Basilur lahir di Kaisarea, Kapadokia, Turki 329 M. Sebagai anak laki-laki, Basilus diharapkan menjadi orang yang berpendidikan. Oleh sebab itu, orang tuanya mengirimnya ke sekolah yang bermutu. Dia pernah memperoleh pendidikan yang baik di Kaisarea, Konstantinopel (Turki) dan di Athena. Basilus berangkat ke Athena saat usianya 22 tahun dan 5 tahun belajar di sana. Di Athena dia bertemu dengan Gregorius dari Nazianzus, yang menjadi sahabat seumur hidupnya.
Ketika pulang dari Athena, Basilus mendapati ayahnya sudah meninggal dan ibu serta saudara perempuannya sudah pindah ke Annesti, daerah tepian Sungai Iris untuk menjalani hidup secara asketis. Saat itu Basilus belum tertarik untuk mengikuti jejak mereka dan tetap berkeinginan untuk mengamalkan ilmu yang ia dapatkan. Basilus menjadi pengajar ilmu berpidato selama 3 tahun. Tetapi, lama-lama dia tertarik juga memperlajari cara hidup penganut asketisisme. Basilus pergi ke berbagai biara di Mesir, Siria, Palestina dan Mesopotamia untuk belajar di sana. Sepulang dari kunjungannya, Basilus menjalani hidup sebagai seorang penganut asketisisme dan hidup di pertapaan selama 5 tahun. Setelah itu, Basilus terjun di pelayanan gereja. Tahun 360 M, Basilus ditetapkan sebagai diaken oleh Uskup Dianus. Juni 363 M, ia ditetapkan sebagai imam oleh Eusebius, uskup baru di Kaisarea. Tetapi, hubungannya dengan Eusebius tidak harmonis dan Basilus memutuskan untuk kembali ke pertapaan. Kehidupannya yang bersahaja itu tidak mengurangi keberaniannya untuk menentang ajaran sesat dan para penganutnya. Basilus berani menentang Kaisar Valens, salah seorang penganut Arianisme. Beberapa waktu kemudian Basilus berdamai dengan Eusebius. Karena kiprahnya sudah terbukti di masyarakat dan kehidupan kerohaniannya yang sudah mapan, maka Basilus pun terpilih menjadi Uskup Kaisarea pada tahun 370 M. Basilus menduduki jabatan Uskup Kaisarea sampai meninggal, 1 Januari 379 M.
Satu hal yang menunjukkan keberanian Basilus adalah perkataannya yang ditujukan kepada pihak Arian yang didukung penguasa yang mengancam akan menganiaya dan membuang dia, "Anda tidak dapat merampas harta saya karena saya tidak punya harta, kecuali baju yang saya pakai dan segenggam buku-buku. Masalah pembuangan, saya tidak tahu apa itu karena saya terikat kepada tempat, tempat tinggal saya bukan milik saya dan saya menganggap tempat di mana saya dibuang adalah rumah saya. Lebih daripada itu saya menganggap seluruh bumi adalah milik Tuhan dan di mana saja saya berada itu hanya singgah. Adapun penyiksaan, di mana Anda akan mulai ? Saya tidak mempunyai tubuh yang cukup kuat untuk itu dan saya akan menerima kematian sebagai kemurahan karena dengan itu saya akan sampai kepada Allah yang untukNya saya hidup, saya beraktivitas, dan untukNya lebih dari setengah diri saya sudah mati."
Comments
No responses to “Basilus,Si Pemberani Yang Bersahaja”
Posting Komentar