Di usianya yang baru menginjak lima tahun, Stiff ditinggal pergi oleh kedua orang tuanya akibat perceraian. Stiff pun tumbuh menjadi pribadi yang keras dan brutal, hidupnya kacau dan tanpa harapan. Bahkan hingga saat ini pun ia tidak tahu akan keberadaan ayah maupun ibunya. Yang lebih aneh lagi, Stiff memiliki cita-cita ingin mati di usia remaja.
Stiff dibawa ke Bandung tinggal dengan neneknya sedangkan ayahnya menikah lagi dengan orang lain. Stiff sendiri tidak mengetahui kabar ibunya di Jakarta sama sekali. Stiff tidak pernah merasakan figur dari kedua orang tuanya yang seharusnya menjaga dan memelihara dirinya.
Tidak mendapat perhatian dan kasih sayang dari kedua orang tuanya, membuat Stiff menjadi pribadi yang liar dalam pergaulan dengan teman-temannya di jalanan. Ia terikat dengan musik keras, tawuran, sempat bermain judi, keluar dari sekolah dan semua kenakalan remaja dinikmati Stiff pada waktu itu. Kemanapun ia pergi, senjata tajam selalu dibawaya serta. Bahkan Stiff memiliki samurai, berbeda dengan teman-temannya yang lain. Stiff memiliki geng yang dinamakan "pasukan generasi kacau".
Merasa lebih diterima di jalanan membawa Stiff ke dalam kehidupan yang penuh dengan kekerasan. Kekejaman di jalanan dijalani Stiff dalam masa-masa kelam hidupnya. Saat terlibat dalam tawuran, entah berapa orang yang merasakan kekejaman kelompok gengnya. Tak hanya di pihak lawannya, teman-teman Stiff pun ada yang menjadi korban bahkan sampai meninggal dunia.
Stiff terikat pada satu grup musik Nirvana yang nama vokalisnya Kurt Cobain. Bagi Stiff, Kurt Cobain seperti bapa baginya dan Stiff benar-benar belajar seperti apa hidupnya. Bahkan Stiff sempat berpikir untuk mengakhiri hidupnya seperti Kurt Cobain, idolanya itu. Karena Stiff memiliki satu prinsip yang sama yang benar-benar dipegang oleh Nirvana, ‘I hate my self and I want to die'. Stiff hanya berpikir bahwa hidupnya tidak ada artinya sama sekali. Orang tuanya sendiri tidak peduli terhadap dirinya, yang mungkin sebenarnya masih ada tapi entah berada di mana.
Sampai di suatu titik puncak depresi kehidupannya, suatu peristiwa mengubah kehidupan Stiff. Pada tangal 2 Juli jam 3 siang, Stiff benar-benar merasakan putus asa yang mendalam. Tiba-tiba kenalannya, David, datang ke rumahnya. Saat itu Stiff baru selesai mandi dan berniat untuk menonton film. David mengajak Stiff untuk pergi kebaktian. Tentu saja Stiff segera mencari alasan. Saat itu teman Stiff yang lain sedang bermain di rumahnya juga. Dengan alasan temannya sedang berkunjung saat itu, Stiff menyuruh David untuk minta ijin kepada temannya itu. Kalau memang temannya mengijinkan David mengajaknya pergi, Stiff akan menyetujui ajakan David. Tapi sejujurnya dari dalam hatinya Stiff tidak berniat untuk ikut karena Stiff sangat yakin temannya pasti akan melarang David untuk mengajak Stiff pergi.
Namun tanpa disangka, teman Stiff sama sekali tidak keberatan David mengajak Stiff pergi. Bahkan ia merelakan dirinya ditemani adik Stiff yang memang sedang berada di rumah saat itu. Stiff tentu saja sangat terkejut, namun ia tidak dapat mengelak lagi. Sebagai orang yang selalu memegang janji, Stiff memaksakan diri untuk pergi. Tapi di dalam perjalanan menuju kebaktian itu, ada rasa takut di dalam hati Stiff. Ia takut untuk berkumpul dengan orang-orang benar. Hari itu Stiff benar-benar merasa ingin mati.
Setelah ibadah firman Tuhan, pujian "Bagaikan Bejana" yang diangkat saat itu benar-benar menyentuh hati Stiff. Stiff sebenarnya tidak ingin menangis, dia hanya bisa menunduk. Namun tiba-tiba air matanya menetes. Stiff yang sangat gengsi untuk menangis segera menghapus air matanya. Tapi yang terjadi malahan air matanya semakin deras mengalir. Sampai satu titik Stiff mendapat penglihatan. Ruangan tempat kebaktian diadakan sangat gelap, tidak ada cahaya sama sekali. Stiff hanya bisa terduduk. Sewaktu ia menangis, Stiff hanya dapat berkata, "Tuhan, ampuni dosa saya..."
Tiba-tiba satu titik terang, jauh sekali, Stiff tidak tahu titik terang apakah itu. Namun dalam jarak dua meter, Stiff bertemu dengan pribadi Yesus. Stiff hanya berkata kepada-Nya, "Tuhan, jangan dekat-dekat saya, saya orang berdosa, saya najis Tuhan, saya kotor...." Dalam keadaan sikap doa, Stiff tidak berani memandang wajah Yesus, tapi di dalam penglihatan itu sepertinya Stiff sedang menatap Dia. Stiff berpikir Tuhan itu jauh, meninggalkan dirinya. Tapi kemudian Yesus mendekati Stiff dan memeluknya. Ada satu kata yang tidak akan pernah Stiff lupakan sampai hari ini, "Aku mengasihi engkau, Stiff..."
Saat itu Stiff hanya bisa menangis. Stiff benar-benar merasakan kasih Bapa. Stiff tidak pernah dipeluk orang tuanya sebelumnya. Stiff belum pernah mendapatkan kasih sayang sebelumnya dari orang tuanya. Tapi ajaibnya, saat itu Stiff benar-benar merasakan suatu damai yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.
Saat Stiff kembali bertemu dengan teman-temannya, ada satu perubahan yang Stiff sendiri tidak pernah berpikir kalau hal itu bisa berubah, yaitu perkataannya. Mulut Stiff dulu penuh dengan perkataan kebun binatang, mulutnya dulu penuh dengan perkataan jahat, penuh dengan kutukan. Tapi waktu Stiff kembali kepada teman-temannya, perkataannya sekonyong-konyong berubah. Kontan saja teman-teman Stiff kaget dengan perubahan yang dialaminya.
"Saya Cuma bisa berkata kepada Tuhan, bahwa saya tidak mau hidup kalau Tuhan tidak mengasihi saya. Saya hanya butuh kasih Tuhan saja karena sejak saya kenal Tuhan, kasih-Nya tidak akan pernah saya lupakan. Kasih yang benar-benar bisa membuat saya berterima kasih kepada Tuhan," ujar Stiff sambil tersenyum menutup kesaksiannya. (Kisah ini sudah ditayangkan 31 Maret 2008 dalam acara Solusi di SCTV).
Sumber : Stiff Hermanus yang diambil dari www.jawaban com
Comments
No responses to “Saat Kasih Tuhan Menyentuhku”
Posting Komentar