Translate

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Sebab Dia adalah Tuhan kekuatanku, bersama-Nya ku takkan goyah

Jangan Katakan Hal Ini Pada Wanita Lajang

Tetap memilih untuk melajang dalam jangka waktu lama seringkali membuat Anda menjadi sasaran dari berbagai macam saran klise dari orang-orang ‘baik’ bahkan dari komunitas gereja Anda sendiri. Dan sangat disayangkan karena seringkali Anda harus bertahan dengan beberapa pernyataan, “Ini alasannya kenapa kamu tetap sendiri sampai saat ini” – tak peduli apakah Anda ditanyai atau tidak mengenai hal itu.

Jadi, sebagai sesama kaum lajang, biarkan saya membantu Anda menghilangkan prasangka dari beberapa nasehat yang paling lazim dan mungkin harus Anda hadapi untuk kemudian menawarkan kepada Anda apa yang menurut saya kebenaran yang memberikan harapan dan inspirasi.

Anda hanya perlu menjadikan Yesus sebagai suami Anda.

Konsep ini tidaklah salah. Tuhan dapat bertindak sebagai seorang suami yang menyediakan, melindungi dan menghargai putri-Nya dalam masa penantiannya. Dan bagi saya sangatlah baik untuk membiarkan Tuhan menjadi Tuhan dalam hidup kita, sementara kita tetap percaya pada-Nya untuk pasangan hidup kita.

Namun, apa yang saya permasalahkan adalah ketika konsep ini dikait-kaitkan secara erat dengan calon suami saya. Asumsinya seperti ini: Jika Anda bersungguh-sungguh menjadikan Tuhan suami rohani Anda, maka Tuhan akan membawa suami duniawi ke dalam hidup Anda.

Ya, Tuhan adalah Allah yang cemburu. Ya, IA menginginkan putri-Nya memiliki iman yang sempurna di dalam Dia. Tuhan bahkan berkeinginan agar Anda menemukan keamanan dan kelayakan di dalam Dia sebelum Ia membawa pasangan hidup. Hal itu memang valid.

Namun jika Anda dikatakan tetap melajang karena Anda belum menjadikan Tuhan sebagai suami Anda kedengarannya lebih dari hanya sekedar pembenaran diri. Tolonglah, jika Anda tergoda untuk memberikan nasehat semacam ini, berpikirlah sebelum Anda bicara! Anda dapat menghancurkan semangat saudara seiman Anda dengan mengeluarkan pernyataan seperti itu.

Wanita lajang pun akan bertanya-tanya, Bagaimana saya tahu jika saya telah benar-benar menjadikan Tuhan sebagai suami saya? Berapa tahun yang dibutuhkan Tuhan untuk memainkan peran ini dalam hidup saya sebelum Ia memberikan suami duniawi saya? Seberapa sempurna saya harus mengasihi Tuhan dalam jenis hubungan seperti ini sebelum akhirnya saya bisa lulus ujian? Semuanya begitu samar-samar. Dan apakah sang pemberi nasehat telah menjalani hal itu dan melakukan hal yang sama?

Seorang wanita pernah memberikan nasehat ini kepada saya ketika saya sedang berdoa di gereja. Saya sangat rentan pada saat itu dan benar-benar hanya membutuhkan kata “Saya turut prihatin” atau “Saya tahu hal ini pastilah berat bagi Anda” dan sebuah pelukan. Namun ia menampar saya dengan keras ketika mengatakan argumen ini, “Tuhan perlu menjadi suami Anda”. Ketika saya mengatakan kepadanya bahwa saya telah berusaha menjadikan Tuhan sebagai suami saya, ia mempertanyakan ketulusan saya dan mengatakan mungkin saya tidak BENAR-BENAR melakukan hal itu. Mungkin saya masih mengandalkan hal lain. Mungkin saya masih memiliki berhala pernikahan yang perlu saya serahkan. Mungkin saya tidak benar-benar melepaskannya sehingga Tuhan dapat secara efektif mengambil peran suami itu.

Tapi bagaimana orang lain mengetahui isi hati Anda? Dan apakah hak orang itu mempertanyakan hubungan Anda dengan Tuhan? Ketika wanita yang telah menikah sedang menanti suaminya, apakah ia telah benar-benar menjadikan Tuhan sebagai suaminya? Beberapa orang dipastikan berbohong jika mereka menjawab ya, jadi berhati-hatilah saat Anda mendengar nasehat ini.

Calon suami Anda akan datang saat Anda tidak mencarinya.

Seberapa sering Anda mendengar pernyataan seperti ini? Saya secara pribadi sudah tidak dapat menghitungnya. Jika mau adil, para pria dapat merasakan saat Anda berada dalam kondis putus asa. Memang benar ketika Anda sibuk dengan hidup Anda sendiri, Anda dapat membuka diri terhadap banyak kemungkinan, termasuk dalam hal hubungan. Namun jika Anda tidak menyadari siapa yang Tuhan bawa ke dalam hidup Anda dan menyadari situasi Anda – dengan kata lain, jika Anda tidak mencari – bisa jadi Anda akan kehilangan hal itu. Jadi, bagaimana hal itu dapat membantu Anda?

Izinkan saya menawarkan argumen yang dapat membalik filosofi ini. Perhatikan kisah Ruth dalam Alkitab. Ia tidak benar-benar berhenti mencari seorang pria. Bahkan ia mencari, ia melihat, dan dikejar – itu alkitabiah! Boas menjadi suaminya karena Ruth cukup berani untuk melakukan apa yang Tuhan minta dan mendatangi pria yang akan menjadi calon suaminya.

Sudahkah Anda menulis dan mendoakan kriteria Anda?

Ok, jadi jika saya tidak mendaftar 30 point atau lebih dari ciri-ciri dan kualitas karakter calon suami saya, apakah tangan Tuhan akan terikat?

Saya tidak memperlakukan Tuhan seperti Sinterklas dengan membawa daftar kriteria yang panjang dan berharap IA akan tersenyum kepada usaha saya dan memasukkan Pangeran Tampan ke dalam kantong hadiahnya yang besar dan meletakkannya di depan pintu rumah saya. Tuhan bukanlah pembuat sihir.

Akhirnya, saya telah belajar bahwa saya membuat ‘daftar kriteria’ tersebut agar saya tahu hal apa yang paling saya inginkan dan butuhkan. Dengan demikian saya akan mampu mengenali kualitas-kualitas dalam kedagingan saya ketika pria itu muncul.

Namun ada satu pemahaman salah mengenai hal ini: asumsi bahwa Tuhan tidak akan memberikan apa yang saya inginkan dan butuhkan sampai saya tahu apa yang saya inginkan dan butuhkan. Entah bagaimana, jadinya Tuhan tergantung pada saya. Hal ini sama halnya dengan menempatkan kereta di depan kuda.

Asumsi kedua adalah kita harus mengenal diri kita sebagai pribadi yang super, super baik, yang seolah-olah entah bagaimana menjadi kunci untuk membuka masa depan kita. Perbaiki jika saya salah, tapi Tuhan ingin kita fokus pada-Nya melebihi diri kita sendiri. Terkadang kita buta pada hal-hal yang benar-benar kita butuhkan dan kita inginkan sampai Tuhan membawa seseorang untuk membantu kita menyadari hal itu.

Tuhan mengenal diri kita lebih baik daripada diri kita sendiri. Tuhan tahu apa yang kita butuhkan untuk hari ini dan esok, apakah itu mengenai keuangan, keselamatan, rumah, bahkan seorang suami dimana kita dapat bertumbuh bersama bahkan sebelum kita bertanya. Tuhan tahu keinginan hati kita bahkan ketika kita takut untuk mengatakannya atau tersembunyi di alam bawah sadar kita. Sebagai manusia, kita adalah pemikir jangka pendek dan tidak selalu tahu apa yang terbaik untuk jangka panjang. Tapi Tuhan tahu dan IA melakukannya.

Mungkin Tuhan tidak menginginkan Anda untuk menikah.

Pandangan mendasar dalam pernyataan ini adalah karena Anda belum menikah, mungkin Tuhan tidak akan menghormati keinginan hati Anda. Tapi saya ingin Anda melihatnya dari sisi yang berbeda. Sebagaimana Anda TAHU Anda telah menemukan seseorang yang akan menjadi calon suami Anda, menurut saya Anda akan TAHU bahwa Tuhan menginginkan Anda untuk tetap melajang. Kedua hal ini sebagian terikat di dalam keinginan Anda.

Jika Anda rindu untuk memiliki seorang pasangan, saya tidak berpikir bahwa Tuhan mengaruniakan Anda untuk hidup melajang. Tapi tidak seorangpun tahu kapan Tuhan akan membawa orang itu ke dalam hidup Anda. Kita tidak selalu memiliki kendali atas hal itu. Namun Alkitab berkata bahwa jika kita bersukacita di dalam Tuhan, IA akan memberikan apa yang diingini oleh hati kita (Mazmur 37:4).

Tuhan biasanya tidak menggantikan semua keinginan yang Anda miliki dengan sesuatu yang sama sekali berbeda. IA menghornati apa yang Anda rasakan. Tuhan mungkin mengganti beberapa keinginan yang tidak kudus melalui proses pengudusan, tetapi menginginkan seorang suami bukanlah hal yang salah. Tidak seharusnya Anda malu untuk memiliki keinginan itu, bahkan jika Anda adalah seorang wanita lajang yang telah berumur.

Baiklah, apakah Anda ingin tahu apa nasehat terbaik? Ini dia: Tuhan telah merancang semuanya. Jika saya terus berjalan dalam ketaatan kepada-Nya, Tuhan akan bekerja sesuai dengan waktu-Nya. Jika saya mencari dahulu Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya, IA akan menambahkan hal-hal ini kepada saya (Matius 6:33). Tuhan tahu kebutuhan saya. Tuhan ingin memenuhi keinginan saya. Tapi saya harus mempercayai-Nya karena IA memiliki waktu-Nya sendiri, dan ketika saya tinggal di dalam Dia dan Dia di dalam saya, Tuhan tidak akan melupakan rencana-Nya yang telah dirancangkan-Nya bagi saya.

Inilah anugerah-Nya, yang akan menyebabkan hal-hal ini terjadi dalam hidup saya, bukan karena usaha saya sendiri. Saya tidak melayani Tuhan agar IA memberkati saya dengan apa yang saya inginkan, tapi saya melayani Tuhan karena IA adalah Tuhan. Berkat itu nomor dua. Saya menantikan Tuhan bukan sebagai seorang anak pemalu yang menyadari harus menambahkan lebih banyak bintang emas atas setiap kemajuan yang telah saya capai agar Tuhan mengabulkan permintyaan saya untuk pasangan hidup; saya menantikan Tuhan karena layak bagi kita untuk menantikan waktu Tuhan, karena saya percaya kepada-Nya dan bergantung pada-Nya.

Tuhan mungkin tidak melakukan segalanya dengan cara yang akan saya pilih – terutama dalam hal pasangan hidup. Tapi waktu Tuhan akan jauh lebih baik daripada waktu saya – dan saya memperkatakan hal itu dalam iman. Tuhan akan memberikan berkat ketika IA siap. Dan jika IA siap, maka saya pun akan siap.


Sumber: Laura J. Bagby - cbn.com / jawaban.com

Comments

No responses to “Jangan Katakan Hal Ini Pada Wanita Lajang”

Posting Komentar