Translate

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Sebab Dia adalah Tuhan kekuatanku, bersama-Nya ku takkan goyah

Billy Stade, Memulai Usaha Dari Satu Toko Kecil

Gairah Billy Stade terhadap olahraga snowboarding membuatnya berkeinginan menjual pakaian untuk ber-snowboard dari sebuah toko kecil pada tahun 1993. Dengan uang yang pas-pasan untuk membayar sewa tempat di bulan ini dan bulan sebelumnya, Billy bernegosiasi dengan para vendor yang ia tahu dapat menjual produknya. Hasilnya, produk pakaiannya pun dijual baik pada musim pertama. Namun, karena cuaca mendekati lebih hangat, Billy menyadari ia harus memperluas penawaran produk jika ia akan tetap dalam bisnis pakaian selama musim semi dan musim panas. Ketika dia melihat ombak dan toko-toko pakaian di Huntington Beach, California, Billy pun memutuskan untuk masuk ke bisnis fashion dan ia pun memperluas usahanya.

Bersama dengan Kari yang dinikahinya pada tahun 2003, perusahaan yang ia beri nama The Closet kian hari menunjukkan peningkatan yang signifikan. Perusahaannya tersebut menjual berbagai produk fashion untuk pria dan wanita dengan gaya khas negara bagian California, Amerika Serikat. "Kami selalu harus maju, progresif dan cerdas untuk bersaing dengan toko snowboarding yang besar di sekitar kami," ujar Billy.

Sekarang, The Closet menjual beberapa produk high-end, produk-produk selancar limited-edition, dan juga fokus ke bisnis fashion ritel. Produk-produknya pun sekarang telah dibandingkan dengan butik terkenal seperti Henri Bendel di Los Angeles.

Tidak semua hari-hari cerah dialami oleh pasangan Billy dan Kari Stade. Mereka ingat pada akhir tahun 2001, toko The Closet yang ketiga harus ditutup akibat penurunan ekonomi setelah 9/11. "Kami hanya berdoa," kata Billy. "Kami benar-benar lemas. Namun, saya dan Kari bekerja bergantian dari pukul 9 pagi ke 9 malam membangun kembali The Closet." Dengan ketekunan, badai yang mereka hadapi akhirnya bisa terlewati dengan baik. Sekarang,  perusahaan yang dipimpin pasangan suami istri ini mengoperasikan toko di tiga lokasi pesisir, yakni di Costa Mesa, Huntington Beach, dan Newport Beach.

Source : entrepreneur.com/jawaban.com

Simon Fuller, Dari Afrika Menuju Panggung Dunia

Simon Fuller berbakat sebagai pengusaha telah membuatnya menjadi jutawan, sesuatu yang ia tetap hargai hingga hari ini. "Aku bersyukur bahwa artis dan proyek-proyek saya berhasil secara global dengan cara yang fenomenal," katanya. Mungkin rasa syukur itu berasal dari mengetahui bahwa dia telah datang begitu jauh dari tempat ia memulai di sebuah sekolah di Afrika. Hanya bagaimana dia melakukannya?

Branding: "Nasib industri musik," Fuller menjelaskan, "tidak berada di tangan record label atau perusahaan TV atau stasiun radio, tetapi di tangan korporasi global, yang memiliki pendapatan iklan besar dan tertarik dalam menangkap sebuah demografis ." Untuk itu, Fuller tahu apa itu membangun merek secara lengkap. Seorang diri bertanggung jawab untuk menciptakan kembali realitas televisi musik seperti yang kita tahu, dan untuk membangun orang-orang seperti Kelly Clarkson dan Beckham ke dalam bisnis miliaran dolar, Fuller tidak membatasi imajinasinya dalam membangun sebuah merek.

Tujuan: "Amerika tahu bagaimana merayakan keberhasilan," kata Fuller. "Orang-orang di Inggris menganggap aku terlalu komersial, terlalu ini atau terlalu itu. Tapi siapa yang peduli? Mengapa energi limbah sedemikian negatif?" Sejak ia memulai karirnya, Fuller telah dikritik karena mememompa musik pop dalam industri musik. Fuller, bagaimanapun, menolak kritik  dengan menunjukkan apa yang dia tidak pernah janjikan. Fuller berfokus pada membangunketenaran dan selebriti, tidak mengumpulkan calon artis. Dia tetap terfokus pada tujuan itu dan menolak untuk menjadi teralihkan.

Antusiasme: Meskipun di kritik, Fuller mencintai apa yang dilakukannya. Dia melewatkan universitas untuk mengikuti gairah, bekerja menurut caranya meniti bisnis musik sampai ia merasa sudah saatnya untuk memulai sendiri. Itu adalah semangat untuk bisnis yang membuatnya melalui banyak hal, termasuk dipecat sebagai manajer Spice Girls. Dia tahu ada masa depan setelah itu, dan ia terus bekerja menuju masa depan.

Marketing: Lagi Fuller mendapat nasihat dari keponakan dan sepupunya, atau ia benar-benar bisa mengintip ke dalam benak para khalayak sasaran dan memahami tuntutan mereka. Unik dan cerdas dengan strategi pemasaran, Fuller mampu berkali-kali memberikan pelanggan apa yang mereka inginkan.

Perubahan: Beberapa industri membutuhkan perubahan seperti realitas industri TV. Pemirsa TV sudah sampai pada titik jenuh. Untuk itu, Fuller melihat bahwa jika ingin bertahan hidup, ia harus terus-menerus membuat penemuannya sendiri.

The Spice Girls mungkin menemukan dia sebagai seorang manajer yang terlalu mengendalikan, tetapi enam bulan setelah menolak bimbingan Fuller, kelompok itu kehabisan tenaga dan dibubarkan. Itu adalah sebuah bukti dari efek Fuller. Perusahaan Fuller telah berada di balik beberapa nama terbesar dalam musik internasional, olahraga dan fashion berterimakasih karena telah menjawab keinginan generasi muda.

Source : Evancarmichael.com/jawaban.com

Chris Gardner Dari Gelandangan Jadi Multi-jutawan

Jika saya sebutkan nama Chris Gardner, mungkin Anda tidak tahu siapa dia. Namun jika Anda tahu film "The Pursuit of Happiness" maka itulah petunjuk bagi Anda. Film tersebut adalah kisah nyata dari kehidupan Chris Gardner yang diangkat menjadi film layar lebar.

Chris mengenakan dua buah jam tangan saat ini. Satu di tangan kiri menunjukkan waktu di Chicago, dan di kanan menunjukkan waktu di Afrika Selatan. Mengapa dia melakukan ini? Dia berkata, "Jika saya terlambat satu kali saja, maka saya akan rugi sebesar 50.000 dolar. Jadi saya piker akan lebih murah jika saya mengenakan dua jam tangan." Ya.. itu sebabnya Chris tidak segan membeli jam tangan yang masing-masing seharga 10.000 dolar itu.

Sebagai orang yang dulu hidup di jalanan dan mandi di kamar mandi umum, dengan baju hanya dua pasang maka pencapaiannya sebagai seorang multi-jutawan saat ini merupakan perwujudan dari impian Amerika.

Lahir di Milwaukee, Winconsin pada 9 Februari 1954, dengan nama lengkap Christopher Gardner kehidupannya dimulai dalam kondisi yang sangat memprihatinkan. Dia satu-satunya anak laki-laki dalam keluarganya, yang diasuh oleh orangtua tunggal, yaitu ibunya. Ibunya yang bekerja sebagai guru dan juga mengambil berbagai pekerjaan sambilan masih saja tidak bisa mencukupi kebutuhan keluarga. Ayah, adalah pribadi yang tidak pernah ia kecap dan itu sangat mempengaruhi kehidupannya.

Dalam pertumbuhannya, Gardner berpindah dari rumah saudara ke rumah panti asuhan. Hingga Gadner memasuki sekolah militer, Gadner baru tahu bahwa tempat terburuk di dunia ini adalah rumah dimana ia tinggal bersama ibunya dan ayah tirinya. Penyiksaan yang diterimannya dari ayah tirinya ternyata lebih kejam dari pada disiplin militer Amerika Serikat.Setelah putus sekolah tinggi, Gardner berbohong tentang usia dan bergabung dengan US Navy. Ia berharap untuk menjadi seorang tenaga medis dan bisa keliling dunia, tetapi itu tidak pernah dicapainya. Ia hanya sampai di North Carolina. Namun, pengalaman itu memperkenalkan Gardner ke ahli bedah jantung, yang kemudian mempekerjakan Gardner sebagai asisten penelitian klinis di University of California Medical Centre di San Francisco. Gardner menikmati pekerjaan, tetapi ia hanya memiliki penghasilan  $ 7,400 per tahun dan ia ingin lebih.

Gardner bermain-main dengan gagasan untuk menjadi seorang dokter, tapi ia memutuskan bahwa tahun-tahun melunasi pinjaman untuk  sekolah medis bukanlah untuk dia. Sebaliknya, ia menjadi penjual alat medis, dengan penghasilan $ 16.000 per tahun. Dia memuat peralatan ke mobilnya pada suatu hari dan sesuatu terjadi yang akhirnya mengubah kehidupan Gardner untuk  selamanya. Ia melihat Ferrari merah terang dan langsung jatuh cinta pada semua yang diwakilinya. "Saya bertanya kepada pria pemilik Ferrari itu dua pertanyaan," kenang Gardner. "Salah satunya, 'Apa yang Anda lakukan?' Yang kedua adalah,' Bagaimana Anda melakukan itu? ‘"

Seperti sudah ditakdirkan, pengemudi Ferrari adalah seorang pialang saham. Ketika Gardner mendengar bahwa orang itu berpenghasilan lebih dari $ 80.000 sebulan, ia memutuskan bahwa menjadi pialang saham adalah masa depannya. Dia tidak punya pendidikan, tidak ada pengalaman, dan tidak ada koneksi, tapi itu tidak menghentikan Gardner dari mencapai mimpi barunya.

Pada tahun 1987, Chris Gardner mendirikan perusahaan pialang, Gardner Rich & Co, di Chicago, Illinois, sebuah perusahaan pialang yang mengkhususkan diri dalam pelaksanaan utang, ekuitas dan transaksi produk-produk derivatif untuk beberapa lembaga terbesar negara, pensiun publik dan serikat pekerja ." Perusahaan baru itu dimulai nya di apartemen kecil Presidential Towers, dengan modal awal sebesar $ 10.000 dan perabot: meja kayu yang berfungsi sebagai meja makan keluarga. Gardner dilaporkan memiliki 75 persen dari perusahaan pialang saham dengan sisanya dimiliki oleh perusahaan hedge fund. Dia memilih nama "Gardner Rich" untuk perusahaannya karena ia menganggap Marc Rich, pedagang komoditi yang diampuni oleh mantan presiden Bill Clinton pada tahun 2001, "sebagai salah satu perusahaan berjangka yang paling sukses di dunia."

Setelah Gardner menjual sahamnya di Gardner, dalam kesepakatan jutaan dolar pada 2006, ia menjadi CEO dan pendiri dari Christopher Gardner International Holdings, dengan kantor di New York, Chicago, dan San Francisco. Selama kunjungannya  ke Afrika Selatan untuk mengamati pemilu saat Peringatan 10 tahun berakhirnya apartheid, Gardner bertemu dengan Nelson Mandela untuk membicarakan kemungkinan investasi di Afrika Selatan dan pasar-pasar baru seperti ditunjukkan dalam otobiografinya pada 2006. Gardner dilaporkan mengembangkan usaha investasi dengan Afrika Selatan yang akan menciptakan ratusan pekerjaan bagi jutaan  orang. Gardner menolak mengungkapkan rincian proyeknya sambil mengutip undang-undang sekuritas.

Source : Berbagai Sumber/jawaban.com

Pemulung Ini Kekayaannya Jutaan Dolar

Pria ini dikenal oleh lingkungannya sebagai gelandangan yang memungut kaleng untuk di daur ulang selama 40 tahun, namun tidak seorangpun yang tahu bahwa nilai kekayaannya mencapai 1 juta pound sterling.

Dikenal sebagai Tin-Can-Curt (Curt si pemungut kaleng), Curt Degerman (60) di kampung halamannya, Skelleftea, sebelah utara Swedia dikenal sebagai pria esentrik. Namun tidak seorangpun yang tahu bahwa Curt selama ini menggunakan uang yang ia kumpulan untuk membeli berbagai saham.

Sekalipun mengais makanan dari tempat sampah dan mengenakan jaket kumal, Curt Dagerman secara teratur mempelajari koran keuangan di perpustakaan umum di kotanya dan selama 40 tahun dia menjadi pemain yang berdedikasi di pasar saham..

Berkat keputusan cerdasnya itu dan juga kemampuannya berhemat, dia menumpuk kekayaan. Baru setelah meninggal karena serangan jantung, keluarganya menemukan bahwa Curt meninggalkan saham senilah 731.000 pound sterling di rekening bank Swiss, selain itu juga meninggalkan emas batangan senilai 250.000 pound sterling dan uang sebesar 275 pound sterling.

Jutawan ini menurut keluarganya sekalipun putus sekolah karena krisis kepribadian namun orang yang sangat cerdas. Curt meninggalkan semua kekayaannya kepada sepupunya yang sebelum kematiannya dengan setia mengunjunginya selama berbulan-bulan. Tapi sepupunya itu percaya bahwa ayanya juga berhak atas sebagian harta Curt tersebut.

Jika selama ini kebanyakan orang Indonesia mengukur kesuksesannya dari penampilan seseorang, maka hal ini tidak berlaku untuk Curt. Dia yang hanya jadi seorang pemulung bisa berhasil menumpuk kekayaan jutaan dolar, hal ini menunjukkan bahwa setiap orang memiliki potensi untuk sukses. Kuncinya adalah tahu bagaimana menggunakan instrument keuangan dengan baik.

Source : Daily Mail/jawaban.com

Bebek-Bebek Tetangga

"Kasihilah Tetanggamu"(Matius 19:19-Today's English Version )

Saya menghabiskan sebagian hidup di sebuah areal pertanian. Sebagai seorang anak, saya bertumbuh di sebuah areal pertanian yang luar biasa seluas 64 hektar yang dikelilingi bukit dan ada sebuah sungai yang penuh dengan ikan. Dan sepanjang kehidupan pernikahan saya dengan suami, Marvin, kami tinggal di sebuah rumah kecil yang kami cintai.

Ketika anak kami masih kecil, ada sebuah tren dimana sejumlah orang kota membeli sebuah areal pertanian kecil dan memelihara beberapa hewan.  Ini sering disebut sebagai "back to nature", namun kebanyakan dari mereka tidak tahu bahwa memelihara hewan harus dijagai setiap hari selama dua puluh empat jam.

Salah satu tetangga baru kami membeli beberapa bebek. Bebek-bebek itu terlihat sangat lucu, namun mereka dibiarkan berkeliaran keluar dari pekarangan mereka dan masuk ke pekarangan tetangga, termasuk ke pekarangan kami. Ladang ketimun kami adalah salah satu tempat kesenangan mereka untuk mencari makan. Seringkali kami harus mengusir mereka dan berheran mengapa tidak ada pagar yang menjaga mereka untuk tetap di kandang mereka.

Suatu hari saya melihat tetangga saya sedang berada di pekarangannya dan saya bertanya apakah dia menyadari bahwa bebek-bebeknya telah merusak ladang kami. Tapi dia hanya mengangkat bahunya dan berkata bahwa bebek-bebek itu bukan miliknya melainkan milik suaminya yang sedang bepergian. Saat itu saya menunjukan sikap dan respon yang kurang baik.

Ketika kami menyadari bahwa tetangga kami tidak memiliki rencana untuk membangun kandang untuk menjaga bebek mereka maka anak kami membuat pagar untuk melindungi pekarangan kami. Sekarang bebek-bebek itu tetap berada di pekarangan mereka. Setelah itu saya tidak mau melihat tetanggaku lagi selama sebulan. Selang beberapa waktu, sikap saya tidak berubah.

Suatu hari sekelompok wanita gereja meminta saya untuk berbicara dalam pertemuan ibu dan anak yang mengambil tema ‘Kasih'. Saya sangat kecewa karena orang yang pertama saya lihat ketika masuk ke dalam gereja itu adalah tetangga saya. Bisa dibayangkan pergumulan mulai terjadi dalam diri saya. Saya tahu saya tidak mungkin dapat berbicara tentang kasih kepada wanita ini dan anaknya ketika saya sendiri tidak memiliki kesabaran terhadap wanita itu.

Jadi dengan pertolongan Tuhan, saya berjalan mendapatkan wanita tersebut dan meminta maaf kepadanya untuk sikap saya yang salah. Saya seharusnya sudah melakukannya bulan lalu. Wanita itu ternyata sangat ramah dan mau memaafkan saya. Akhirnya saya dapat berbicara dalam pertemuan tersebut dengan hati nurani yang tidak tertuduh.

Apakah Anda mempunyai seseorang yang seperti itu dalam hidup Anda ?  Ijinkan saya mendorong Anda, jika semuanya sepertinya mustahil untuk memulihkan suasana. Mintalah kepada Tuhan untuk memberikan kekuatan untuk melakukannya. Dikisahkan oleh Katherine Kehler.

Sumber: thoughts about god.com/jawaban.com

Sulaman Indah Dari Bapa

Ketika aku masih kecil, aku sering memperhatikan ibu menggunakan banyak waktu untuk menyulam. Dan aku senang duduk di lantai dekat kakinya sambil memperhatikannya dari bawah dan mulai bertanya apa yang sedang ia lakukan. Ibu dengan lembut memberitahukan bahwa ia sedang menyulam. Dari bawah aku melihatnya bekerja dalam batas-batas lingkaran bulat kecil yang ia pegang di tangannya, aku komplain padanya, mengapa sulaman itu tampak kacau jika dilihat dari tempat aku duduk.

Menanggapi keluhanku, dia akan tersenyum padaku, memandang ke bawah dan dengan lembut berkata, "Nak, pergilah kamu bermain jika ibu sudah menyelesaikan sulaman ibu, ibu akan memangku kamu di pangkuan ibu dan membiarkan kamu melihat dari atas hasil sulaman ibu."

Aku masih bertanya-tanya mengapa dia menggunakan benang gelap bersama dengan benang yang lebih terang dan mengapa benang-benang itu tampak begitu berantakan dari pandangan saya. Beberapa menit kemudian, aku mendengar suara Ibu memanggilku, "Nak, datang dan duduk di pangkuan ibu." Aku sangat heran bercampur rasa gembira melihat hasil sulaman ibu, sebuah bunga yang indah atau matahari terbenam. Sebagai anak kecil, aku tidak percaya dengan apa yang aku lihat itu, karena dari bawah aku melihatnya tampak begitu berantakan.

Kemudian Ibu berkata padaku, "Anakku, dari bawah memang akan terlihat jelek dan berantakan, tetapi kamu pasti tidak menyadari bahwa ada sebuah pola di atas. Ini adalah sebuah desain. Ibu hanya mengikutinya. Sekarang lihat itu dari sisi ibu dan kamu akan melihat apa yang sebenarnya sedang ibu lakukan."

Berkali-kali aku juga melihat kepada Bapa Surgawi dan bertanya, "Bapa, apa yang sedang Bapa lakukan?" Dan dengan lembut Bapa menjawab, "Aku sedang menyulam hidupmu." Aku berkata, "Tapi kelihatannya seperti kekacauan bagiku. Sepertinya begitu campur aduk, berantakan. Benang tampak begitu jelek. Tidak ada benang yang kelihatan bagus?" Kemudian Bapa seperti bilang, "Anakku, jika kamu melakukan kehendak-Ku, suatu hari nanti Aku akan membawamu ke Surga dan menempatkanmu di atas pangkuan-Ku dan kamu akan melihat rencana-Ku dari sudut pandang-Ku. "

Sumber: gagirl.com/dan/jawaban.com

Damai Dalam Lukisan

Pada suatu hari, Raja menawarkan hadiah kepada pelukis yang bisa melukis lukisan terbaik tentang kedamaian. Banyak pelukis yang mencoba. Sang Raja melihat semua lukisan tersebut. Setelah melakukan banyak pertimbangan, akhirnya Raja memilih dua lukisan yang terakhir. Sekarang dia harus memilih salah satu dari mereka.

Satu lukisan merupakan lukisan mengenai danau yang tenang. Danau tersebut merupakan cermin yang tepat untuk menggambarkan gunung yang penuh ketenangan yang menjulang di atas danau tersebut. Di langit, awan putih bergerak di langit yang biru. Setiap orang melihat lukisan ini berkata bahwa lukisan ini adalah lukisan terbaik yang menggambarkan tentang kedamaian.

Lukisan yang kedua menggambarkan gunung juga. Gunung-gunung ini rusak dan gundul. Di atas menggambarkan langit gelap yang marah dimana hujan turun. Petir menyambar. Di samping gunung, jatuh aliran air terjun. Gambaran ini tidak menggambarkan tentang kedamaian sama sekali.

Raja memilih lukisan kedua sebagai lukisan yang terbaik. Rakyatnya begitu heran, dan raja akhirnya menjelaskan,"Karena," dia menjelaskan, "kedamaian tidak hanya berada di tempat yang tidak mempunyai kebisingan, kesusahan, atau kerja keras. Kedamaian ada di tengah keadaan bagaimana pun, dimanapun ada kedamaian dalam hatimu. Itu adalah arti sesungguhnya dari kedamaian."

Ternyata pada lukisan tersebut, ketika dilihat dari dekat, kelihatan bahwa di balik air terjun ada belukar kecil yang tumbuh di atas batu. Di dalam semak itu, seekor ibu burung membangun sarangnya. Di sana, di tengah derasnya air yang turun, duduklah sang ibu burung di atas sarangnya. Dia merupakan gambaran kedamaian yang sempurna.

Dalam hidup, ada halilintar dan petir yang menyambar, ada air terjun yang begitu derasnya di dekat kita yang bisa menyebabkan kita celaka, ada pegunungan yang tidak terlindungi dan tidak dapat melindungi kita, ada langit kejadian yang begitu kelam di dalam kehidupan kita, namun bangun sangkar di dalam Tuhan, tetap duduk tenang di dalam sangkar itu dan kedamaian yang sempurna akan datang dalam kehidupan, kehidupan yang bagaimanapun kita jalani.

Sumber: healingstory/lh3/jawaban.com

Apa Yang Kau Lihat

Pada zaman dahulu, hiduplah Cyrus yang merupakan raja Persia yang terkenal dan Cagular yaitu kepala suku yang terus menerus melakukan perlawanan terhadap pasukan Cyrus, dan bertekad menguasai Persia.

Singkat cerita, Cyrus mengumpulkan seluruh kekuatan pasukannya, mengepung daerah kekuasaan Cagular dan berhasil menangkapnya beserta keluarga. Mereka dibawa ke ibukota kerajaan Persia untuk diadili.

Pada hari pengadilan, Cagular dan istrinya dibawa ke sebuah ruangan. Kepala suku itu berdiri menghadap singgasana, tempat Cyrus duduk dengan perkasanya. Cyrus tampak terkesan dengan Cagular. Ia telah mendengar banyak tentang kegigihan Cagular.

"Apa yang akan kau lakukan bila aku akan menyelamatkan hidupmu?" tanya Cyrus.

"Yang Mulia," jawab Cagular. "Bila Yang Mulia menyelamatkan hidup hamba, hamba akan kembali pulang dan tunduk patuh pada Yang Mulia sepanjang umur hamba."

"Apa yang akan kau lakukan bila aku menyelamatkan hidup istrimu?" tanya Cyrus lagi.

"Yang Mulia, bila Yang Mulia menyelamatkan hidup istri hamba, hamba bersedia mati untuk Yang Mulia." jawab Cagular.

Cyrus amat terkesan dengan jawaban Cagular sehingga membebaskan dia dan istrinya. Bahkan ia mengangkat Cagular menjadi gubernur yang memerintah di provinsi sebelah selatan.

Dalam perjalanan pulang, Cagular dengan penuh antusias bertanya kepada istrinya, "Istriku, tidakkah kau lihat pintu gerbang tadi? Tidakkah kau lihat koridor ruang pengadilan tadi? Tidakkah kau lihat kursi singgasana tadi? Itu semuanya terbuat dari emas murni! Gila!"

Istri Cagular terkejut mendengar pertanyaan suaminya, tetapi ia menyatakan, "Aku benar-benar tidak memperhatikan semua itu."

"Oh, begitu!" tanya Cagular terheran-heran, "Aneh, lalu apa yang kau lihat tadi?"

Istri Cagular menatap mata suaminya dalam-dalam. Lalu ia berkata, "Aku hanya melihat wajah seorang pria yang mengatakan ia bersedia mati demi hidupku."

Jadi, apa yang Anda lihat? Apa yang Anda lihat hanya kesenangan duniawi semata? Apa yang Anda lihat hanya kemewahan? Apa yang Anda lihat itu seseorang yang benar-benar berarti dalam hidup Anda?

Yesus sama seperti Cagular, Dia bersedia bahkan sudah mati untuk kita, kita pun harus melihat padaNya dengan sepenuh hati.

Sumber: inspirasi2.wordpress.com/wowo 12 April 2009/jawaban.com

Konser Kehidupan

Sekolah kami baru saja membuat sebuah konser, dan kami menghabiskan banyak waktu untuk berlatih. Hidup ini pun seperti bermain di dalam sebuah orkestra. Pertama, Allah memberi kita alat musik dan beberapa catatan lagu, dan kita duduk untuk bermain, tetapi kita mulai berkata, "Tuhan, aku belum pernah bermain bagian ini sebelumnya! Lihat semua catatan-catatan ini! Aku tidak akan bisa memainkannya." Tetapi Allah berdiri di atas panggung dan memegang tongkat di tangan-Nya. Dia mengedipkan mata kepada kita dan berkata dengan tenang, "Hanya ikuti aku."

Kita berkata lagi, "Tapi Tuhan, ini pasti akan terlalu sulit, bisakah kita memainkan lagu lain saja? Kelihatannya itu jauh lebih mudah dan lebih menyenangkan untuk dimainkan," tetapi Tuhan berkata, "Tidak, ikuti saja pimpinan-Ku."

Namun kita memutuskan untuk tidak menghiraukan apa yang Allah katakan, kita hanya ingin memainkan lagu lain yang kita inginkan. Jadi, ketika Dia mengangkat tongkat-Nya dan mulai memimpin, kita mengabaikan Dia dan mulai memainkan lagu yang kita ingin bermain. Tentu saja hal itu terdengar kurang bagus. Musik tidak terdengar indah sama sekali, karena itu bukan cara yang Tuhan ingin untuk kita mainkan. Setelah bermain sebentar dan mulai merasa frustrasi, kita baru menyadari bahwa akan lebih baik jika kita mendengarkan konduktor. Jadi, dengan wajah merah dan malu-malu, kita mulai mencari bagian yang Tuhan ingin kita bermain.

"Tapi Tuhan, kelihatannya begitu sulit." Tapi Tuhan hanya tersenyum dan mengetuk-ngetukan tongkat-Nya. "Tidak apa-apa, ikuti Aku saja. Coba lihat ke arah-Ku, dan Aku akan menuntun kamu," bisik-Nya. Jadi, kita mulai untuk bermain. Pada awalnya, tampaknya seolah-olah kita tidak akan pernah bisa memainkan bagian ini. Kemudian kita ingat apa yang Tuhan katakan, "Lihatlah kepada-Ku" sehingga kita mulai melihat ke atas dan melihat Tuhan yang dengan hati-hati menghitung irama untuk kita, dan jika kita benar-benar mendengarkan dengan cermat, kita dapat mendengar suara-Nya berdengungkan bagian kita.

Lagu tersebut akan menjadi lagu yang paling indah yang pernah kita dengarkan, dan kita belajar bahwa selama mata kita terpaku pada pemimpin orkerstra, kita pasti dapat memainkannya. Yang harus kita lakukan adalah melihat ke atas! Tentu saja, ada beberapa bagian yang benar-benar sulit, tetapi selama kita mengikuti pemimpin orkestra dan mendengarkan irama-Nya, kita dapat memainkannya dengan baik. Yang perlu kita lakukan adalah melihat pada Tuhan!

Sumber: inspirationalarchive.com/dan/jawaban.com

Gadis Buta

Ada seorang gadis buta yang membenci dirinya sendiri karena dia buta. Dia membenci semua orang kecuali pria yang menjadi pacarnya yang selalu ada bersama dengannya. Gadis itu berkata, "Hanya jika aku bisa melihat dunia, aku akan menikahimu."

Suatu hari, seseorang mendonasikan sepasang matanya untuk gadis itu. Ketika penutup matanya dilepas, dia dapat melihat segala sesuatu termasuk pacarnya. Pria itu bertanya kepadanya, "Sekarang kamu dapat melihat dunia, maukah kamu menikah denganku?" Gadis itu melihat kepada pacarnya dan mendapati bahwa dia buta. Tanda dikelopak matanya yang tertutup membuat dia terkejut. Dia tidak mengharapkan hal ini dan dia menolak untuk menikah dengan pria tersebut.

Pacarnya ditinggalkannya dalam kesedihan dan sehari kemudian menulis sebuah catatan kepada gadis itu yang berbunyi, "Sayang, jaga baik-baik matamu karena sebelum menjadi milikmu, mereka adalah milikku."

Seringkali kita berbuat seperti gadis itu, menganggap murah sebuah pemberian yang berharga. Tuhan sudah memberikan seluruh kehidupan-Nya  untuk memberi kita kehidupan, tetapi seberapa sering kita meninggalkan Tuhan. Kita lupa bahwa di balik sebuah anugerah ada pengorbanan. Mengucap syukurlah untuk setiap hal yang baik yang boleh Anda alami.

Sumber: spiritual-short-stories.com/dan/jawaban.com

Ketika Yesus Mengetuk Pintu

Di Oxford, Inggris ada sebuah kapel, yang di depan altarnya tergantung sebuah lukisan yang sangat terkenal di dunia, The Light of the World karya Holman Hunt. Banyak orang telah melihat lukisan ini, namun sangat sedikit yang mempelajari arti dari lukisan ini.

Lukisan ini menggambarkan Yesus dalam kepenuhannya sedang memegang lentera di tangannya berdiri di depan pintu tanpa palang di luar, jalan menuju tempat itu di penuhi rumput-rumput liar. Inspirasi dari lukisan ini berasal dari Wahyu 3:20: "Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku."

Sewaktu Yesus mengetuk pintu, ekresi wajah-Nya sangat berkesan, Ia tahu pasti siapa yang ada di balik pintu tersebut. Yesus sangat berharap untuk masuk.

Lentera melambangkan hati nurani; wajah lembut Tuhan memancarkan cahaya yang sulit dijelaskan. Ada kecermelangan yang tampaknya muncul dari kepribadian-Nya. Hati nurani adalah titik hubungan; kehadiranNya adalah Cahaya yang berdiam yang menyingkapkan apa itu baik dan jahat.

Tuhan tahu apa yang menjadi pergumulan kita, dan Ia rindu untuk menolong kita, itu sebabnya Yesus mengetuk pintu hati kita. Ia tahu kelemahan kita, dan apa yang menjadi masalah terbesar dalam hidup kita, itu sebabnya Ia datang untuk memberikan kekuatan supaya kita menjadi penakluk dan pemenang atas permasalahan dan pergumulan kita.

Pertanyaannya saat ini, seperti yang tergambar dalam lukisan tersebut. Pintu itu hanya bisa di buka dari dalam. Yesus bukanlah tipe orang yang mendobrak pintu rumah orang lain. Dia mengetuk dengan sopan dan lembut. Kini, bersediakah Anda membukakan pintu baginya, agar Ia masuk dan menerangi hidup Anda dengan kemuliaan-Nya? Keputusannya ada ditangan Anda.

Sumber: I, Isaac, take Thee Rebekah; Ravi Zacharias;Pionir Jaya/jawaban.com

Berenang Bersama Allah

Rachel dan Jim memiliki sebuah bangunan yang dikomersialkan. Setengah dari bangunan itu digunakan oleh Jim untuk praktek dokter giginya. Selama 15 tahun mereka tidak mengalami kesulitan dalam menyewakan setengah bagian yang lain. Mereka menggunakan pendapatan ekstra tersebut untuk membayar tagihan listrik, air, telepon, dan sebagainya. Namun, kini mereka tidak lagi mendapat penyewa baru. Agen real estat berkata, "Sementara ini, lupakan iklan. Mutlak, tidak akan ada penyewa."
Untuk meringankan kekhawatirannya dalam hal keuangan, Rachel berenang bolak-balik di kolam milik YMCA setempat. Suatu hari saat dia merasa cemas luar biasa, dia memutuskan untuk berdoa sambil berenang dengan menggunakan alfabet sebagai pencatat putaran. Dia berfokus pada kata-kata sifat untuk menggambarkan karakter Tuhan.

Dia mulai dengan huruf A. "You are the Almighty God (Engkau adalah Tuhan Mahabesar), doanya pada putaran pertama. "A benevolent God, a beautiful God (Tuhan Mahabaik, Tuhan yang manis." Doanya pada putaran berikutnya, dan kemudian," You are a caring, creative, can - do God (Engkau Tuhan Pengasih, kreatif dan mampu melakukan segala sesuatu." Pada putaran yang ke- 26, satu jam telah berlalu. Dan, ketakutannya pun sudah hilang. Dia tahu bahwa Tuhan akan menyediakan.

Tak lama kemudian, seorang ahli terapi fisik datang menemuinya dan mengatakan bahwa dia membaca papan "Disewakan" tergantung di jendela. Dia ingin melihat tempat tersebut. Ternyata, itulah tempat yang memang diinginkannya. Jadi dia dan rekannya menyewa ruangan tersebut. Rachel tetap berdoa setiap kali berenang. "Bagaimanapun juga," katanya, "Saya telah menemukan kebaikan Tuhan dari A hingga Z!"

Jadi kebaikan Tuhan itu dari A-Z, ada semua. Dan semuanya itu ada dalam kehidupan kita, karena Tuhan tidak pernah melepaskan kita dan ada bersama kita senantiasa.

Sumber: generasi minyak anggur/lh3/jawaban.com

Ekor Kebahagiaan

Suatu kali aku memperhatikan seekor kucing kecil sedang bermain dengan ekornya sendiri. Dia sedang berusaha mengejar ekornya. Dia terus berlari-lari dan berguling-guling mencoba menangkap ekornya.

Di tengah keasyikan kucing kecil itu, tiba-tiba muncul seekor kucing tua di dekatnya. Lama dia mengawasi tingkah laku kucing kecil dan seolah-olah dia bertanya kepada kucing kecil itu, "Kucing kecil, mengapa kamu mengejar ekormu sendiri?"

Kucing kecil menjawab, "Karena aku akan menemukan kebahagiaan di ekorku."

Kucing tua mengawasi selama beberapa waktu lama, kemudian dia berkata, "Dulu aku juga melakukannya, aku pernah berpikir jika  aku bisa menangkap ekorku aku akan menemukan kebahagiaan di sana. Tapi sekarang aku sadar bahwa aku tidak perlu mengejar ekorku lagi karena aku tahu ke mana pun aku pergi dia akan mengikutiku."

Dan kucing tua itu bangkit dan berjalan pergi dengan ekornya melambai di belakangnya.

Bukankah kita seperti kucing kecil itu? Kita seolah-olah sedang mengejar ‘ekor' kita sendiri dan berharap akan menemukan kebahagiaan jika mendapatkannya. Padahal kebahagiaan itu selalu melekat dalam diri kita. Pemazmur mengatakan kemurahan dan kebajikan Tuhan selalu mengikutinya seumur hidupnya. Berhenti mengejar kebahagiaan Anda karena kemurahan dan kebajikan Tuhan selalu mengikuti Anda seumur hidup Anda.

Sumber: inspirationalarchive.com/dan/jawaban.com

Temukan Ketenangan Dalam Yesus

Awal perjalanan Parolan Sinaga ke ibukota membawanya ke sebuah terminal yang akan menjadi awal perubahan besar hidupnya.

"Begitu tidur pagi-paginya udah bangun mau ngapain. Ini duit sudah tidak ada lagi. Udah menipis, bagaimana cara makan. Saya lihat orang, enak-enak aja. Ada orang masuk mobil, dimintain duit. Wih enak juga rupanya, gampang juga"

Parolan pun mencoba apa yang dia lihat dan sebuah pengalaman baru yang dia dapatkan akan merubah jalan hidupnya.

"Masih mulus, wuh gampang sekali ya rupanya cari duit ini di Jakarta saya pikir kan saya kantongi..banyak..Akhirnya saya bisa makan pagi itu. Ah gampang, besoknya saya ulangi lagi. Malam kedua, ketiga masih lancar. Malam keempat, didatangi bosnya"

"Kau ambil lahanku. Enak saja, siapa kau. Kita sama-sama cari makan kok, jangan disini. Nanti kau daripada kubawa gerombolanku katanya"

Pukulan yang ia dapatkan tak mampu membuatnya mundur. Parolan terus bekerja dengan suatu rencana yang telah ia siapkan.

"Waktu dia datang lagi, sebelum dia memukul saya, saya duluan memukul dia. ‘Jangan, ampun bang, ampun bang' aku kan cari makan, kamu ngapain kamu. Setelah itu bebas aku berkelana disitu, di terminal itu"

Hukum rimba berlaku di terminal ini. preman yang ia pukuli ternyata adalah seorang kepala geng. Dengan sendirinya, dalam waktu yang singkat, ia pun menjadi kepala geng yang cukup ditakuti.

"Yang saya nikmati adalah luar biasa, luar biasa. Yang dulunya tidak pernah mengenal minuman keras, saya minum minuman keras. Mabuk-mabukkan sampe kadang-kadang dulu aku 3 hari 3 malam aku kuat minum. Jadi, kalau ada di dalam kelompokku itu ada yang mengganggu pesta miras kami, pasti mikir dua kali dekat kami. Ada yang mengganggu dekat kami, pasti botol itu kena kepalanya. Kita melenggang aja seperti itu seperti tidak ada kejadian"

Liar, brutal, dan sombong sangat terlihat jelas dalam dirinya. Perkelahian dan pertumpahan darah merupakan makanan sehari-hari baginya.

"Jadi, kalau saya sedang marah, saya melihat orang itu kecil sekali seperti semua. Saya tidak memandang apakah dia tinggi besar. Saya harus mendatangi dia dulu. Segala sesuatu yang memusuhi saya itu saya anggap itu musuh yang harus saya hancurkan. Pas apa yang ada ditangannya, bata yang ada bata yang saya pukul dan itu saya katakan terus terang saya tidak pernah takut mati"

kenyamanan sebagai seorang preman terminal membawa ingatan Parolan ke masa kecilnya.

"Bapak saya adalah dia sibuk dengan dirinya sendiri udah lama. Bahkan dia sibuk selalu ke kota tiap hari karena alasan kerja dan itu bisa berhari-hari bahkan berminggu-minggu. Jarang dia pulang. Begitu pulang, dia marah-marah, langsung pukul ibu saya, selalu itu. Pokoknya babak belurlah mamakku ini. dijambak, diituin. Mamakku ini gak melawan. Wah, saya sangat membenci sekali bapakku. Makanya saya dulu selalu bilang, ‘jika saya sudah besar, saya akan tumbukkan bapak saya. Saya akan tonjok dia dan saya akan belajar bela diri'"

Belum sempat dendam itu terbalaskan, ayah yang sangat dia benci meninggal dunia dan menyisahkan sakit hati yang tanpa sadar selalu ia bawa hingga ia dewasa. Namun, sebuah peristiwa sejenak mampu menyadarkannya.

"Dia nyopet dompet. Setelah dia nyopet dompet ini, gak tahunya dia dikerubuti massa. Tiba-tiba dilempar sama aku ini dompet. Jadi, dia selamat, akulah yang dikerubuti waktu itu. Jadi, kalau menurut saya ada ratusan orang yang menginjak aku. Disitulah aku meminta tolong Tuhan, ‘Tolong Tuhan, aku. Tolong Tuhan' itu aja padahal disitu aku gak tahu berdoa saat itu"

Parolan terbukti tidak bersalah. Ia pun dibebaskan. Sejak peristiwa itu, ada sesuatu dalam hatinya yang membawanya dalam satu perubahan.

"Mulai ada rasa ketakutan dari itu. Ingin supaya hidup kita tenang. Jadi saya ingin berubah untuk memulai kehidupan yang baru sebenarnya"

Bersama tiga temannya, Parolan mulai mengontrak sebuah kamar dan mulai melamar pekerjaan serta menata kehidupan mereka.

"Kita coba bawa lamaran yang ada, ijazah yang ada yang pas-pasan yang SGO itu, yang SMA itu kan, tapi itulah selalu pintu itu tertutup. Kita coba, tidak ada yang buka jalan pekerjaan itu bagi orang-orang terminal"

Ternyata perubahan itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Bahkan hidup Parolan semakin hancur di tangannya sendiri.

"Pada suatu ketika ada perebutan pacar inilah, dia datang melabrak saya. Setelah dimaki-maki habis-habisan, ya saya gak kuat kesabaran. Sebelum dia memukul, saya pukullah penyerang saya ini. prek... melihat dia pingsan, bukannya aku tolong malah kutinggali seperti itu. Akhirnya mereka lapor ke polisi"

Nasib baik kembali tidak berpihak kepadanya. Hukuman satu tahun penjara menjadi bayaran atas perbuatannya.

"Setelah saya masuk penjara, saya dipukullin di dalam. Kan itu setiap kamar ada kepala kamarnya. Disuruh jongkok dulu, lari-lari, baru abis itu disuruh mijit-mijit dia. Kepala kamar, mereka tuh ada kasur lengkap. Ya seminggu kemudian setelah saya pelajari bagaimana caranya supaya bisa seperti itu., saya habisi itu kepala kamar saya ini pada tengah malam"

"Kan dia udah tidur.udah tidur semua orang. Saat itu, pas dia sudah tidak bergerak, saya hajar itu. Saya gak kasih kesempatan dia bernafas untuk teriak. Akhirnya gempar pada malam itu,  ‘wah habis kepala kamar kita, menyerah' lalu dia minta maaf. Udah diserahkan sama aku waktu itu kepala kamar itu. Langsung aku jadi kepala kamar waktu itu"

Malam itu sebuah kebebasan baru dapat Parolan nikmati dalam sel kecilnya tersebut. Hingga suatu malam, sebuah lagu yang ia dengar mampu menyentuh hatinya.

"Lagunya yang paling kuingat waktu itu, ‘ku mau seperti-Mu Yesus, di sempurnakan selalu' Jadi mulailah luntur kekerasan hati ku, kegarangan aku tidak ada lagi. Lalu setelah saya mendengar itu, ada mulai rasa kedamaian di dalam diri saya. Mulai kembali ingin memuji Tuhan seperti waktu kecil"

Parolan pun memberanikan dirinya untuk mengikuti ibadah di dalam penjara.

"Saya melihat saya mulai jijik sebenarnya melihat kelakuan saya setelah saya merenungkan itu. ‘Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah!' itulah yang membuat saya, 'oh, berarti Tuhan masih sayang kepada saya makanya saya dihajar, saya dimasukkan ke penjara ini supaya saya berubah. Saya akan berubah total, saya tidak akan mengulangi perbuatan-perbuatan minum. Saya harus menahan diri, saya harus bisa menguasai diri saya. Saya tidak gampang emosi lagi, walau bagaimanapun makian orang mungkin itu jangan sampai memukul orang. Itulah tekad saya dari dalam"

kehidupannya berubah di penjara dan pengampunan kepada bapaknya pun telah ia lepaskan. Kebebasan yang sesungguhnya kini telah Parolan miliki dan ia pun menjadi pribadi yang baru hingga saat ini.

"Oh, perubahan yang saya rasakan sangat luar biasa. Yang dulunya aku pertama-tama tidak bisa tenang, sekarang bisa tenang. Yang dulunya saya gampang tersinggung mudah emosian, jadi saya merasa benar sendiri, saya bisa mengalah. Yang dulunya saya tidak bisa mendengarkan, sekarang bisa mendengarkan."

"Saat ini saya sangat bersyukur sekali kepada Tuhan Yesus karena saya yang dulunya seorang penjara terminal boleh diubahkan menjadi seorang supervisor di sebuah bank swasta. Sangat luar biasa," ujarnya menutup kesaksian.

(Kisah ini ditayangkan 22 Maret 2010 dalam acara Solusi Life di O'Channel).
Sumber Kesaksian:
Parolan Sinaga/jawaban.com

Istri dan Anakku, Saksi Mata Perselingkuhanku

Waktu kecil, saya, Edwin Tanalisan, tinggal dan dibesarkan oleh nenek dari papa. Saat itu, saya benar-benar merasakan apa itu kasih sayang. Namun ketika saya dipulangkan kepada orangtua saya, yang ada malah sebaliknya. Sehingga dari waktu ke waktu, bila siang saya ke rumah nenek dan rumah orangtua hanya dijadikan sebagai tempat tidur.

Saya lalu mulai mencari kebahagiaan di luar. Dengan pergaulan yang tidak benar. Semakin saya dewasa, makin membentuk kejahatan dalam diri saya.

Saya bekerja sebagai penagih hutang waktu itu. Ada beberapa waktu, saya bisa mendapatkan uang banyak. Waktu kita habis menagih uang, kita bisa bagi Rp.20.000.000 jadi 6 (yang waktu itu saya anggap terlalu besar buat saya), Sedangkan saya bekerja dengan gaji cuma Rp.500.000,-/bulan. Hal tersebut membuat saya terbawa dengan keadaan kegelimangan harta. Saya makin tenggelam dan mempunyai hubungan gelap. Yang memang gila juga, saya kost-in partner gelap saya ini dekat rumah.

Tidak hanya itu. Saya semakin menggila. Jadi obat yang saya pakai itu bukan hanya satu dua tiap harinya, tapi lebih dari 10 buah. Ketika mulai memakai ekstasi, di sanalah saya mulai temukan seperti ada kasih sayang yang dominan. Kalau saya ngomong dengan orang, kayaknya enak benar. Ada kasih sayang yang luar biasa, ada sukacita yang luar biasa. Kalau mungkin saya ga minum itu, mungkin suasananya biasa saja.

Karena obat itu, kalau ada sedikit musik saja saya sudah merasa sangat bahagia. Saya makin jauh tenggelam. Kenapa saya katakan begitu? Karena ketika saya tidak menggunakan obat itu, kenyataannya adalah saya begitu merasa terasing dalam keluarga saya sendiri pun. Saya jauh dari bahagia.

Tapi karena saya cinta mati pada pekerjaan ini, saya pernah berpikir tidak apa bila saya mati karena overdosis, karena saya cinta dengan pekerjaan dan kehidupan yang seperti ini.

Suatu ketika, ketika istri dan anak saya tertua sedang berjalan ke luar rumah, mereka melihat motor saya diparkir di kost tersebut. Mereka mendatangi kost tersebut. Setelah pintu yang diketok-ketok tidak dibuka, mereka masuk dengan membuka paksa pintu. Mereka melihat saya tidur dengan selingkuhan saya.

"Tapi dia tidak mengaku hal itu sama saya kalau itu memang simpanannya," kisah Jamila Tanalisan, istriku.

"Ini teman papa..." kataku waktu itu ketika ditanya.

Sedangkan anak saya yang tertua, Emilia Magda Tanalisan, menjadi trauma karena hal tersebut. "Pada saat itu, saya menjadi anak yang nggak bisa ngapa-ngapain gitu... sama sekali ga bisa nolongin mama dan cuma bisa melihat seseorang yang membuat aku ada di dunia ini bisa berbuat begitu dan tiba-tiba aku merasa sama sekali nggak sanggup melihat hal itu." aku Emilia. Malam itu, saya pulang ke rumah dan meminta ampun kepada istri saya, saya berjanji tidak akan melakukan hal seperti itu lagi.

Sebegitu bencinya Emil, anak saya kepada saya, dia pernah berpikir kenapa Tuhan masih memperbolehkan saya hidup karena tidak ada gunanya saya hidup. Karena memang uang yang saya dapatkan, tidak pernah sepeser pun saya berikan kepada keluarga. Mereka berjuang sendiri.

Belum lagi perlakuan saya kepada Emilia. Dulu waktu dia belum lahir, saya berharap bahwa anak pertama saya adalah seorang laki-laki, karena saya mempunyai kebanggaan sebagai seorang laki-laki, saya berharap dapat mempunyai keturunan.

Ketika yang lahir adalah anak perempuan, muncul kekecewaan dalam hati saya. Namun hal ini tidak pernah saya ungkapkan dalam keluarga saya.

Menurut saya, saya ini seorang pengecut. Karena saya berani memukul anak kecil yang tidak punya kemampuan. Kalau saya kesal sedikit saja, anak sulung saya ini, paling sering saya pukul. Saya perlakukan dia seperti anak tiri padahal bukan. Saya pernah pukul dia, banting dia, saya injak, saya pernah tendang dia. Saya pikir saya ini tidak layak jadi orangtua dari anak-anak saya.

Istri saya selalu yakin bahwa doa yang dia panjatkan tidak pernah sia-sia. "Setiap hari kita minta itu pada Tuhan. Tuhan, tolong kembalikan dia, tolong pulihkan dia supaya dia bisa melihat keluarga." Kata Jamila, karena waktu itu anak-anak masih kecil.

Suatu hari, saat saya sedang sendirian, tidak ada siapa-siapa di situ, saya hanya ditemani oleh bir dan rokok. Tiba-tiba, ada sebuah suara yang lembut sekali tapi jelas berkata," Kalau hari ini Saya panggil kamu, kamu kemana?" Suara itu berbisik tapi tajam di dalam hati saya. Saat itu, mulai timbul pertanyaan. Iya juga, kalau Tuhan panggil saya hari ini, saya akan kemana? Tidak ada pilihan lain, hanya neraka dan neraka.

Malam itu perubahan besar terjadi dalam hidup saya. Saya meninggalkan diskotik yang menjadi kehidupan saya selama ini dan narkoba serta selingkuhan saya juga. Setan tidak tinggal diam, banyak tawaran dari diskotik yang waktu itu tahu saya, mengajak saya untuk kerja di sana. Tapi saya bertekad, saya mau mencari tempat dimana saya bisa mengenal Tuhan lebih dekat lagi.

Saya mulai mencari tempat, saya mencari Tuhan dalam ibadah yang saya ikuti. "Tuhan, saya serahkan sepenuhnya kehidupan saya. Apa yang Tuhan mau saya perbuat, saya mau ikut saja."

Firman itu seperti muncul dalam kehidupan saya, Dia ngasih tahu bahwa saya harus membuat pengakuan. "Kalau kamu mau bertobat sungguh-sungguh, kamu tidak bisa simpan apa yang pernah kamu lakukan. Kalau yang kelihatan saja kamu simpan, apalagi yang tidak kelihatan."

Pribadi saya sendiri berkata, mana mungkin saya memberitahu istri saya perbuatan apa saja yang saya lakukan, namun saya harus kasih tahu. Saya kumpulkan keluarga saya malam itu jam 11 malam, saya kasih tahu semua yang pernah saya perbuat kepada istri saya.

Ternyata semua tidak seperti yang saya harapkan. Anak tertua saya menolak permintaan maaf saya. Emil ragu apakah saya sungguh-sungguh. Namun kemudian, tiga bulan kemudian, persis jam 11 malam, Emil membangunkan saya. Dia memeluk saya, dia minta ampun. Dia mengasihi saya. Itu adalah hal yang luar biasa, Tuhan pulihkan di situ, Tuhan baik, Tuhan terlalu baik. Itu baru saya dapat. Inilah rumah tangga yang saya inginkan, Tuhan.

Pemulihan akhirnya dapat dirasakan oleh keluarga ini, perubahan terjadi dalam hidup saya. "Udah ga jagoan kayak dulu lagi ya... Sekarang jauh lebih memperhatikan mama, memperhatikan anak-anaknya dan berusaha selalu ada di saat kita membutuhkan dia." ungkap Emilia kemudian.

"Kemanapun, sampai ke pasar pun sekarang saya sama-sama. Tiap hari, mau hujan, mau panas, tetap antar ke pasar." kata Jamila.

Ketika kehadiran Tuhan Yesus memulihkan, di situlah hadir suka cita. Waktu dulu Tuhan Yesus bertanya kepada saya, bila Dia memanggil saya saat ini, sekarang saya bisa menjawab bahwa hanya ada satu jawaban buat saya, saya akan ke surga.

Sumber : jawaban.com

Wanita Dengan Seratus Pengasihan

Dalam gelapnya malam, bau semerbak kemenyan yang dibakar memenuhi udara. Seorang dukun tampak merapal mantra dibawah pohon, sementara gadis muda ini nampak duduk dengan wajah penuh tanya apa yang akan terjadi selanjutnya.

Berawal rasa ingin tahu mendengar rekan kerjanya yang menggunakan susuk, membawa Suherni (Mbak Ning) berguru pada seorang dukun.

"Kamu saya pakein tiga binatang ya.." ujar sang dukun.

"Oh iya... Saya mau..untuk bela diri," Eni mengangguk.

Ketika ilmu pertama dirapal dan dimasukkan oleh sang dukun, tubuh Eni jatuh terpental ke tanah. Namun sang dukun tidak lantas berhenti.

"Saya tambah lagi ya... Macan putih..,"

"Kok banyak amat.."

"Ngga papa... biar orang takut sama kamu..," jelas sang dukun.

Menurut sang dukun, semua ilmu yang diturunkan kepadanya akan membuat hidup Eni langgeng dan tidak mengalami kesusahan lagi. Mendengar penjelasan sang dukun Eni sangat senang, mengingat masa kecilnya yang susah.

Eni kecil harus menumpang pada pak de-nya (paman Eni) karena kedua orangtuanya telah meninggal dunia. Dari memberi makan ternak hingga mengangkat air harus dilakoninya agar ia bisa tetap menumpang dirumah pak de-nya.

"Ya namanya hidup di kampung ya kaya gitu... susah," kenang Eni tentang masa kecilnya.

"Hidup saya tidak bisa tenang karena tidak ada kedua orangtua saya. Kalau sedih, saya cuma bisa nangis. Saya pikir saat itu, semua ini sudah takdir."

Dengan kekuatan yang dimilikinya, Suherni mendapat keberanian yang begitu besar. Suatu malam saat dalam perjalanan pulang dengan seorang teman, dua orang pemuda  berusaha mengganggu mereka. Namun dengan beraninya, Eni menghardik dua pemuda itu.

"Jangan iseng kamu!"

Para pemuda itu langsung terdiam, dan Eni bersama temannya segera berlalu dari tempat tersebut.

"Saya bisa membuat orang yang mau marah jadi ngga jadi, orang yang kesel jadi ngga jadi. Jadi semua orang bisa saya buat nurut."

Tidak berhenti kepada ilmu tiga roh binatang, Eni kembali pada sang dukun dan menerima seratus ilmu pengasihan dan lima buah susuk.

Selama Eni bekerja di diskotik, semua ilmu dan susuk yang diterimanya dirasakannya sangat membantunya, hal tersebut membuatnya lupa diri.

"Setiap malam saya bisa dapet tip seratus ribu, saya bayangkan kalau satu bulan itu sudah gede, karena saya memang ingin cari uang yang banyak."

Kebahagiaan yang Eni bayangkan dengan uang banyak yang di dapatnya ternyata berakhir suram. Sebuah kejadian bukan hanya merengut semua kebahagiaannya, namun juga menghancurkan masa depannya.

Banyak pria tertarik pada Suherni, namun tidak satupun pinangan para pria itu diterimanya. Penolakan demi penolakan dilontarkan oleh mulut Eni, memunculkan kesombongan dalam dirinya.

Malam itu, Eni menemani seorang tamu minum-minum di diskotik tempatnya bekerja, hingga dirinya mabuk dan tertidur. Pria tersebut tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Eni dibawanya kesebuah ruangan dan digauli dalam keadaan tidak sadar.

"Ketika saya sadar, saya sudah dalam keadaan tidak berpakaian.. saya ditinggalkan seorang diri dalam keadaan seperti itu."

Rasa sedih dan malu yang teramat dalam harus ditanggung Suherni karena aib itu. Dirinya bisa menangis meratapi nasibnya saja. Kini impiannya untuk mencari uang yang banyak kandas sudah, sebab akibat tindakan bejat pria tersebut, kini Eni hamil. Sudah berkali-kali, dirinya mencoba menggugurkan jabang bayi yang ada dirahimnya, namun semua itu gagal. Akhirnya, pria itu dicari dan dipaksa untuk menikahi Suherni.

"Sehabis nikah siri, saya dianterin pulang kampung."

Ketika tiba saatnya melahirkan, pria tersebut dihubungi dan akhirnya datang menemui Eni dirumah sakit. Namun dengan alasan mencari tambahan uang untuk melunasi biaya bersalin di rumah sakit, pria tersebut melarikan diri dan tidak pernah kembali lagi.

"Dia datang dengan bawa duit cuma dua setengah juta. Suami saya bilang akan cari uang untuk lunasin rumah sakit, tapi habis itu dia kabur sampai sekarang. Saya berpikir memang mungkin bukan jodoh saya, dan saudara-saudara saya juga meminta untuk merelakan saja dia pergi," ungkap Eni.

Eni tidak membenci bapak dari anaknya, karena dia sendiri memang tidak pernah menyukai pria tersebut. Akhirnya, Eni membesarkan sendiri bocah laki-laki itu dengan kemampuannya yang apa adanya. Karena tidak memiliki keahlian apapun, Eni akhirnya menerima tawaran pekerjaan dari kakaknya sebagai pembantu rumah tangga di Jakarta.

"Saya dibawa sama kakak saya kerja sama ibu Ita."

Menjadi pembantu rumah tangga, sekalipun tidak membutuhkan keahlian yang khusus ternyata bukan pekerjaan yang mudah. Ada aturan dan tata cara sendiri yang dibuat oleh sang majikan, dan Eni sering lupa hal tersebut. Ketika diingatkan, Eni malah marah.

"Dulu kalau saya dikasih tau sama ibu Ita, saya sering emosi, marah, ngelawan. Habis itu saya ngedumel. Orangnya ngga ada, saya marah-marah sendiri. Tapi bu Ita itu, ngga pernah marah sama saya."

Sikap keras Eni sepertinya sudah mendarah daging dalam dirinya. Terhadap anaknya, Eni juga tidak menunjukkan sikap kasih sayang ataupun kelemah lembutan.

Suatu hari, anaknya bermain di rumah tetangga. Ketika bermain dengan seorang teman, anaknya berebut mainan lalu berkelahi dengan temannya, dan lari kerumah.

"Mama temenku tadi mukul aku.."

"Terus.."

"Ya aku pukul lagi.."

"Mamakan sudah bilang, kalau main itu ngalah. Jadi ngga usah berantem.!!"

Keras kepala Eni sepertinya menurun kepada anaknya. Anaknya tersebut melawan nasihat Eni.

"Dia ngelawan sama saya," tutur Eni. "Matanya melotot-melotot.. Kebetulan saya bawa balok panjang. Punggungnya saya gebuk."

Dengan sekuat tenaga, Eni memukuli punggung anak laki-laki kecil itu dengan pukulan yang bertubi-tubi.

"Seperti ada yang dorong. Ada bisikian di telinga sebelah kiri saya ‘terus..terus..!' Kalau saya marah sama anak saya itu, sepertinya setan senang."

Ketika tengah memukuli anaknya, sang majikan, Ibu Ita datang dan berusaha menyelamatkan anak Eni.

"Ketika saya sedang mengangkat kayu tersebut, tiba-tiba Ibu Ita datang dan menarik kayu tersebut."

Eni semakin bertambah marah atas tindakan ibu Ita tersebut.

"Anakmu nanti mati kalau kamu pukulin seperti itu," demikian Ibu Ita berusaha menyadarkan Eni.

Ibu Ita melihat mata Eni seperti orang kesetanan. Ibu Ita bertambah kaget saat Eni berani melawannya, dirinya merasa bahwa itu bukan diri Eni yang sebenarnya.

"Ngga usah ikut campur!! Itu anak saya..!" Teriak Eni pada ibu Ita.

Semua ilmu yang dimiliki Eni sekarang malah membuat hidupnya tidak tenang, tidak seperti yang dijanjikan sang dukun dulu. Bahkan ketika malam tiba, keadaannya semakin menyeramkan baginya.

"Saya ngga pernah bisa tidur. Tidurnya susah. Saya juga ngga pernah bisa berdoa. Susah... karena saya terganggu bayangan-bayangan binatang. Saya diputerin terus, di sekeliling saya ada empat puluh binatang. Saya memang ngga bisa ngelepasin, karena saya sudah janji. Tapi semua yang dijanjikan oleh guru saya tidak benar, malah buat hidup saya susah."

Hingga suatu hari, secara tidak sengaja Suherni memergoki kedua majikannya, Ibu Ita dan Bapak Ivan sedang berdoa dengan khusuk, hal tersebut sangat mengusik hatinya. Ketika mencoba mengintip untuk cari tahu apa yang sedang mereka lakukan, Eni tidak bisa melihat lebih jelas karena celah dijendela begitu kecil.

"Saya mengintip dari jendela, apa itu sih ibu Ita berdoa sambil menangis-nangis. Saya terharu, saya kepengen, saya ngintip terus.. ngintip terus...tapi ngga kelihatan karena jendela ditutup. Saya penasaran, akhirnya saya ketuk-ketuk.. Pak buka dong... saya pengen lihat seperti apa itu berdoa. Siapa ini Tuhan Yesus, saya ingin mengenal lebih lagi."

Hari itu, Bapak Ivan dan Ibu Ita mengajak Eni untuk berdoa bersama. Namun seperti ada penghalang, sangat susah bagi Eni untuk berdoa.

"Saya ngga bisa berdoa, karena saya belum percaya Yesus.."

Untuk mengusir keraguan Eni, Ibu Ita memberikan sebuah Alkitab untuk dibacanya.

"Setiap siang saya baca, saya renungin. O..gini ya... Tuhan pasti mau mengampuni saya. Walaupun saya sudah banyak berbuat dosa, tapi Tuhan mau mengampuni saya. Saya ingin lepasin, tapi rasanya beban ditubuh saya ngga mau keluar."

Akhirnya, dengan rasa ingin tahu yang menggebu-gebu Eni mengikuti sebuah seminar rohani. Di hari terakhir seminar tersebut, Eni ditantang untuk melepaskan ilmu-ilmu yang dimilikinya. Ketika Eni memberikan diri untuk didoakan sesuatu yang mengerikan mulai terjadi.

"Dalam nama Yesus, kuasa roh-roh jahat ku hancurkan. Dalam nama Yesus!"

Eni mulai bermanifestasi, roh-roh yang ada dalam tubuhnya mulai memberontak. Menggeram-geram bak singa, Eni tampak sangat marah ketika di doakan. Setelah di doakan selama lima belas menit, akhirnya roh itu keluar, dan Eni mengalami kelepasan total.

"Setelah jimat-jimat saya dilepaskan, hati saya lega dan tenang."

Kini Suherni menjadi manusia baru, dengan karakter yang lebih lembut bahkan mau melayani Tuhan dengan apa yang dia bisa.

"Sekarang saya diberkati sama Tuhan. Diubahkan sama Tuhan. Saya berterima kasih pada Tuhan karena sudah diampuni dan Tuhan sayang sama saya." (Kisah ini ditayangkan 24 Maret 2010 dalam acara Solusi Life di O'Channel).

Sumber Kesaksian:
Suherni/jawaban.com

Mengampuni Pembunuh Orang Tuanya

Rencana kedatangan kedua orang tuanya ke Jakarta sudah lama Edison tunggu. Minggu itu, Edison dengan semangat menyelesaikan pekerjaaannya.

"Tidak ada firasat apa-apa, semuanya berjalan seperti biasa saja. Tidak ada tanda-tanda juga," kata Edison memulai kesaksiannya.

Sampai sebuah kabar datang dari abang sepupunya yang tinggal di Cililitan, Jakarta. Tidak terlintas sedikit pun dipikirannya kabar apa yang akan dia dengar berikutnya. Abangnya memberitahu bahwa papa mamanya sudah ‘pergi'. Edison mengira jika orang tuanya sudah pergi ke Jakarta tetapi ketika diberitahu bahwa papa mamanya telah meninggal karena dibunuh, Edison langsung tidak sadarkan diri.

Tak percaya dengan apa yang dia dengar, Edison kembali menghubungi saudaranya itu. Tapi betapa terkejutnya Edison, saat dia mendengar penyebab kematian orang tuanya. Abangnya bercerita bahwa papa mamanya dibunuh dengan cara yang sangat sadis. Ketika mendengar hal tersebut, Edison pingsan kembali.

"Sebentar sadar, pingsan lagi, sebentar sadar, pingsan lagi, sampai beberapa kali. Ketika saya melihat suami saya, sebagai istri saya kasihan sekali. Namanya kehilangan kedua orang tua kalo karena penyakit mungkin kita bisa terima tetapi ini karena dibunuh dan dianiaya, pasti semua orang tidak akan bisa terima jika hal itu terjadi," Nitisa Laoli, istri Edison, mengisahkan.

Tanpa berpikir panjang Edison segera berangkat ke Nias. Namun semakin dia dekat dengan kampung halamannya, emosi Edison semakin kacau.

"Saya sangat shock. Pada saat di atas kapal itu, seolah-olah ada suara yang berbisik di dalam diri saya. Biasanya kalau Edison itu pulang, setiap tahunnya disambut dengan keluarga, ketemu orang tua-mama dan papa. Tapi nanti kalau kamu pulang yang kamu temui adalah mayat orang tuamu. Saya berpikir buat apalagi Edison pulang, buat apalagi Edison hidup. Kamu sendirian karena kamu anak tunggal," ujar Edison.

Bisikan itu dengan cepat merasuki pikirannya, pelan-pelan tubuh Edison bergerak di luar akal sehatnya.

"Saya punya niat untuk bunuh diri, terjun ke laut. Tetapi saat itu tiba-tiba bayangan istri dan anak saya terlintas. Di situ saya sadar kembali, rupanya saya tidak sendiri masih ada tanggung jawab karena  saya memiliki istri dan anak," ungkap Edison.

Sehingga Edison mengurungkan niatnya dan mulai menangis sampai-sampai orang di sekitarnya bertanya-tanya kepadanya.

Setelah menunggu satu malam, akhirnya dia tiba di rumah orang tuanya. Hatinya mulai bergejolak saat dia menginjak rumah yang menjadi saksi bisu kematian orang tuanya.

"Sampai di depan pintu, saya langsung jatuh pingsan di sana. Setelah saya sadar kembali, baru mereka mengijinkan saya masuk melihat mayat papa dan mama yang sudah tergeletak di sekitar dapur. Mayat mereka itu belum diapa-apain, sudah bau dan membusuk karena tidak ada keluarga yang mau mengurusnya," kisah Edison.

Pemandangan mengerikan itu terpampang dihadapannya seakan-akan kejadian naas itu dapat dia lihat dengan jelas.

"Menurut kepolisian, malam Sabtu itu papa dan mama sedang persiapan untuk makan malam. Mungkin karena melawan mereka, papa dan mama dibunuh. Saat itu yang menjadi tersangka ada tujuh orang," terang Edison.

Peristiwa itu bagaikan pukulan keras yang menyisakan rasa sakit yang luar biasa. Bahkan saat kedua orang tuanya akan dimakamkan, Edison menjadi sangat histeris. Dalam pikirannya terlintas keinginan untuk balas dendam kepada pelaku dan melakukan hal yang sama kepada mereka hal yang sama seperti yang mereka lakukan kepada orang tuanya.

Tak lama kasus ini mendapat titik terang. Satu nama yang tidak pernah diduga sebelumnya dijadikan sebagai tersangka utama. Ternyata pelakunya tidak jauh-jauh yaitu keluarganya sendiri. Edison berkata kepada saudaranya itu jika benar dia pelakunya sebaiknya dia mengakuinya supaya Edison bisa maafkan dan memberi tahu polisi supaya  membebaskannya. Ketika Edison bertanya seperti itu saudaranya menjadi histeris, menangis, minta ampun dan mengakui bahwa dia adalah pelaku pembunuhan itu.

Tentu saja Edison sangat terpukul mendengar pengakuan itu, dia tidak pernah menyangka saudaranya sendiri adalah dalang pembunuhan itu. Edison merasa tidak bisa berbuat apa-apa, seolah-olah ada sesuatu yang membuatnya tidak berbuat sesuatu atau memukul saudaranya itu. Dia hanya memandangi saudaranya itu dan termenung meskipun polisi memberikan waktu untuk melampiaskan kemarahannya.

Meski bertentangan dengan bathinnya Edison tetap berusaha menahan emosinya.

"Tetapi saya katakan kepada polisi, kalau bisa dibebaskan saja dia karena mama papa saya tidak bisa kembali," kata Edison.

Setelah hari itu, Edison langsung kembali ke Jakarta. Baru kali ini dia merasa benar-benar sendiri. Baginya tidak ada yang lebih penting dari pada meratapi kematian kedua orang tuanya.

"Setiap hari Jum'at, bayangan-bayangan mereka lewat. Seolah-olah dibilang mimpi tapi bukan mimpi. Karena pada dasarnya, saya ingin bertemu dengan mereka. Saya merasa kehilangan perhatian mereka dan yang membuat saya kecewa karena saya tidak sempat berbuat sesuatu untuk menyenangkan mereka," kisah Edison

"Karena dukanya yang begitu dalam, saya melihat dia selalu melamun dan menangis. Itu saja yang dilakukannya selama kurang lebih tiga bulan," terang Nitisa.

Peristiwa mengenaskan itu menjadi trauma tak terlupakan yang menguncang kesadaran Edison. Hal-hal diluar kendalinya pun mulai terjadi.

"Pernah suatu kali, pada malam hari, dia teringat orang tuanya dan saat itu saya sedang tidur. Kira-kira pukul satu sampai dua malam, dia buka pintu. Ketika dia akan membuka pintu pagar, saya sadar dan terbangun. Waktu saya tegur, dia berkata, ‘Saya mau ambil foto-foto yang dari Nias yang dicuci di tempat foto.' Saya bilang foto-foto itukan sudah ada. Akhirnya dia masuk ke kamar dan menangis sampai agak lama," Nitisa menceritakan kejadian tersebut.

Edison seperti bukan dirinya lagi, emosinya labil dan meledak-ledak. Tanpa sadar dia mulai menyakiti orang yang disayanginya.

"Kerja bawaannya males. Ada masalah sedikit saya gampang emosi. Istri saya salah ngomong, saya tidak menerima karena tidak seperti yang saya inginkan, pasti saya mengamuk," kata Edison.

"Saya lihat suami saya seperti itu, saya hanya bisa menangis dan berseru kepada Tuhan kenapa suami saya seperti ini?" ungkap Nitisa.

"Udah tidak ada Tuhan-Tuhan lagi, tidak ada kerja-kerja lagi. Buat apa kerja, banting tulang dan beraktifitas, nyawa keluarga hilang sekejap juga. Akhirnya itu yang membuat saya malas," kata Edison menambahkan.

Rasa penyesalan pun sering menderanya ketika dia memandangi buah hatinya.

"Kadang-kadang saya sedih kalau melihat ada orang-orang yang menyayangi anak-anak saya sementara orang tua saya tidak pernah melihat atau mengendong anak saya. Dan itu yang membuat saya putus asa dan kecewa kepada Tuhan," kisah Edison dengan mata berkaca-kaca.

Hati Nitisa tak sanggup melihat suaminya hancur perlahan-lahan. Dengan merendahkan diri berdoa kepada Tuhan.

"Suami saya kurang lebih tiga bulan mengalami depresi seperti itu. Dia merasa kecewa dengan Tuhan. Saya sedih karena saya tahu Tuhan itu adalah pengharapan kita, saya tidak mau suami saya meninggalkan Tuhan. Saya berkata kepada Tuhan agar Tuhan menolong dan memulihkan hidupnya. Juga agar dia kembali kepada Tuhan dan tidak merasa kecewa kepada Tuhan."ungkap Nitisa mengenang kejadian tersebut.

Doa tulus Nitisa tidak sia-sia, perlahan-lahan Edison mulai menerima nasehat-nasehat dari sahabat-sahabatnya.

"Om Joni ini yang selalu menguatkan saya, dia mengatakan Edison kamu pasti bisa. Salah satu firman Tuhan yang menguatkan saya yaitu Allah turut bekerja dalam segala perkara untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia. Firman itu yang menyentuh hati saya," kisah Edison.

Setelah beberapa kali dibimbing Edison mengambil suatu tindakan yang sangat ekstrim.

"Saya baru mengerti, buat apa menyimpan dendam dan amarah karena yang akan rugi adalah diri sendiri. Jadi saya mengambil keputusan untuk mengampuni mereka meskipun jaraknya jauh dan tidak pernah bertemu tetapi dalam doa saya mengampuni mereka. Saya tidak lagi menyimpan rasa dendam, rasa kecewa terhadap mereka dan juga kepada  Tuhan," kata Edison bersemangat.

Pemulihan yang Tuhan berikan, berdampak besar dalam perubahan hidup Edison bahkan keluarganya.

"Yang tadinya suka bertengkar sama istri, sekarang setelah dipulihkan kasih sayang sama istri lebih nyata. Semakin hari semakin bahagia keluarga kami. Yang tadinya saya sedih kalau ingat orang tua, tapi setelah Tuhan pulihkan saya katakan ada yang lebih dari orang tua adalah istri dan dua orang anak yang Tuhan berikan kepada saya," Edison mengatakannya dengan muka yang mulai cerah.

"Saya melihat perubahan di wajahnya, dia mulai segar kembali. Kalau bukan karena Tuhan, dia tidak ada pada hari ini," ungkap Nitisa.

"Kita tidak bersama dengan orang tua tapi Tuhan selalu bersama kita. Kalau orang yang kita kasihi meninggalkan kita tapi Tuhan tidak pernah meninggalkan kita," Edison mengatakan hal ini untuk mengakhiri kesaksiannya. (Kisah ini ditayangkan 25 Maret 2010 dalam acara Solusi Life di O'Channel)

Sumber Kesaksian:

Edison & Nitisa Laoli/jawaban.com

Cinta Yang Terbagi

Pada tahun 1980 Sulaiman terlibat penganiayaan seorang pengusaha dari Medan. Karena diselimuti rasa takut dan berniat untuk menghilangkan jejaknya, Sulaiman pun lari ke Jakarta dari Sumatera Utara. Sesampainya di Jakarta Sulaiman bertemu dengan seorang gadis di gereja dan ia suka kepadanya. Hubungan mereka semakin dekat dan mereka pun sepakat untuk membawa hubungan tersebut ke dalam pernikahan yang resmi. Akan tetapi keberuntungan tidak memihak kepada Sulaiman sejauh itu. Pihak keluarga dari perempuan tidak setuju karena melihat latar belakang Sulaiman yang tidak jelas.

Akibat membawa lari kekasihnya dan tinggal di rumah seorang penatua gereja, Sulaiman menerima surat panggilan dari pihak kepolisian. Ia dituduh telah melanggar KUHP pasal 332. Yaitu tentang kawin lari. Sulaiman pun disidang pada tahun 1983 dan harus mendekam selama 2 tahun di dalam sel lembaga permasyarakatan kelas 1 Cipinang, Jakarta.

Bertemu Pinta Sesudah Dibebaskan Dari Penjara

Tepatnya 17 Agustus 1985, Sulaiman mendapat remisi tahanan dan ia bisa keluar dari LP Cipinang dan pulang ke Medan. Saat itu ia bertekad untuk berubah dan menjalani hidup yang benar. Beberapa hari setelah ia kembali ke Medan, Sulaiman bertemu dengan seorang gadis muda dan cantik ketika ia sedang bermain ke rumah pamannya. Namanya Pinta. Gadis itu adalah salah satu anak kost yang tinggal di rumah pamannya.

Pertemuan Sulaiman dengan Pinta ternyata menciptakan sebuah rasa ketertarikan dalam diri mereka. Hari-hari selanjutnya Sulaiman gunakan untuk melakukan pendekatan kepada Pinta. Cinta Sulaiman tidak bertepuk sebelah tangan. Pinta menerima dirinya untuk menjalin hubungan kasih. Namun sebelum hubungan mereka berlanjut ke jenjang pernikahan, Pinta sudah hamil terlebih dulu akibat cara berpacaran mereka yang terlewat batas. Pernikahan yang awalnya ditentang oleh orang tua pun akhirnya terpaksa dilaksanakan. Mereka menikah di daerah Tanah Karo, kecamatan Munte dan tinggal bersama orang tua Sulaiman.

Perjalanan Karir Sulaiman Menuju Puncak Keberhasilan

Sulaiman bekerja sebagai seorang sopir angkot ketika ia baru menikah dengan Pinta. Tidak pernah ia sangka bahwa wanita janda pemilik mobil angkotnya ternyata menaruh hati kepada Sulaiman. Dengan keputusan bulat Sulaiman meninggalkan pekerjaannya dan mencari pekerjaan yang lain. Ia memberanikan diri membuka usaha bengkel sepeda motor dan tambal ban. Pada waktu itu istrinya sedang mengandung anak mereka yang pertama.

Pada tahun 1989 Sulaiman beserta istrinya pindah dari rumah orang tuanya dan tinggal di sebuah rumah kontrakan. Sulaiman menutup usaha bengkelnya karena ia mulai bekerja di sebuah hotel melati yang bernama Hotel Intan di daerah Padang Bulan. Posisi yang ia pegang pun kian meningkat hingga sampai ke posisi manager hotel.

Awal Perselingkuhan Terjadi

Pada suatu hari, seorang karyawan hotel melapor kepada Sulaiman bahwa ada seorang gadis yang tidak mau keluar dari kamar, padahal ia tidak mempunyai uang lagi untuk membayar biaya sewa kamar hotel. Gadis berumur 18 tahun itu pun dibawa ke ruangan Sulaiman. "Dia ditinggal di hotel bersama seorang pengusaha di Medan. Dia mengutarakan bahwa dia lari dari rumah," cerita Sulaiman. Bujuk rayu iblis mulai merasuki pikiran Sulaiman. Ia mengajak wanita itu pulang ke rumahnya. Sesampainya di rumah, Sulaiman bercerita kepada istrinya bahwa gadis itu adalah seorang anak yang hendak dijual oleh orang tuanya. Pinta pun percaya dan setuju untuk memelihara anak itu sebagai anak angkat. Akan tetapi tanpa sepengetahuan Pinta, Sulaiman berselingkuh dengan gadis itu. "Jadi setiap kali saya hendak berhubungan intim, saya ajak dia keluar. Dia itu pemuas nafsu saya yang sebenarnya," ujar Sulaiman. "Istri saya juga cukup memuaskan, tetapi seperti makan daun ubi kadang-kadang ingin makan daun kangkung juga."

Kecurigaan Pinta mulai timbul setelah beberapa bulan gadis itu tinggal di rumahnya. "Saat mereka sedang ngobrol, tanpa sengaja saya lihat kakinya sedang main di bawah meja. Tapi saya tidak berani menanyakannya kepada suami saya," ujar Pinta. Kecurigaan Pinta sudah berbulan-bulan ia pendam. Hingga pada suatu hari Pinta mulai memberanikan diri bertanya kepada suaminya mengenai gadis tersebut, namun perlakuan kasar yang ia terima. Sulaiman menamparnya hingga ia terjatuh dan ketika Pinta hendak lari, Sulaiman menjambak rambut Pinta sambil menyeretnya di bawah lantai. Padahal Pinta tidak pernah diperlakukan seperti itu sebelumnya. Satu tahun lamanya gadis itu tinggal bersama Pinta dan Sulaiman. Setelah itu Sulaiman membawa gadis itu tinggal di rumah orang tuanya tanpa diketahui oleh Pinta. Di sana hubungan perselingkuhan mereka semakin menjadi-jadi.

Terlibat Dengan Pergaulan Malam

Tahun 1993 merupakan tahun kelimpahan dalam hidup Sulaiman. Ia sukses membuat hotel yang dikelolanya mengeruk banyak keuntungan. Mulai dari mobil, uang dan kartu nama untuk pemotongan 30% di seluruh diskotik di kota Medan ia dapati. Namun kekayaan tersebut malah membuatnya hidup jauh dari Tuhan. Hampir setiap malam Sulaiman keluar masuk diskotik, minum minuman keras, mengonsumsi inex dan ganja. Kehidupan yang mewah ternyata malah membuat efek buruk dalam diri Sulaiman. "Saya gampang emosi, temperamen saya sangat tinggi. Saya selalu menyepelekan orang lain, sombong dan pikiran saya hanya uang-uang dan uang saja," ujar Sulaiman. "Sejak saya mengenal diskotik, saya jadi sering pulang malam dan dalam keadaan mabuk. Kalau sudah begitu istri saya selalu menjadi sasaran kemarahan saya." Sampai istrinya melahirkan anak yang kedua, perilaku Sulaiman tidak juga berubah.

Menghamili Seorang Wanita Penyanyi Pub

Hampir setiap malam ia membawa selingkuhannya keluar masuk diskotik. Hingga pada suatu kali ia merenggut keperawanan seorang penyanyi pub. Bahkan ia sampai hamil. Sulaiman pun menikahi wanita yang berbeda agama dengannya di bawah tangan. Kebejatan Sulaiman tidak berhenti sampai di situ, beberapa waktu kemudian Sulaiman kembali menjalin hubungan gelap dengan seorang janda dan penyanyi pub. Penyanyi pub itu pun hamil dan meminta pertanggung-jawaban Sulaiman. Tapi Sulaiman tidak mau bertanggung jawab. Ia merasa bukan hanya dia teman pria wanita tersebut. Mereka pun sepakat mengaborsi anak yang dikandungnya dan setelah itu si wanita jatuh sakit.

Tanpa perasaan - Sulaiman menyuruh Pinta untuk merawat wanita tersebut. Mereka tinggal bersama, bahkan tidur seranjang bertiga di sebuah kamar hotel tempat Sulaiman bekerja. "Sebenarnya bapak tidak mengancam saya, saya saja yang takut. Karena di mobilnya sering ada parang, clurit dan pisau," ujar Pinta. Karena tidak tahan dengan ancaman dari Sulaiman dan wanita-wanita selingkuhan suaminya, Pinta pun lari ke gereja untuk berdoa. Sulaiman mencari Pinta dan mengancam seluruh keluarga istrinya. Tanpa dia ketahui bahwa Pinta sedang berada di gereja dan tinggal di sana selama 2 hari. "Saya tahu dalam pemrosesan ini Tuhan sedang melatih kesabaran saya. Sering kali menyakitkan, namun saya bilang sama Tuhan, sekalipun ini menyakitkan, Tuhan, saya mau melewati ini semua. Cuma beri saya kekuatan," ujar Pinta.

Menceraikan Istri Muda Demi Seorang Janda Kaya

Kehidupan Sulaiman semakin hancur dan liar. Kini ia memiliki 2 istri dan masih berselingkuh dengan seorang janda kaya. Janda inilah yang sering memberi uang banyak kepada Sulaiman. Anak-anak dan istrinya ditelantarkan begitu saja. Pada tahun 2000 Sulaiman menceraikan istri mudanya namun tetap menjalin hubungan serius dan intim dengan si janda kaya. Menurut Sulaiman janda itu banyak mendukung dan sangat perhatian kepadanya. Pinta pun kembali ke kampung halamannya setelah kabur dan menginap di rumah sahabatnya selama beberapa hari.

Sulaiman Sakit Parah

Memasuki bulan Juni 2002 Sulaiman jatuh sakit dan ia langsung dilarikan ke rumah sakit karena muntah darah. Setelah dilakukan pemeriksaan, ternyata penyakitnya cukup parah dan komplikasi sehingga ia harus lama dirawat. Karena sering meminum minuman keras, keluar malam dan mengonsumsi obat-obatan, kini tubuh Sulaiman harus menanggung akibatnya.

Mendengar bahwa suaminya sakit parah, Pinta pun bergegas menuju ke rumah sakit dan menjenguk Sulaiman. Namun kenyataan yang menyakitkan kembali ia alami. "Di sana ada perempuan yang sedang merawat bapak, bahkan dia merasa dialah istrinya yang sah," ujar Pinta. "Saya berusaha untuk sabar meskipun hati saya terasa teriris pada waktu itu." Janda kaya itu merawat Sulaiman dan membiayai semua biaya perawatan rumah sakit.

Setelah pulang ke rumah - tubuh Sulaiman masih dalam kondisi lemah, sejak saat itulah ia bergantung penuh pada obat. Sulaiman pulang dari rumah sakit bersama si janda kaya. Karena paksaan dari saudara Sulaiman, Pinta yang tadinya berniat untuk tidak mau menemui Sulaiman lagi akhirnya datang menjenguk suaminya. Kembali ia melihat keberadaan si janda kaya di samping tempat tidur Sulaiman. Dengan hati yang hancur ia memaksakan diri untuk bisa berada di dekat Sulaiman pada waktu itu.

Kembali Masuk Ke Persekutuan Gereja

Karena penyakitnya tak kunjung sembuh, Sulaiman mulai merasa takut akan kematian. Ia teringat akan dosa-dosanya dan ia yakin bahwa jika nanti ia mati pasti akan masuk ke dalam neraka. Sulaiman pun mulai membuka hati untuk didoakan oleh Pinta. "Saya akan meninggalkan kebiasaan buruk saya dan melayani Tuhan. Itulah komitmen saya kepada Tuhan," ujar Sulaiman. Kesehatan Sulaiman mulai membaik seiring berjalannya waktu.

Tahun 2003 Sulaiman dibaptis dan mulai rajin datang ke gereja. Dua tahun kemudian orang tuanya meninggal. Janda kaya itu datang lagi pada waktu pemakaman. "Di situlah terakhir saya ketemu dengan dia," ujar Sulaiman. "Saya tidak mau lagi berbagi hidup dengannya. Saya sudah lelah. Dan saya putuskan saat itu juga bahwa tidak akan memberi kesempatan kepadanya lagi. Saya ingin benar-benar ada di dalam Tuhan."

Sulaiman mulai aktif melayani di GPDI Imamat Rajani. Dan jamahan Tuhan yang luar biasa sangat ia rasakan ketika sedang mengikuti Champion Gathering. Di sinilah Sulaiman benar-benar dipulihkan setelah ia didoakan oleh seorang pendeta. Dia menyesali segala perbuatannya, dan pada sesi selanjutnya, Sulaiman menyampaikan permohonan maafnya yang tulus kepada sang istri. "Dia bilang, Ting, minta maaf yah... Itu adalah panggilan sayang dia kepada saya," cerita Pinta sambil tersenyum bahagia. "Saya terharu mendengar hal itu yang selama ini belum pernah dikatakannya kepada saya."

Di sana Pinta menangis dan dipeluk oleh Sulaiman. Ia juga mengampuni perbuatan suaminya. Setelah itu mereka berdua melaksanakan peneguhan nikah kembali. Dan itu membawa dampak kepada kehidupan keluarga mereka. Sifat kasar Sulaiman sudah hilang sama sekali dan ia semakin mencintai istri dan anak-anaknya. "Saat ini saya benar-benar merasa bersyukur kepada Tuhan Yesus. Keluarga yang saya miliki sekarang benar-benar bahagia oleh karena pertolongan-Nya," ujar Sulaiman menutup kesaksiannya. (Kisah ini ditayangkan 29 Maret 2010 dalam acara Solusi Life di O'Channel).

Sumber Kesaksian :
Sulaiman T. Depari/jawaban.com