"Kasihilah Tetanggamu"(Matius 19:19-Today's English Version )
Saya menghabiskan sebagian hidup di sebuah areal pertanian. Sebagai seorang anak, saya bertumbuh di sebuah areal pertanian yang luar biasa seluas 64 hektar yang dikelilingi bukit dan ada sebuah sungai yang penuh dengan ikan. Dan sepanjang kehidupan pernikahan saya dengan suami, Marvin, kami tinggal di sebuah rumah kecil yang kami cintai.
Ketika anak kami masih kecil, ada sebuah tren dimana sejumlah orang kota membeli sebuah areal pertanian kecil dan memelihara beberapa hewan. Ini sering disebut sebagai "back to nature", namun kebanyakan dari mereka tidak tahu bahwa memelihara hewan harus dijagai setiap hari selama dua puluh empat jam.
Salah satu tetangga baru kami membeli beberapa bebek. Bebek-bebek itu terlihat sangat lucu, namun mereka dibiarkan berkeliaran keluar dari pekarangan mereka dan masuk ke pekarangan tetangga, termasuk ke pekarangan kami. Ladang ketimun kami adalah salah satu tempat kesenangan mereka untuk mencari makan. Seringkali kami harus mengusir mereka dan berheran mengapa tidak ada pagar yang menjaga mereka untuk tetap di kandang mereka.
Suatu hari saya melihat tetangga saya sedang berada di pekarangannya dan saya bertanya apakah dia menyadari bahwa bebek-bebeknya telah merusak ladang kami. Tapi dia hanya mengangkat bahunya dan berkata bahwa bebek-bebek itu bukan miliknya melainkan milik suaminya yang sedang bepergian. Saat itu saya menunjukan sikap dan respon yang kurang baik.
Ketika kami menyadari bahwa tetangga kami tidak memiliki rencana untuk membangun kandang untuk menjaga bebek mereka maka anak kami membuat pagar untuk melindungi pekarangan kami. Sekarang bebek-bebek itu tetap berada di pekarangan mereka. Setelah itu saya tidak mau melihat tetanggaku lagi selama sebulan. Selang beberapa waktu, sikap saya tidak berubah.
Suatu hari sekelompok wanita gereja meminta saya untuk berbicara dalam pertemuan ibu dan anak yang mengambil tema ‘Kasih'. Saya sangat kecewa karena orang yang pertama saya lihat ketika masuk ke dalam gereja itu adalah tetangga saya. Bisa dibayangkan pergumulan mulai terjadi dalam diri saya. Saya tahu saya tidak mungkin dapat berbicara tentang kasih kepada wanita ini dan anaknya ketika saya sendiri tidak memiliki kesabaran terhadap wanita itu.
Jadi dengan pertolongan Tuhan, saya berjalan mendapatkan wanita tersebut dan meminta maaf kepadanya untuk sikap saya yang salah. Saya seharusnya sudah melakukannya bulan lalu. Wanita itu ternyata sangat ramah dan mau memaafkan saya. Akhirnya saya dapat berbicara dalam pertemuan tersebut dengan hati nurani yang tidak tertuduh.
Apakah Anda mempunyai seseorang yang seperti itu dalam hidup Anda ? Ijinkan saya mendorong Anda, jika semuanya sepertinya mustahil untuk memulihkan suasana. Mintalah kepada Tuhan untuk memberikan kekuatan untuk melakukannya. Dikisahkan oleh Katherine Kehler.
Sumber: thoughts about god.com/jawaban.com
Comments
No responses to “Bebek-Bebek Tetangga”
Posting Komentar