Terlahir sebagai anak yang buta, Priskilla kecil dapat merasakan kurangnya kasih sayang dan penolakan dari kedua orang tuanya.
Sejak dalam kandungan, kehadiran Priskilla telah ditolak oleh orang tuanya. Sehingga ketika ia lahir ke dunia sampai remaja, ia tumbuh dalam kekecewaan. Setiap kali kakak dan adiknya bertengkar, Priskilla selalu menjadi sasaran kemarahan orang tuanya. Dipukul, ditampar, dipukul pakai ikat pinggang dan juga rotan. Belum lagi kalau berfoto keluarga Priskilla seringkali tidak diajak. Kalaupun diajak itu karena Priskilla memaksa keluarganya untuk ikut difoto. Bagi Priskilla, kebutaannya hanya menambah penderitaannya.
"Setiap kali saya mendengar orang bercerita tentang kasih, hati saya itu pedih sekali. Kasih itu bukan milik saya. Kalaupun ada, kasih itu bukan milik saya."
Penolakan dan siksaan dari orang tuanya membuat Priskilla berniat untuk bunuh diri di usia 3 tahun. Priskilla berusaha untuk meloncat dari tingkat 2 rumahnya tapi digagalkan oleh pembantu. Menginjak remaja teman-temannya membawa Priskilla kepada pergaulan yang salah. Diam-diam mencoba merokok sampai ganja-pun pernah dijalaninya. Kematian temannya meninggal akibat OD (over dosis) menghentikan kebiasaan buruknya itu. Kepahitan dan kemarahan terpendam yang disimpan Priskilla selama ini membuatnya tumbuh menjadi anak yang berkepribadian kasar. Priskilla menjadi suka bertengkar dan memukul teman-temannya. Apalagi kalau melihat anak yang lebih kecil. Priskilla sering kali memukul, menjambak, bahkan sampai menginjak perut mereka. Sebagaimana perlakuan yang diterimanya dari orang tuanya sewaktu Priskilla kecil, demikian juga perlakuan Priskilla kepada anak-anak kecil itu.
Perubahan terjadi dalam diri Priskilla. "Setelah saya mengalami banyak hal itu, pada suatu hari saya diajak pada suatu acara KKR. Tidak tahu mengapa, saya merasa aneh. Saya merasa menjadi orang yang berdosa sekali. Ketika saya ingin beranjak pergi, saya dengar suara yang jelas sekali berkata kepada saya ‘Aku mengasihimu, Aku mengasihimu'. Dan saya cuma bilang, Yesus, siapakah Engkau, mengapa Engkau mau mengasihi saya sedangkan orang-orang yang saya harapkan mengasihi saya, mereka tidak mengasihi saya. Tanpa menyebutkan alasan, saya cuma merasakan Dia merangkul saya dan untuk pertama kalinya saya merasakan jamahan tangan Tuhan yang luar biasa."
Kasih Yesus memenuhi hati Priskilla. Iapun memutuskan untuk mengasihi keluarganya. Sejak hari itu priskilla tak pernah putus-putusnya berdoa untuk orang tuanya. Sampai suatu saat pemulihan dalam keluarganya itupun terjadi.
Tahun 2005 setelah Priskilla menyelesaikan pendidikannya di Semarang, ia mulai bekerja di sebuah stasiun radio sebagai seorang penyiar. Di tempat ini, babak baru dalam hidupnya dimulai. Priskilla berkenalan dengan Fandy Prasetya.
"Waktu itu sih saya biasa aja. Buat saya, dia itu juga ga terlalu istimewa, biasa saja."
Fandy merasakan tumbuhnya cinta. "Saya juga biasa saja. Cuma ada kesan yang muncul di hati bahwa dia ini bukan orang yang biasa. Ada suatu...kalau orang sekuler bilang itu aura yang memancar dari dalam dirinya." Karena seringnya bertemu, perlahan-lahan suatu pertanyaan mulai mengusik hati Fandi. "Kalau saya menjadi suaminya, apa yang akan terjadi. Cuma, semakin saya tidak mau, semakin keras suara itu."
Bukan hanya Fandy, Priskillapun mulai merasakan sesuatu yang berbeda diantara mereka.
Namun di bulan September 2005, sesuatu yang tidak pernah Priskilla bayangkan terjadi. Fandy mengungkapkan isi hatinya. Fandy sadar meskipun Priskilla akhirnya menerimanya, namun itu bukanlah hal yang mudah baginya.
Sejak awal Priskilla menyadari tantangan dalam hubungan mereka. "Saya sengaja minta diberikan permintaan yang tidak mungkin karena saya tahu kalau itu tidak mungkin...Orang tua saya dan orang tua dia sangat keberatan dengan hubungan kami."
Ibu Priskilla punya keberatan untuk hubungan itu. "Alasannya yang pertama jauh, yang kedua bangsanya tidak sesuai. Tidak sama-sama orang Tionghoa."
Setiap penolakan yang terus datang dari keluarga tidaklah menggoyahkan keteguhan cinta Priskilla dan Fandy. Bahkan sebaliknya, hal itu membuat mereka semakin kuat. Hanya satu harapan mereka, campur tangan Tuhan.
Hingga pada suatu hari Tuhan menjawab doa Priskilla dan Fandy. Akhirnya hubungan mereka direstui oleh orang tua mereka. Fandy-pun melamar Priskilla.
Kasih Yesuslah yang memulai segalanya. Sehingga tanggal 16 Desember 2005 Priskilla dan Fandy dipersatukan dalam ikatan pernikahan kudus. Ketulusan cinta mereka membuktikan bahwa tidak ada yang mustahil dalam cinta. Bagi mereka tak ada yang lebih indah ketika mereka bisa saling menyayangi dan saling melengkapi dengan kasih yang tulus. |
Comments
No responses to “Keajaiban Cinta Seorang Gadis Buta”
Posting Komentar