Pernah pada suatu saat, serigala dan bangau bersahabat. Meski keduanya punya perbedaan yang cukup besar. Setidak-tidaknya apa yang dapat dilihat mata. Misalnya, kalau jalan, serigala biasa berlari-lari kecil, sementara bangau terbang diatas. Mulut mereka juga beda. Mulut serigala punya gigi-gigi yang tajam, sementara bangau berparuh panjang tanpa gigi. Keadaan yang berbeda ini mempengaruhi cara makan dan minum yang berbeda pula.
Awal perkenalan antara mereka tak seorangpun tahu. Siapa yang memperkenalkan mereka, atau mereka ketemu sendiri, atau lewat sms barangkali? Entahlah. Tahu-tahu mereka sudah berteman saja dan sering jalan bareng.
“Hai Bangau,” kata serigala. “Bagaimana kalau kau mampir ke rumahku?” “Mampir ke rumahmu?” jawab bangau. “Boleh juga. Aku belum pernah main ke rumahmu.”
“Nanti kuhidangkan sup tulang kambing yang lezaaat sekali” kata Serigala sambil mulutnya berkecap-kecap membayangkan sup tulang kambingnya yang lezat.
Bangau semakin berminat untuk main ke rumah serigala. “Seumur hidup aku belum pernah mencicipi sup tulang kambing,” katanya dalam hati.
Setelah berjalan cukup jauh, sampailah keduanya di depan gua berlubang sempit. “Taraaaa! Inilah rumahku, “kata serigala. “Ayo, masuk!” ajaknya bersemangat.
“Mana pintunya??” tanya Bangau.
“Lubang sempit itu pintunya. Kita harus merangkak dengan hati-hati, baru bisa masuk,” jawab serigala.
“Saya tidak mungkin bisa memasuki lubang sempit itu! Saya bisa terbang, tapi tidak bisa merangkak seperti kamu,” kata bangau.
“Ayolah,“ kata serigala. “Serigala kecil saja bisa masuk, masak kamu tidak bisa??”
Malu disindir begitu, bangau dengan sangat susah payah ikut masuk ke dalam rumah serigala.
Serigala siapkan sop tulang kambing seperti yang ia janjikan. Lalu dituang di dua piring. Satu untuk dirinya, satu untuk bangau.
“Yuk, dimakan!” ajak serigala sambil menjilati supnya dengan lahap. Sementara bangau bingung. Ia tak mungkin makan seperti beruang dengan paruh panjangnya. Padahal ia sangat lapar dan haus.
Melihat sup bangau didiamkan saja, serigala yang masih lapar langsung menawarkan diri. “Tidak suka sup saya ya? Tidak mau makan ya? Ya deh, saya habiskan aja ya?”
Tanpa menunggu jawaban bangau, serigala langsung menyikat habis sup jatah Bangau. Bangau merasa dongkol sekali.
Ketika pamit pulang, mereka berdua sepakat bahwa besok giliran serigala berkunjung ke rumah bangau.
Rumah bangau ada di atas pohon besar. Melihat itu serigala langsung berkeringat dingin. “Seumur hidup aku belum pernah naik pohon,” katanya.
“Kamu bisa,” kata bangau. “Anak bangau kecil saja bisa sampai ke atas sana,” tambahnya.
Serigala merasa disindir. Maka dengan sangat susah payah ia pun berupaya naik pohon menuju rumah bangau.
Ahirnya sampai juga ia di atas, dengan badan lecet-lecet, dan gemetaran karena ia takut pada ketinggian.
Bangau sudah siapkan minuman penyambutan untuk berdua. “Ini adalah air madu, sangat lezat dan segar,” kata bangau sambil
meletakkan tempat minum berleher panjang bermulut sempit.
“Mari diminum,” ajak Bangau sambil memasukkan paruhnya kedalam minuman.
“Srrrrrrrppp!” bunyi bangau menyedot minuman dengan nikmat. Tapi serigala bingung. Ia tak mungkin memasukkan moncongnya ke dalam tempat minum seperti yang bangau lakukan.
“Kok, tidak diminum? Tidak suka ya? Kalau begitu aku habiskan saja deh…” kata bangau langsung menghabiskan minuman yang sedianya untuk serigala.
Sejak itu mereka tak bertegur sapa lagi. Saling menghindar untuk tidak bertemu. Begitulah dua sahabat yang hanya memikirkan diri sendiri dan tidak peduli sama yang lain.
Sumber : www.erabaru.or.id
Comments
No responses to “Kisah Bangau & Serigala”
Posting Komentar