Ayah merupakan model bagi anak-anaknya. Meniru perilaku baik ayah, itu yang dimaui. Namun hati-hati si kecil bisa pula meng-copy perilaku sebaliknya.
Tak sedikit ayah menyadari apa yang mereka lakukan tidak ingin ditiru anak. Para ayah juga tidak yakin apa yang seharusnya mereka lakukan. Misalnya saja, sepanjang hari Minggu ayah hanya bermain games di komputer, bermalas-malasan dan tak peduli kran kamar mandi bocor.
Sikap Ayah Direkam Anak
Ayah tahu ini tidak baik dan tentu saja, ayah tak ingin anak-anaknya kelak juga berperilaku demikian. Tetapi, apa tidak boleh bermalas-malasan di hari Minggu?
Apa pun jenis kelamin anak, ayah merupakan model. Sikap ayah terhadap rumah, keluarga dan orang lain, terekam dengan baik dalam memori anak.
Dibanding anak perempuan, anak laki-laki lebih senang meng-copy perilaku ayah. Ayah yang bermalas-malasan memberi jejak pada anak laki-laki untuk juga bersikap demikian. Pada anak perempuan, akan muncul pemahaman negatif tentang laki-laki. Dia akan berkesimpulan, memang begitulah sifat laki-laki!
Mulailah Jadi Ayah Oke
Menjadi ayah merupakan proses panjang, yang diawali sejak masa kanak-kanak. Ayah yang santun, yang menghargai istri dan anak-anak, yang peduli urusan rumah, yang sadar perilakunya menjadi teladan bagi anak, tidak terbentuk begitu saja ketika ia sudah jadi ayah. Benih perilaku ini sudah ada dalam dirinya sejak kecil.
Tapi, bukan berarti, tak ada harapan bagi para ayah yang ingin menjadi ayah yang lebih baik. Ada cara yang bisa Anda jalankan. Syaratnya, Anda tulus melakukannya.
Pertama :
Perlakukan ibunya anak-anak dengan baik.
Menjaga keutuhan perkawinan, mendengarkan pendapat istri dan menanggapi kebutuhannya merupakan manifestasi dari perlakuan baik terhadap ibunya anak-anak. Anak mengamati dan kemudian membentuk perilaku dan pola pikir tentang menghargai pasangan.
Kedua :
Peka kondisi rumah.
Perhatikan hal-hal kecil di rumah. Misalnya, jangan cuek bila lampu taman dalam beberapa hari ini kedip-kedip. Tak perlu menunggu sampai istri dan anak-anak mengingatkan, "Yah..., lampu taman perlu diganti, tuh. Udah dua hari kedip-kedip." Eh, sudah diingatkan masih juga Anda cuek. Jelek sekali ayah yang demikian!
Ketiga :Luangkan waktu bersama anak.
Cara ayah menggunakan waktu luangnya memberi pemahaman pada anak tentang hal penting dalam hidup ayah. Bila ayah menggunakan waktu luangnya bersama anak, si kecil paham ia penting dalam kehidupan ayah. Bila ayah asyik bermain sendiri, anak menafsirkan ayah mementingkan dirinya sendiri.
Keempat :
Bicara pada anak.
Biasanya ayah hanya mau bicara pada anak bila anak melakukan kesalahan. Mulailah ngobrol dengan anak sejak masih kecil. Dengarkan ide serta masalahnya.
Kelima :
Jadilah guru bagi anak.
Ajarkan anak-anak hal baik dan buruk. Dengan demikian, mereka akan membuat keputusan yang baik untuk dirinya.
Keenam :
Disiplinkan anak dengan cinta.
Anak butuh bimbingan dan teladan, bukan ‘cuma' hukuman. Tunjukkan tentang dampaknya bila anak tidak disiplin, tetapi tidak dengan menghukumnya.
Ketujuh :
Sediakan waktu untuk makan bersama.
Makan malam bersama, misalnya, dapat Anda jadikan kesempatan untuk mendengarkan hal-hal yang dilakukan anak sepanjang hari.
Kedelapan :
Tunjukkan perasaan pada anak.
Anak-anak butuh rasa aman dengan cara mengetahui bahwa mereka dibutuhkan dan dicintai ayahnya. Mereka juga butuh dipeluk ayah. Tunjukkan perasaan Anda agar anak-anak yakin Anda mencintainya.
Sumber : ayahbunda-online by Immanuella F. Rachmani dikutip dari www.jawaban.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Comments
No responses to “Ayah Penentu Kualitas Anak”
Posting Komentar