Dalam tayangan sebuah reality show, ada seorang anak yang membawa sekantong terlur pecah. Ia disuruh ibunya membeli telur, tetapi karena ia jatuh, maka telur-telur itu pecah. Ia takut pulang ke rumah dan berusaha menjual telur pecah itu kepada orang-orang yang ditemuinya di jalan. Selama 8 jam ia berusaha dengan keras, tetapi tidak ada seorang pun yang peduli dengannya. Akhirnya ada seorang pemulung yang sepanjang hari itu hanya memperoleh uang Rp. 13.000 mau membeli telur itu. Si pemulung itu adalah orang yang miskin, tetapi ia tetap mau peduli kepada orang lain yang lebih membutuhkan. Akhirnya si pemulung memperoleh hadiah uang dari si pembuat acara tersebut.
Sama seperti cerita di atas, di Alkitab juga menceritakan bagaimana seorang janda di Sarfat yang tidak memiliki apa-apa yang sangat miskin. Tetapi ia setia kepada panggilan Tuhan melalui nabi Elia untuk memelihara nabi itu di tengah kesulitan. Banyak alasan bisa dikemukakan oleh orang miskin jika ia diminta menolong orang lain. Namun, ketika hatinya disentuh oleh Tuhan, maka tangannya pun tergerak untuk menolong. Dan mukjizat itu pun terjadi, Tuhan memelihara janda tersebut beserta anaknya hingga kondisi kembali normal. Tuhan sanggup menyatakan mukjizat-Nya terhadap orang-orang yang setia kepada-Nya untuk menjadi alat-Nya.
Mari kita selalu melihat sekeliling kita, melihat orang-orang yang membutuhkan pertolongan. Kita mungkin berpikir, "aku sendiri miskin dan membutuhkan pertolongan." Tetapi selalu ada orang lain yang lebih membutuhkannya daripada kita. Dan Tuhan ingin memakai kita sebagai alat-Nya untuk mengulurkan pertolongan. Maukah kita setia pada panggilan-Nya di waktu miskin sekalipun ?
Sumber : Sinar Kasih
Comments
No responses to “Setia Di Waktu Miskin”
Posting Komentar