Obat Yang Manjur

Maria dan Marta berangkat bersama-sama menuju kota. Tiap hari sebelum fajar merekah, kedua wanita ini berangkat ke pasar dengan menjunjung bakul besar di atas kepala. Hari itu keduanya menjual hasil kebun di pasar. Sambil bersenda gurau di sepanjang jalan, Maria menceritakan hal-hal yang lucu yang dialami kemarin di kampung. Sambil bersiul dan bernyanyi, Maria seolah-olah tidak merasa berat dengan bakul yang ada di atas kepalanya. Sebaliknya, Marta di sepanjang perjalanan terus mengomel dan bersungut-sungut atas banyak hal.

Ketika mereka hampir memasuki kota, Marta berkata kepada Maria, kawan seperjalanannya itu. "Maria, aku tahu bahwa bakulmu tidak lebih ringan dari bakulku, tetapi bagaimanakah dapat engkau bernyanyi dan tertawa sepanjang perjalanan dengan beban seberat itu ? Aku tahu bahwa engkau selemah seperti aku, dapatkan engkau mengatakan kepadaku bagaimana caranya ?"

Dengan tersenyum Maria memandang kawannya itu lalu berkata,"Marta, sahabatku, jika engkau ingin mengetahui rahasianya apa sehingga aku tidak merasa beban bakul ini terasa berat tentu ada obatnya."

"Cobalah engkau katakan kepadaku, obat apakah yang engkau pakai agar aku dapat melanjutkan hidup seperti ini dengan bakul-bakul yang berat tiap hari yang dapat meremukkan tulang-tulangku.", sahut Marta.

Sesudah diam sebentar, Maria memandang muka Marta yang kelihatan letih lesu, dan lalu berkata,"Obat yang aku pakai itu namanya bersabarlah."

"Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan, supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia" (Filipi 2 : 14 - 15)

Sumber :
Natan Agustinus - JKI Maranatha Ungaran
Suara Pelayanan Edisi 55 Mei 2008