Pada tanggal 17 Agustus 2008, di sekolah minggu kami mengadakan acara permainan untuk anak-anak. Dan seperti biasa, saya mendapat bagian untuk menjadi Mickey Mouse dalam acara tersebut.
Acara dimulai jam 10.00, dan setengah jam sebelumnya saya sudah harus berdandan dan bersiap-siap mengenakan kostum si tikus. Semua tubuh tertutup dengan kostum, dan bahkan kaki saya juga mengenakan sepatu yang besarnya minta ampun, sehingga benar-benar menyerupai aslinya.
Semua sudah siap, dan saya berjalan keluar ruangan untuk menemui anak-anak dan menyapa mereka. Dan sesekali saya terantuk anak kecil karena memang untuk mleihat sangat susah karena ada kostum kepalanya hanya berlubang kecil di sekitar mata kanan dan kiri. Saya melihat banyak anak kecil yang mendekat, dan memberikan jabat tangan, dan ada juga yang iseng memukul-mukul perutku. Selain iitu ada juga anak-anak menangis ketakutan melihatku memakai kostum si tikus.
Kurang lebih selama 3 jam saya memakai kostum si tikus yang lumayan berat dan pengap. Saya benar-benar dehidrasi dan merasakan keringat mengalir terus di sekujur tubuhku di dalam kostum itu. Walaupun berkeringat, saya tidak bisa melepas kostum itu karena anak-anak mengira bahwa saya ini benar-benar Mickey Mouse. Bertahan dan bertahan dan sesekali mengipasi diri dengan tangan dari lubang mata, dan angin sesekali menghembus kedalam memberikan sedikit kesejukan di tengah-tengah tugas menghibur anak.
Dari balik lubang mata saya melihat betapa banyaknya wajah anak yang bersukacita, dan hal itu membuatkan tetap terus berjalan menghampiri anak-anak dna menghiburnya. Adapula sesi foto dengan Mickey Mouse dan tentuanya semua anak berebutan untuk dapat berfoto bersama. Puji Tuhan, selama kurang lebih 3 jam saya sukses menjalankan tugas yang dipercayakan kepada saya.
Sebuah pengalaman yang tak terlupakan sekali lagi saya alami karena saya merasakan ada sesuatu yang menyentuh hatiku. Hal itu adalah wajah sukacita anak-anak semuanya. Mereka larut dalam kebahagiaan dengan menukarkan kupon untuk dapat bermain dan memperoleh hadiah. Tentunya kupon itu adalah upah dari kesetiaan mereka di sekolah minggu. Yang rajin masuk tentunya mendapat kupon yang jauh lebih banyak dibanding anak yang malas.
Ya...kesetiaan akan mendapat sebuah upah. Kita adalah anak upahan dimana Tuhan tidak pernah berhutang kepada kita. Dia melunasi semua janji-janjiNya, semua akan digenapai Tuhan untuk kita. Bahkan untuk yang tidak terlihat sekalipun, Tuhan mampu berikan untuk kebahagiaan kita.
Pertanyaanya adalah : Apakah kita mempunyai daya tahan untuk menunggu hal itu tiba ? Adakah kita tidak menjadi lelah saat hal itu digenapi ? Adakah kita terus menguatkan kepercayaan kepada Tuhan sampai semuanya tiba ?
Tuhan mengajarkan saya dengan berkata :
Tommi, mengapa kamu menunggu diberkati ? Bukankah kamu sudah aku berkati, bahkan sejak dalam kandungan Aku telah memberkatimu ?
Ya, terkadang saya sampai lupa bahwa selama ini saya terlah diberkati. Buktinya ? Tentu sangat banyak sekali yang bisa saya ceritakan, dan tentunya rekan-rekan pembaca yang lain juga pasti mempunyai hal yang sama dengan saya.
Hidup itu sendiri adalah berkat, itu kata kuncinya. Jika Anda hari ini hidup, tentunya itu berkat Tuhan, dan sekarang giliran Anda memberkati orang lain, dan setelah itu giliran Tuhan yang bertindak.
Ragu ? Jangan kuatir, saat Anda menyerah kepada Tuhan, Dia akan turun tangan. Saat Anda menyerah, berarti Anda membiarkan Tuhan bekerja, dan tunduk pada otoritas Tuhan.
Tuhan berkati senantiasa
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Comments
No responses to “Kita Sudah Diberkati”
Posting Komentar