keluarga. Suatu hari ketika
aku masih SD, ibuku datang. Aku sangat malu. Mengapa ia lakukan ini? Aku
memandangnya dengan penuh kebencian dan melarikan. Keesokan harinya di
sekolah...

"Ibumu hanya punya satu mata?!?!" Ieeeeee, jerit seorang temanku. Aku
berharap ibuku lenyap dari muka bumi.

Ujarku pada ibu, "Bu. Mengapa Ibu tidak punya satu mata lainnya? Kalau Ibu hanya ingin membuatku ditertawakan, lebih baik Ibu mati saja!!!" Ibuku tidak menyahut.

Aku merasa agak tidak enak, tapi pada saat yang bersamaan, lega rasanya
sudah mengungkapkan apa yang ingin sekali kukatakan selama ini. Mungkin
karena Ibu tidak menghukumku, tapi aku tak berpikir sama sekali bahwa
perasaannya sangat terluka karenaku.

Malam itu..

Aku terbangun dan pergi ke dapur untuk mengambil segelas air. Ibuku sedang
menangis, tanpa suara, seakan-akan ia takut aku akan terbangun karenanya.
Aku memandangnya sejenak, dan kemudian berlalu. Akibat perkataanku tadi,
hatiku tertusuk. Walaupun begitu, aku membenci ibuku yang sedang menangis
dengan satu matanya.

Jadi aku berkata pada diriku sendiri bahwa aku akan tumbuh dewasa dan menjadi orang yang sukses. Kemudian aku belajar dengan tekun. Kutinggalkan ibuku dan pergi ke Singapura untuk menuntut ilmu.Lalu aku pun menikah. Aku membeli rumah. Kemudian aku pun memiliki anak.Kini aku hidup dengan bahagia sebagai seorang yang sukses. Aku menyukai tempat tinggalku karena tidak membuatku teringat akan ibuku. Kebahagian ini bertambah terus dan terus, ketika..

Apa?! Siapa ini?! Itu ibuku. Masih dengan satu matanya. Seakan-akan langit runtuh menimpaku. Bahkan anak-anakku berlari ketakutan, ngeri melihat mata Ibuku.

Kataku, "Siapa kamu?! Aku tak kenal dirimu!!" Untuk membuatnya lebih dramatis, aku berteriak padanya, "Berani-beraninya kamu datang ke sini dan menakuti anak-anakku!!" "KELUAR DARI SINI! SEKARANG!!"

Ibuku hanya menjawab perlahan, "Oh, maaf. Sepertinya saya salah alamat,"
dan ia pun berlalu. Untung saja ia tidak mengenaliku. Aku sungguh lega. Aku tak peduli lagi. Akupun menjadi sangat lega.

Suatu hari, sepucuk surat undangan reuni sekolah tiba di rumahku di Singapura. Aku berbohong pada istriku bahwa aku ada urusan kantor. Akupun
pergi ke sana . Setelah reuni, aku mampir ke gubuk tua, yang dulu aku sebut
rumah. Hanya ingin tahu saja. Di sana , kutemukan ibuku tergeletak di lantai yang dingin. Namun aku tak meneteskan air mata sedikitpun. Ada selembar kertas di tangannya.

Sepucuk surat untukku...

Anakku..Kurasa hidupku sudah cukup panjang.. Dan..aku tidak akan pergi ke
Singapura lagi.. Namun apakah berlebihan jika aku ingin kau menjengukku
sesekali? Aku sangat merindukanmu. Dan aku sangat gembira ketika tahu kau
akan datang ke reuni itu. Tapi kuputuskan aku tidak pergi ke sekolah. Demi
kau.. Dan aku minta maaf karena hanya membuatmu malu dengan satu mataku.Kau tahu, ketika kau masih sangat kecil, kau mengalami kecelakaan dan
kehilangan satu matamu. Sebagai seorang ibu, aku tak tahan melihatmu tumbuh hanya dengan satu mata. Maka aku berikan mataku untukmu.
Aku sangat bangga padamu yang telah melihat seluruh dunia untukku, di
tempatku, dengan mata itu. Aku tak pernah marah atas semua kelakuanmu.
Ketika kau marah padaku.. Aku hanya membatin sendiri, "Itu karena ia mencintaiku" Anakku! Oh, anakku!"

(NN)

Berhentilah sejenak dan renungi hidup Anda! Bersyukurlah atas apa yang Anda miliki sekarang dibandingkan apa yang tidak dimiliki oleh jutaan orang lain! Luangkan waktu untuk mendoakan ibu, ayah, atau siapapun yang Anda kasihi!



Comments

No responses to “Ibu Bermata Satu”

Posting Komentar